Oleh : Ummu Aimar
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menjelaskan tahapan perubahan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan.
Habib Rizieq menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Alquran dan sunnah, enggak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamainan, mmenutup pintu rekonsiliasi," ujar Habib Rizieq saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV, Minggu (15/11/2020
https://nasional.okezone.com )
Ribuan umat muslim, menyambut kedatangan imam besar FPI yaitu Habib Rieziq Shihab. Umat begitu antusias, menyambut kedatangannya tiba di indonesia. Ini merupakan suatu wujud perasaan umat akan sosok pemimpin yang saat ini diharapkan untuk memulai perubahan yang hakiki. Bahwa Negeri ini sudah banyak sekali permasalahan dan bentuk kedzaliman yang menimpa pada umat saat ini. Bahwa umat mengingikan pemimpin yang mampu menuntaskan segala bentuk kedzaliman yang terus berulang terjadi.
Saat ini , Umat Islam mengharapkan sosok ulama yang hanya takut kepada Allah. Tidak pernah takut kepada selain-Nya walaupun kepada seorang penguasa dunia. Ulama yang diharapkan senantiasa berada di posisi terdepan menentang segala bentuk kezaliman yang dilakukan penguasa. Dari mulai dzalim menindas rakyat, rusak bangsa dan negara, kriminalisasi ulama. Maka Imam besar FPI bergerak menggaungkan revolusi akhlak . Sebagai bentuk menentang segala kedzaliman para penguasa negeri ini.
Bahwa umat merindukan keadilan dan berakhirnya semua kedzaliman. Umat membutuhkan pemimpin yang bersandar pada syariat dan berani melawan segala bentuk kezaliman. Pemimpin yang berani membongkar rezim yang dzalim pada rakyatnya.
Maka, ulama seperti inilah yang dirindukan umat saat ini .Yakni ulama yang tidak diam, tidak menyetujui dan tidak mendukung kezaliman serta siapa pun yang berbuat zalim. Di saat yang sama, bersama umat mereka siap berjuang mewujudkan kepemimpinan Islam, bukan melanggengkan kepemimpinan demokrasi dan mencampakkan syariat Islam.
Inilah hasil sistem demokrasi yang rusak dan merusak yang terus diterapkan. Bahwa pemimpin yang sebaik apapun jika bergelut di sistem demokrasi akan terbawa arus bahkan bisa berubah akibat aturan yang salah .
Maka kita bisa lihat, sistem demokrasilah sumber segala kezaliman. Karena sistem inilah yang telah melahirkan berbagai kebijakan zalim, bahkan melanggengkan kezaliman tetap terjadi.
Firman Allah SWT, “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (Q.S asy-Syura: 42).
Oleh karna itu, semestinya umat tidak diam dengan kezaliman rezim demokrasi. Bahkan umat harus mencegah kezaliman mereka. karena hal ini termasuk kemungkaran yang nyata. Bahwa saat ini, umat banyak sadar akan menyadarkan bahwa yang dibutuhkan umat adalah sistem kepemimpinan bersandar syariat (khilafah). Maka akan melahirkan para pemimpin yang hanya takut kepada Allah , amanah, kebijakannya adil, bertanggung jawab atas kepemimpinan nya hingga menuju perubahan yang hakiki dan menyelamatkan kita pada dunia akhirat.
Ini semua bisa diwujudkan dengan revolusi pemikiran dan pergantian sistem saat ini menjadi sistem islam yang berasal dari Allah.
Bahwa revolusi (perubahan menyeluruh) akhlak akan menjadi hasil pemberlakuan sistem khilafah yang akan melenyapkan segala bentuk kedzaliman. Untuk mewujudkan kepemimpinan Islam dibutuhkan revolusi pemikiran yang disandarkan pada Islam. Dimulai dari berpikir tentang akar krisis yang sedang dihadapi masyarakat, menghadirkan ide yang hendak dijadikan asas perubahan masyarakat, serta metode perubahan yang akan ditempuh untuk merealisasikan tujuan.
Siapa pun yang akan melakukan perubahan dituntut untuk memahami Islam sebagai sebuah ideologi, yakni pemikiran yang menyeluruh.
Di dalam pemikiran tersebut juga terkandung ide dan metode, bagaimana konsep tersebut dipertahankan dan disebarluaskan. Di samping itu, ideologi juga menjelaskan metodenya, yaitu bagaimana ideologi Islam disampaikan ke tengah-tengah masyarakat. Lalu dijadikan sebagai asas untuk membangkitkan umat serta membangun negara islam yang menerapkan Islam dalam kehidupan .
Perlu untuk dipahami juga , bahwa siapa pun yang akan melakukan perubahan. Tidak boleh hanya mengemukakan pemikiran Islam saja. Melainkan wajib mengemukakan kebobrokan berbagai pemikiran kufur yang ada di tengah kehidupan umat Islam. Ketika ada seruan terkait revolusi akhlak maka perlu dipahami , bahwa akhlak adalah bagian dari hukum syara’ yang kedudukannya sejajar dengan hukum syara’ yang lain. Revolusi akhlak harus diletakkan sebagai bagian takwa kepada Allah SWT. Karena akhlak mulia itu adalah ketaatan kepada Allah. Akhlak
merupakan bagian dari hukum syara’. Jadi berakhlakul karimah sebagai bagian takwa ini akan membawa pada masyarakat, bangsa, dan negara yang berkah.
Oleh karena itu setiap muslim memiliki kewajiban untuk terikat dengan akhlak yang benar yakni berlandaskan akidah Islam sebagai konsekuensi keimanan dan mencerminkan ketakwaannya.
Sejatinya semua itu hanya dapat terealisasikan ketika diterapkan sistem Islam (khilafah). Sebab Khilafah akan menjaga dan menerapkan hukum syara’ secara sempurna. Termasuk menjaga umat agar tetap memiliki akhlak mulia serta melindungi ajaran Islam juga umatnya dari penghinaan maupun berbagai bentuk kezaliman para penguasa.
Kini tegaknya Khilafah hampir tiba, geliat kerinduan umat atas persatuan Islam begitu besar. Alhasil, jika mayoritas umat sudah memiliki kesadaran yang sama tentang wajibnya mengembalikan khilafah. Karna menegakkan dan menjaga Khilafah hukumnya wajib. Maka semua berjuang untuk bahu-membahu untuk menegakkan Khilafah.
Wallahu A'lam Bi Ash-Shawab
Tags
Opini