Oleh Alin FM
Praktisi Multimedia dan Penulis
Pemilihan presiden Amerika Serikat baru saja digelar. Pesta demokrasi Amerika serikat itu telah memilih Joe Biden sebagai presiden terpilih dan Kamala Harris sebagai wakil presiden terpilih. Kini Joe Biden berada di tampuk kekuasaan dan secara resmi mengalahkan calon petahana Donald Trump dalam memperebutkan kursi Presiden Amerika Serikat. Joe Biden juga akan mencatatkan sejarah sebagai presiden Amerika serikat tertua saat dilantik dalam sejarah negara tersebut. Begitu pula dengan Harris menjadi wanita pertama yang menjadi wapres dalam sejarah Amerika serikat.
Kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris telah membawa sejumlah harapan perubahan khususnya bagi umat Islam di seluruh dunia. Banyak di antaranya kaum Muslim yang menggantungkan harapannya terhadap presiden terpilih Joe Biden, menyusul pernyataannya yang akan mencabut larangan perjalanan dari 13 negara. “Pada hari pertama, saya akan mengakhiri larangan Muslim inkonstitusional Trump,” ujar Joe Biden.
Sebagaimana dilansir dari Aljazeera Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, mengucapkan selamat kepada Biden atas kemenangannya. Direktur eksekutif nasional CAIR, Nihad Awad mengatakan bahwa mereka berharap Biden akan menepati janji pemilihannya. “Presiden terpilih Biden telah berjanji untuk mengakhiri larangan Muslim pada hari pertamanya menjabat, termasuk Muslim di setiap tingkat pemerintahannya dan mengatasi masalah diskriminasi rasial dan agama,” ujar Nihad.
Harapan besar itu disemaikan pada Joe Biden karena Umat Islam masih teringat pernyataan Joe Biden ketika mengutip hadist Nabi Muhammad Saw. untuk menyindir kebijakan Presiden Donald Trump yang dinilai kurang tepat pada Juli 2020 ketika kampanye.
Pernyataan tersebut diungkapkan Joe Biden dalam pertemuan puncak online yang diselenggarakan oleh organisasi 'Engage Action'. "Sebuah hadis dari Nabi Muhammad Saw. memerintahkan, Siapa pun di antara kamu melihat kesalahan, biarkan dia mengubahnya dengan tangannya, Jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika dia tidak bisa, maka dengan hatinya," katanya membacakan kutipan hadits seperti dikutip Hops.id--jaringan Suara--, Sabtu (7/11/2020).
Biden sengaja mengucapkan kutipan hadist Nabi Saw. tersebut sebagai respon atas dukungan dari pemimpin Islam di Amerika Serikat kepadanya saat hendak maju dalam pilpres pada 3 November 2020. Bahkan, Biden telah mengungkap janjinya untuk mengatasi kebutuhan dan keprihatian komunitas Muslim Amerika jika terpilih menjadi presiden.
Dirinya juga tidak sungkan memuji Islam sebagai salah satu agama yang agung. Pada kesempatan tersebut dirinya berharap sekolah-sekolah di AS mengajarkan lebih banyak tentang Islam, pernyataan tersebut dikemukakan kepada peserta pertemuan online million muslim votes. "Salah satu hal yang saya pikir penting, saya berharap kami mengajar lebih banyak di sekolah kami tentang iman Islam," terangnya.
Lebih jauh ia juga mengkritik petahana Presiden Donald Trump karena “memperbesar api kebencian”. Dengan dukungan tersebut, Biden juga berjanji akan mengangkat tokoh muslim sebagai bagian dari pemerintahannya dan mengakhiri larangan perjalanan bagi warga negara muslim yang sebelumnya telah dilarang sejak 2017.
"Jika saya mendapat kehormatan menjadi presiden, saya akan mengakhiri larangan Muslim pada hari pertama, hari pertama," ujarnya.
Joe Biden yang saat ini menjadi Wakil Presiden Trump bersaing secara langsung dalam pilpres tahun ini. Joe Biden adalah Wakil Presiden Amerika mendampingi Barack Obama sebelum mengajukan diri sebagai calon presiden. Biden adalah senator Delaware yang paling lama. Berbagai startegi kampanye tengah dibuat Biden dalam menghadapi lawan politiknya.
Dalam jejak pendapat secara nasional, Biden mendapat simpati yang cukup besar dibanding pesaingnya yang maju di pilpres. Keunggulan inilah yang akan dipertahankan Biden dengan berbagai kampanye yang mengutarakan pada kebijakan fleksibel. Salah satunya yakni dengan menghapus beberapa aturan yang telah dibuat Presiden Trump, dan melonggarkan muslim di Amerika Serikat. Janji tersebut akan dipenuhinya jika dirinya menjadi presiden Amerika Serikat.
Joe Biden dan Kontelasi politik Amerika serikat
Keterpilihan Joe Biden sebagai presiden AS ke-46 setidaknya menumbuhkan harapan bagi Umat Islam baik di dalam maupun di luar Amerika Serikat. Padahal rakyat Amerika serikat memilih Biden bukan karena dia luar biasa. Dia menang hanya karena publik AS muak dg arogansi dan kesembronoan Trump mengurus negara, serta ketidakmampuannya menjaga posisi AS dalam konstelasi global.
Untuk memenangkan pertarungan politik pemilu kali ini, Joe Biden mencoba mengambil hati kaum minoritas yaitu warga Muslim dan mendulang simpati para pemimpin negeri-negeri muslim yang selama ini selalu didiskriminasikan oleh negara barat.
Joseph R. Biden, Jr. Atau yang dikenal dengan Joe Biden adalah antitesis dari Presiden Trump, baik secara pendirian maupun latar belakang politik. Lebih santun dalam berbicara dan lebih ramah dengan muslim Amerika. Terlebih lagi, Beliau adalah veteran politik nasional Amerika Serikat. Sejak 1972, Beliau sudah berkiprah dalam politik tanpa henti sampai sekarang. Walaupun demikian Biden adalah politisi yang selama ini mendukung kebijakan-kebijakan Amerika serikat contohnya invasi militer Amerika serikat terhadap Irak.
Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden, tidak terlepas dari konstelasi politik Amerika. Amerika Serikat adalah negara yang tampil sebagai pemenang Perang Dunia II. Ia menjelma sebagai ultimate power tunggal sebelum akhirnya harus berhadapan langsung dengan Uni Soviet (Rusia) berikut Blok Timur sekutunya mulai dekade 1950 hingga runtuhnya komunisme (Soviet) pada tahun 1991. Dan sekarang menjadi negara utama kapitalisme global.
Pastinya, siapa pun pemenang pilpres AS, wajah politik internasional Washington sebenarnya tidak akan berubah drastis. AS sendiri memiliki ideologi yang khas, yang disebarkannya ke seluruh penjuru dunia, bahkan hampir di sebagian belahan dunia mengadopsi ideologi yang diemban oleh AS, yakni ideologi yang dikenal dengan nama kapitalisme. Tetap saja sistem kapitalisme akan tetap dijalankan oleh negara gedung putih tersebut.
Kapitalisme adalah sebuah ideologi yang berasaskan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sistem Pemerintahannya disebut demokrasi. Sistem ekonominya disebut sistem ekonomi kapitalis yang berbasis bunga (riba). Saat ini kepemimpinan kapitalisme dipegang oleh Amerika Serikat. Kapitalisme mempunyai berbagai produk pemikiran turunan seperti: Demokrasi, nasionalisme, permissivisme (budaya serba boleh), hedonisme, kebebasan tanpa batas, feminisme, dan lain-lain. Karena yang paling berkembang dan menonjol dalam ideologi ini adalah modal (capital) maka, kapitalisme-lah yang dijadikan patokan dalam penyebarannya.
Bila kita analisa Amerika serikat dengan kapitalismenya sejatinya adalah penjajah. Penjajahan Ekonomi Kapitalis lebih memudahkan AS untuk mempengaruhi Negara-negara lainnya dan mempertahankan National Interest negaranya melalui penjajahan ekonomi. Penjajahan ekonomi ini nampaknya terlihat tidak berbahaya dibandingkan dengan penjajahan kolonialisme dan imperialisme gaya lama. Namun akibat yang ditimbulkan sangat mengerikan dan sejatinya lebih berbahaya karena mengeruk kekayaan alam negeri-negeri muslim dan pencetus perang di berbagai negara.
