Resume kajian on air: Menjadi Pahlawan Bagi Keluarga



Oleh: Tia Febrianti

 Hari pahlawan yang selalu diperingati di setiap tanggal 10 November adalah bukti bagaimana orang yang sudah punya jasa bagi bangsa akan dikenang. Bukan hanya R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika atau nama-nama besar yang sudah dikenal masyarakat dan bisa menjadi pahlawan. kita sebagai ibupun bisa menjadi pahlawan meski bukan pahlawan untuk bangsa setidaknya ibu bisa menjadi pahlawan untuk anak dan keluarganya. 

Bagaimana agar ibu bisa menjadi pahlawan bagi anak-anaknya? Dan bagaimana ibu menyiapkan anak-anaknya agar memiliki jiwa kepahlawanan?

Hal inilah yang dijelaskan dalam ajang Keluarga Sakinah bersama Ustazah Umi Hamzah. Dengan tema, Menjadi Pahlawan Bagi Keluarga. Di radio DSK 103,2 FM pada Jumat, 13 November 2020. 

Ustazah Umi Hamzah mengungkapkan meskipun yang namanya hari pahlawan itu selalu diperingati akan tetapi masih jarang masyarakat yang mereka mampu untuk memahami makna pahlawan itu sendiri. Seolah-olah gelar pahlawan itu sangat jauh untuk kita (para ibu). Karena gelar pahlawan itu seolah-olah hanya layak disematkan untuk orang-orang yang ikut berperang dalam mengusir penjajah dari tanah air. Padahal yang namanya makna pahlawan itu sebenarnya tidak sesempit yang kita kira.

Menurut KBBI terbitan Pusat Bahasa Tahun 1988, pahlawan itu adalah orang yang menonjolkan keberanian, pengorbanannya dan juga membela kebenaran. Jadi, pahlawan adalah orang yang memiliki keberanian, rela berkorban dan membela kebenaran. Itu dikutip dari sumber Wikipedia. 

Berangkat dari pengertian itu maka pahlawan itu adalah sosok seseorang yang mereka memiliki minimal 3 karakter. Yaitu yang keberanian, rela berkorban dan selalu membela kebenaran. 

Nah, ketika kita melihat karakter yang dimiliki oleh seorang pahlawan maka sebenarnya karakter dasar dari pahlawan itu bisa dimiliki oleh siapapun. Tak terkecuali juga oleh kita sebagai seorang ibu. Maka ibupun bisa dikatakan pahlawan pada saat seorang ibu memiliki minimal 3 tadi.

Maka seorang ibu layak dijadikan atau disematkan jasa pahlawan kepadanya atau juga sering orang mengatakan bahwa "ibuku adalah pahlawanku". Itu adalah ungkapan yang tidak salah, itu benar adanya.

Ketika ibu mendidik anak maka pada saat anak berkeinginan untuk melakukan kemaksiatan, ibu dengan berani mencegah anak-anaknya untuk berbuat maksiat. Meskipun ibu harus melawan naluri keibuannya. Apalagi kita hidup di dalam sebuah masyarakat yang bobrok hari ini, yang rusak hari ini, maka tampilnya ibu-ibu yang berjiwa pahlawan ini sangat diperlukan. Karena hanya ibu yang punya karakter seorang pahlawanlah yang akan tampil memberikan perubahan untuk masyarakat.

Seorang ibu yang dia berjiwa pahlawan tidak akan menjadikan anak itu sebagai alasan untuk meninggalkan kewajiban.

Seorang ibu yang memiliki karakter pahlawan adalah ibu yang siap berkorban untuk anak-anaknya, untuk suaminya, tentu berkorban dijalan Allah SWT.
Ini dikecualikan bagi seorang ibu yang melalaikan tugas-tugasnya sebagai Ummu waribbatul bait, gampang menyerah dengan keadaan, lemah dalam mengambil sikap dan tidak berkorban untuk anak-anaknya.

Ibu yang memiliki karakter pahlawan, akan selalu berbuat adil, ibu akan menempatkan segala sesuatu itu sesuai dengan porsinya, sesuai dengan ketentuan dari Allah SWT. Seorang ibu yang berjiwa pahlawan tidak akan hanya mengikuti kecondongannya saja. Yaitu kasih sayang terhadap anak-anaknya tanpa dikaitkan dengan aturan Allah. Sehingga akhirnya menghantarkan ibu berbuat tidak adil kepada anak-anak yang lainnya. Jadi, ibu harus bisa menyembunyikan kecondongannya, kecondongan kasih sayangnya di hadapan anak-anak yang lain. 

Pemateri menyebutkan bagaimana para Shahabiyah Rasulullah saw berhasil dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi seorang pahlawan Islam atau mujahid. Seperti Asma' binti Abu Bakar yang mengantarkan anaknya Abdullah bin Zubair mati syahid. Ada Al-Khansa nama yang begitu harum karena kisah luar biasa pada dirinya dimana dia bersama keempat putranya mati syahid di medan perang. Lalu Nusaibah Binti Ka'ab yang mengantarkan kedua anaknya Amar dan Sa'ad menjadi syuhada.

Dari kisah mereka, kita bisa mengambil pelajaran betapa pentingnya peran ibu dalam melahirkan para pahlawan. Tidak akan ada yang namanya pahlawan tanpa adanya ibu yang mendidik, dan mengarahkannya. Maka ketika seorang ibu sudah bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi seorang pahlawan. Maka saat itulah ibu itu menjadi pahlawan yang sesungguhnya. 

Pahlwan sesungguhnya bagi seorang ibu akan didapatkan jika ibu hanya berpangku tangan saja. Ketika ibu membiarkan anaknya dididik dan diarahkan justru oleh media-media kafir. 

Jadi ibu yang bisa mendapatkan gelar pahlawan itu adalah ibu yang memaksimalkan diri dalam mendidik dan membina anak-anaknya. Dalam mengarahkan anak-anaknya agar mereka menjadi anak-anak atau generasi Islam yang tangguh, anak-anak yang memiliki jiwa kepahlawanan. Sehingga muncul kecintaan mereka kepada Allah dan RasulNyA. Juga jihad di jalan Allah itu diatas kecintaan mereka kepada yang lainnya. Ini adalah hasil dari didikan ibu.
 
Maka pada saat anak-anaknya menjadi pahlawan, ibulah yang justru menjadi pahlawan sesungguhnya. Karena ibulah yang mencetak, melahirkan, dan mendidik serta mengantarkan anak-anaknya menjadi pahlawan.

Jadi ibu bisa menjadi pahlawan pada saat ibu memaksimalkan dan mengoptimalkan diri dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak