Oleh: Watik Handayani, S.Pd.
Nasib pendidikan tergantung oleh pengelolaan negara. Ujian Nasional (UN) 2021 rencananya akan dihapus dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) mendukung adanya penghapusan UN ini karena dinilai tidak memiliki manfaat signifikan dalam mendidik siswa. Sebagai gantinya UN, IGI pernah mengusulkan dibuatkan sistem portofolio pencapaian siswa hingga akhir pendidikan.
Seperti yang diberitakan republika.co.id (13/12/2019), Ketua IGI M. Ramli Rahim menjelaskan, sistem portofolio ini merupakan tempat catatan siswa tersimpan sejak mulai pertama kali masuk sekolah sampai tamat dari sana. Menurutnya, khusus untuk pemetaan kebutuhan pemerintah terhadap dunia pendidikan. Hal ini bisa dilakukan tanpa harus melibatkan seluruh siswa, tetapi cukup dengan menggunakan sampel dan data statistik yang sangat baik. Dia menilai hasilnya akan tetap baik dan terlihat dengan data statistik yang baik.
Namun, pada 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberlakukan Asesmen Nasional sebagai pengganti ujian nasional. Asesmen Nasional tidak hanya sebagai pengganti ujian nasional dan ujian sekolah berstandar nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan. Dengan banyak perubahan gaya pendidikan. Apakah bisa mencetak generasi cemerlang?
Mungkinkah Asesmen Nasional membawa perubahan pada nasib pendidikan? Dengan dibebaskannya anak dalam belajar, akan membuat anak malas belajar. Contohnya masa pandemi anak harus belajar di rumah. Tentu saja, akan banyak mainnya daripada belajarnya. Walaupun diberi tugas untuk dikerjakan, tetap saja tak mau belajar setidaknya hanya sebentar. Apalagi jika ditiadakan UN, akan membuat anak tambah malas, karena tidak ada tantangan apa yang harus dilakukan. Tiada ujian nasional, bagaimana nasib pendidikan?
Setidaknya, jika ada UN anak-anak akan belajar menghadapi ujian dengan sedikit belajar. Memang itu semua tergantung peran orang tua masing-masing di rumah, karena ketika keluarga tidak mendukung dalam belajar, membuat pembelajaran kurang efektif dan lebih santai karena kurangnya bimbingan.
Tentunya, baik UN ditiadakan atau digantikan dengan Asesmen Nasional yang berbentuk penilaian portofolio, semua ini menyebabkan bimbingan yang kurang efisien dan menyebabkan anak lebih bersikap praktis, tidak jujur dalam belajar serta menjadikan anak tidak bisa berfikir kreatif.
Inilah masalah baru negara, nasib pendidikan terabaikan. Tak ada solusi tepat dalam menangani masalah pendidikan ini. Jika tidak ada penanganan khusus untuk perubahan menuju pendidikan yang lebih baik, akan berbuah simalakama. Dengan sistem bobrok demokrasi kapitalis ini, rakyat akan terus terbodohkan.
Maka, kita perlu menggantikan sistem berdasarkan akidah Islam. Tentu saja, sistem pendidikan Islamlah yang terbaik, karena berasal dari Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan, sistem pendidikan yang berlandaskan Al-Quran dan dikelola oleh orang yang amanah dan tunduk oleh hukum syariah Allah SWT, yakni dengan khilafah sebagai sistem pemerintahannya, semua rakyat akan terjamin oleh kepemimpinannya.
Khilafah Islam pun akan menjadikan masyarakat bisa berpikir cemerlang dan memiliki kreativitas tinggi untuk peradaban bangsa, karena pengelolaan kesejahteraan di tangan penguasa yang amanah, yakni seorang khalifah. Tentu saja, khalifah akan selalu mencari cara dan memudahkan rakyat agar mereka senantiasa semangat menggali ilmu sehingga pendidikan akan maju dan berkembang lebih baik lagi. []
Tags
Opini