Joe Biden hanya dipakai oleh Negera penjajahan ini untuk menyelamatkan muka Amerika serikat yang selama ini dicoreng oleh Donal Trump. Terutama setelah Trump secara serampangan dan arogan memberikan instruksi untuk menyerang pangkalan udara di Irak yang mengakibatkan, Jenderal Qossem Sulaemani beserta beberapa pengawalnya tewas. Begitu pula Trump mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel yang menimbulkan kemarahan umat Islam. Apalagi kantong pemerintah Amerika serikat saat ini defisit. Pada tahun 2019 APBN mereka lagi bobol karena mengalami defisit anggaran yang mencapai US $ 984 miliar atau sekitar Rp 13.000 triliun dan defisit itu juga disebabkan oleh politik Amerika yang agresif dan konfrontatif.
Terlebih, hegemoni Amerika Serikat di dunia didasarkan pada dominasi di Asia dan Eropa, dan dominasi Negeri Paman Sam ini sepertinya akan segera berakhir. Para pengamat cenderung setuju bahwa, cepat atau lambat, “momen unipolar” akan memberi jalan bagi sistem internasional yang dihuni oleh lebih dari satu negara adidaya. Kemungkinan Rusia merebut Eropa, China menguasai perdagangan dunia, umat Islam bersatu dalam "the new caliphet" akan mengakhiri dunia unipolar Amerika serikat seperti yang kita kenal saat ini.
Sesungguhnya di tengah ketidakmampuan sistem kapitalisme sekuler menyelamatkan manusia dari pandemi virus covid-19 dan diikuti berbagai kerusakan di muka bumi, seharusnya makin menyadarkan umat Islam bahwa saat ini kita membutuhkan sistem baru yang tidak pernah mengkamuflase umat Islam. Sistem yang tidak menipu umat Islam dengan kampanye manis mengutip hadist Nabi Saw. seperti Joe Biden.
Sistem alternatif yang akan menyelamatkan manusia dan dunia dari berbagai malapetaka, serta membawa solusi yang akan menyejahterakan masyarakat. Karena, sistem hari ini telah gagal menyejahterakan rakyat, baik pada saat tanpa pandemi covid-19, terlebih lagi ketika terjadi pandemi covid-19 seperti sekarang ini.
Maka,satu-satunya harapan umat hanyalah kepada sistem Islam yakni Khilafah. Inilah sistem yang dibangun di atas landasan wahyu Allah SWT dan dituntun oleh Rasulullah SAW serta dilanjutkan para Khalifah setelahnya.
Karena Islam memiliki kekayaan konsep dan pemikiran cemerlang yang bersifat praktis. Terpancar dari akidah Islam yang shahih dan mengalir dari telaga kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah serta apa yang ditunjuk oleh keduanya. Bahkan telah teruji kemampuannya di seluruh penjuru dunia selama puluhan abad lamanya.
Sehingga, baik di tataran teoritis maupun praktis, hanya paradigma dan konsep-konsep Islam berupa syariah kaffah lah satu-satunya pembebas umat Islam dan dunia dari penderitaan penjajahan Amerika serikat ini.
Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Sejarah telah menunjukkan pada kita bahwa bagaimana Allah SWT mempergilirkan kepemimpinan sebuah peradaban atas dunia. Perubahan tatanan dunia baru pasca pandemi Covid-19 pun mungkin akan terjadi.
Apalagi saat ini ummat telah menyaksikan sendiri berbagai fenomena ambruknya kapitalisme akibat pandemi Covid-19 dan mulai bangkitnya ghirah persatuan di kalangan kaum muslimin, tentu peluang munculnya Khilafah sebagai tatanan dunia baru ini akan semakin besar menjadi kenyataan. Aamiin aamiin Ya Rabbal a'lamiin..