Oleh: Nita Karlina (Aktivis Muslimah Kendari)
Majalah Charlie Hebdo di Prancis kembali menuai kontroversi setelah beberapa waktu lalu kembali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW. Beberapa tahun lalu majalah tersebut sudah melakukan hal serupa. Lima tahun setelah serangan di kantor redaksi majalah satire Charlie Hebdo di Ibu Kota Paris, Prancis, sebuah langkah kontroversial kembali dilakukan oleh media ini. Pada 1 September lalu, kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW diterbitkan ulang, memicu kemarahan umat Muslim di seluruh dunia. Karikatur Nabi Muhammad SAW dicetak ulang satu hari sebelum jadwal persidangan kasus serangan kantor Charlie Hebdo, yang terjadi pada 7 Januari 2015 dan menewaskan 12 orang, termasuk kartunis ternama di Prancis. Para tersangka akan diadili atas berbagai tuduhan, termasuk keterlibatan dalam pembunuhan dan konspirasi teroris. (Republika.co.id).
Pemerintah Prancis berdalih bahwa itu adalah sebuah kebebasan pers, seni atau ekspresi. Padahal kebebasan dalam pers bukan harus menyudutkan, apalagi menghina bahkan terkesan menjadi provokator. Sehingga alasan seperti ini sangat tidak bisa diterima. Dan ini jelas, bahwa ada indikasi Islamophobia akut, sehingga mereka berani untuk menghina Islam dengan tindakan yang pernah terjadi sebelumnya.
Pernyataan pemerintah prancis, membuat seluruh umat islam di dunia marah, hal ini dapat di lihat dari berbagai aksi yang di lakukan umat islam. Seperti aksi yang di gelar oleh FPI dan PA 212.
FPI dan PA 212 Cs akan menggelar aksi bela Nabi Muhammad SAW di depan Kedutaan Besar Prancis, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2020) siang. Inshaallah jadi, kita aksi bela nabi di depan Kedubes Prancis," kata Koordinator Lapangan Aksi Bela Nabi, Ujang Supandi melalui pesan singkat kepada Suara.com, Senin (2/11/2020)
Menurut Ujang, aksi ini akan diikuti ribuan massa dari berbagai wilayah. Aksi ini juga akan tetap memperhatikan protokol kesehatan. "Kurang lebih massa 1000 orang yang datang dan diwajibkan protokol kesehatan," ungkapnya.
Menyikapi pernyataan dan sikap presiden Prancis Emmanuel Macron yang secara terang-terangan telah melecehkan dan menghina Nabi Muhammad SAW, Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara.
"Memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis serta mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan tekanan dan peringatan keras kepada Pemerintah Prancis," kata Wakil Ketua Umum MUI KH Muhyiddin Junaidi (Suara.com, 30/10/2020).
Berbagai usaha telah di lakukan umat islam untuk membela kehormatan nabi Muhammad Saw. Mulai dari aksi yang di gelar di berbagai penjuru dunia, bahkan indonesia pun menjadi bagian dari aksi tersebut. Kecaman dan boikot di serukan agar pemerintah prancis segera meminta maaf atas tindakan yang di lakukannya.
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW sama dengan penghinaan terhadap ajaran Islam, dan ini bukanlah yang pertama. Hal serupa sudah sering terjadi oleh mereka yang anti terhadap Islam, terus berulang karena menganut sistem kebebasan berpendapat. Yang mana pada akhirnya pendapat yang bebasnya kebablasan bahkan berani melakukan penghinaan seperti ini tak pernah mendapatkan hukuman serius dan akan hilang dan terlupakan seiring berjalannya waktu. Sehingga tak heran bila suatu hari nanti kejadian serupa akan terulang kembali, selama sekuler liberal yang diterapkan, maka umat Islam akan terus menjadi incaran musuh-musuh Islam.
Tidak adanya satu kepemimpinan yang yang menjadikan umat ini satu. Dan menjadikan hukum syara sebagai peraturan dalam kehidupan mereka. Dalam islam hukuman bagi penghina nabi adalah hukuman mati, para ulama sepakat akan hal ini. Hukuman semacam ini di peruntukan mengingat tindakan yang di lakukan merupakan tindakan yang kejam dan menghina nabi berarti menghina Allah Swt. Hukuman ini juga di tunjukan agar menjadi efek jera bagi yang lainnya, dan insya Allah jika di terapkan tidak akan ada lagi penghina yang selanjutnya.
Sistem sekuler menjadikan kita jauh dari agama, hukum - hukum nya hanya berdasarkan ide manusia. Kecaman dan boikot sesungguhnya tidak efektif untuk pelanggaran semacam ini, kalau kita lihat penghinaan terhadap agama islam berulang ulang terjadi dan hukuman nya tidak menjadikan efek jera. Inilah wajah asli sekulerisme, tidak membuahkan kedamaian dan ketentraman bagi penganutnya. Sistem yang berasal dari manusia pasti akan selalu terjadi perbedaan, pertentangan dan perselisihan.
Maka dari itu, sudah saatnya umat islam bangkit. Dakwah menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari yang mungkar menjadi aktivitas utama kaum muslim. Wallahualam bishowwab.