Oleh: Nurlinda/ Pemerhati Sosial
Kepulangan ulama Imam Besar Habib Rizieq Syihab disambut dengan ribuan massa. Ini mencetak sejaraah bari di negeri kitayang tercinta. Kegembiraan rakyat atas menyambut kepulangan Habib Rizieq tidak sejalan dengan perasaan para penguasa. Padahal seharusnya perasaan para penguasa harus sehati dengan rakyat. namun biarlah fakta yang berbicara kepada siapa kecintaan dan kepercayaan umat di labuhkan.
Imam Besar Habib Rizieq telah menjadi pusat perhatian. Dimana kepulangannya ke tanah air disambut umat islam dengan penuh kegembiraan yang luar biasa.
Diberitakan okezone.com, 10/11/2020 warga muslim menyambut kedatangan Imam Besar From Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, di Bandara Soekarno-Hatta. Para penyambut bukan hanya datang dari warga Jakarta saja, akan tetapi juga dari luar daerah. Bahkan masyarakat yang tinggal di sekitar Bandara saja juga antusias menyambut kepulangan Habib Rizieq.
Ribuan umat islam ini jelas bukan digerakkan oleh materi. Namun mereka digerakkan oleh kecintaan dan kepercayaan umat. Di tengah berbagai problematika yang menghimpit umat. Sehingga kepulangan beliau seakan menjadi obat dan cahaya harapan di tengah kezaliman.
Tidak heran apabila kecintaan dan kerinduan pun semakin memuncak, mengingat berbagai ketidak adilan, fitnah, dan prasangaka jahat yang dilakukan oleh para penguasa kepada beliau. Sehingga para penguasa kelihatan gerah. Jangankan bersama umat untuk menyambut kedatangan toko umat yang fenomenal ini. Justru membuat para penguasa sibuk nyinyir dan panik. Kedatangan beliau seakan menjadi ancaman bagi rezim penguasa.
Apa lagi dengan adanya seruan revolusi akhlak dalam orasi Habib Rizieq di markas Besar FPI. Beliau dengan lantang menyerukan dan mengajak seluruh umat islam Indonesia agar sama-sama revolusi akhlak. HRS menyebut revolusi akhlak adalah perubahan mendasar yang mengubah sifat manusia dari prtbuatan buruk menjadi baik. HRS juga mengajak umat untuk berkomitmen melawan segala kezaliman. (detik.com, 10/11/2020)
Revolusi akhlak menjadi salah satu agenda yang dibawa HRS dalam kepulangannya ke tanah air. Sehingga membuat Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin pun angkat bicara merespon mengenai revolusi akhlak yang di gagas oleh HRS bahwa revolusi akhlak memang sudah sangat diperlukan. Sebab menurutnya sudah banyak akhlak yang rusak dan perlu di perbaiki.
Jelas revolusi akhlak diharapkan mampu membawa perubahan besar bagi negeri ini. Tentunya kearah yang di cita-citakan yaitu umat membutuhkan pemimpin yang bersandar pada syariat dan berani melawan kezaliman.
Sebagai ketika Umar bin Khaththab ra. Menjabat sebagai kepala negara. Umar selalu menjaga dan memastikan keluarganya agar tidak menikmati harta rakyat untuk kepentingan pribadi. Umar dan keluarganya adalah yang terakhir untuk menikmati hidup setelah memastikan seluruh rakyatnya tidak kelaparan.
Ketika ada aturan yang ditetapkan, Umar biasanya memanggil seluruh keluarganya untuk berdiskusi kemudian berkata, “kalau sampai ada keluarga Umar yang tidak taat akan kutetapkan hukuman dua kali lipat dari pada orang biasa, karena kalian adalah keluarga Umar.”
Sungguh luar biasa akhlak para pemimpin dalam naungan sistem Islam. Ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya sangat luar biasa. Berbeda dengan pemimpin dalam sistem demokrasi kapitalisme. Dimana penerapan sistem demikrasi kapitalisme menjauhkan masyarakat dan pemimpin dari akhlak. Sehingga maksiat mudah dilakukan, serta sosok pengkhianat umat tumbuh subur di sistem demokrasi.
Apabila revolusi akhlak merupakan titik awal bagi umat agar mampu mengubah diri dan perilaku dari maksiat menuju ketaatan total. Maka revolusi akhlak adalah revolusi diri dan masyarakat agar bersungguh-sungguh menjadi hamba Allah yang benar-benar taat dan tunduk pada syariat-Nya secara keseluruhan. Allahu alam bissawab.
Tags
Politik