Oleh: Dina M Sifa, Aktivis Dakwah Muslimah Bandung
Pada Rabu pekan lalu, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan tidak akan mencegah penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi, Macron menghina dan mendukung sikap penista agama dan Nabi Muhammad SAW. Hal itu merupakan responnya atas pembunuhan terhadap Samuel Paty. Setelah yang bersangkutan menggunakan karikatur nabi sebagai bahan ajarnya terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Pernyataan Macron tersebut kontan memicu kemarahan di dunia Arab dan seluruh penjuru negeri muslim. Jalal Chahda, seorang seorang pembawa acara senior dari saluran berita Al Jazeera, menolak segala bentuk pelecehan kepada Nabi Muhammad. ”Saya Jalal Chahda, seorang Kristen Levantine Arab, dan saya dengan keras menolak dan mencela penghina terhadap Nabi Islam, utusan Tuhan #Muhammad,” tulisnya di Twitter. Dia menggugah tulisan tersebut beserta dengan kaligrafi Nabi Muhammad SAW (Kompas.com).
Selain itu, efek dari pernyataan Macron tersebut membuat sejumlah negara muslim menyerukan aktivitas boikot produk Perancis. Diantaranya, Persiden Mesir Erdogan, Dewan Fatwa Libya, Qatar, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Pun tidak ketinggalan para netizen Indonesia yang ikut menyerukan seruan boikot produk Perancis seperti Danone, Carter, Hermes, Garnier, dll. Pemboikotan ini membuat sejumlah harga saham produk Perancis tersebut rontok.
Berdasarkan data Bloomberg, saham produsen fashion mewah Louis Vuitton (LVMH SE) ditutup anjlok 3,99% di bursa Perancis. Sementara itu, saham emiten consumer Danone SA ditutup anjlok 4,54%, grup SEB yang merupakan induk dari tefal ditutup melemah 3,23 dan sejumlah perusahan Perancis lainnya juga turut melemah (Bisnis.com).
Aktivitas pemboikotan tersebut memang berefek kepada perekonomian Perancis, namun terbukti mereka tidak jera. Malah mereka lagi dan lagi menghina nabi kita, Muhammad SAW. Setelah kasus Charlie Hebdo yang seolah tak jera menghina nabi lagi-lagi. Aksi tersebut saat ini malah disokong oleh pemimpin mereka. Bahkan taka da ucapan permohonan maaf dan penyesalan sedikit pun dari mulut mereka.
Mengapa mereka tak jera? Apakah mereka menghina Rasulullah SAW dan kaum muslimin karena kondisi kaum muslimin dianggap lemah dan remeh di mata mereka?
Saat ini kaum muslimin yang tersebar di seluruh penjuru negeri kaum muslim memang belum memiliki pelindung bahkan tak mampu melindungi kehormatan sang pembawa risalah Islam, Rasulullah Muhammad SAW. Meskipun kecaman dan pemboikotan telah dilakukan, namun penistaan kepada Rasulullah SAW terus terulang kembali.
Bertepatan dengan momen Maulid Nabi Muhammad SAW, kasus penistaan ini seolah menjadi ujian cinta kaum muslimin terhadap Sang Nabiyullah SAW. Untuk itu, kaum muslimin di seluruh dunia harus bangkit membela kehormatan Rasulullah SAW. Umat muslim harus bisa menunjukkan bukti kecintaan mereka terhadap sang pemilik gelar Al Amin.
Bukti kecintaan yang mampu dicontoh adalah pembelaan yang dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid II, sang khalifah di era Kekhilafahan Ustmani yang berkuasa 31 Agustus 1876–27 April 1909. Beliau pernah marah besar dengan kelakuan pemerintah Perancis.
Diceritakan bahwa Sultan Abdul Hamid pun memanggil legasi Perancis setelah mendengar kabar bahwa Perancis akan menggelar teater dan menampilkan komik Rasulullah SAW. "Kedutaan, kami umat Muslim begitu mencintai Nabi kita Rasulullah SAW. Kami sangat mencintainya hingga rela mengorbankan hidup kami untuknya. Kami tigak ragu dan rela mati untuknya," ucap Sultan Abdul Hamid.
Sultan mengungkapkan, pihaknya mendapat informasi jika pemerintah Perancis menyiapkan pertunjukan yang niatnya menghina Nabi Muhammad SAW. Sultan pun menegaskan, jika ia adalah pemimpin umat Islam di Balkan, Irak, Suriah, Lebanon, Hijaz, Kaukasus, Anatolia, dan Payitaht (Istanbul).
"Akulah Khalifah umat Islam Abdul Hamid Han! Aku akan menghancurkan dunia di sekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut!" ucap Sultan dengan nada geram sembari melemparkan koran kepada legasi Perancis tersebut (republika.co.id, 27/20/20)
Setelah peristiwa pemanggilan tersebut, dikabarkan bahwa Perancis membatalkan penayangan teater tersebut. Tindak tegas sang perisai umat Islam pada masa itu mendapat apresiasi sejumlah pemimpin negeri yang termasuk vassal Kekhilafahan Ustmani.
Dari kisah di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk menjawab ujian cinta pada Rasulullah terkait dengan penistaan yang dilakukan Perancis, umat muslim tak cukup untuk hanya melakukan pemboikotan produk. Lebih dari itu, umat muslim membutuhkan seorang pemimpin yang mampu menjadi perisai dan pelindung umat dan martabat Islam agar segala penistaan yang ditujukan pada Islam khususnya pada Rasululullah SAW bisa berakhir.
Selain melakukan pemboikotan produk, umat muslim harus bisa memboikot juga pemikiran kapitalisme, sekulerisme dan liberalisme yang mengantarkan Islam menuju kemerosotan. Paham kebebasan yang juga diusung oleh Perancis harus ditinggalkan umat, begitu juga dengan demokrasi yang merupakan produk turunan dari ideologi tersebut.
Kalaulah umat muslim sungguh-sungguh mencitai Nabi Muhammad SAW, maka seharusnya umat mau sungguh-sunguh mentaatinya. Imam Syafi’i menggambarkan ketaatan sebagai manifestasi cinta. Tanpa ketaatan kepada yang kita cintai, maka cinta kita tak bisa dibuktikan.
Begitulah hubungan kita dengan Allah SWT dan begitu pula hubungan kita dengan Nabi Muhammad SAW. Jika mengatakan cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, maka bukti cinta kita adalah dengan mentaatati syariat Allah dan teladan Rasul-Nya. Sudahkah kita melakukannya?
_Wallahu a’lamu bish shawab_