Oleh : Elis Sulistiyani
Muslmah Perindu syurga
Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2020 di harapkan dapat membawa angin segar untuk bangkitnya ekonomi global, tak terkecuali Indonesia. Biden sendiri di proyeksikan beberapa pengamat akan mengurangi tensi hubungan dagang dengan Cina. Dari sisi ekonomi, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya akan melakukan kebijakan baru seperti menaikkan berbagai macam pajak termasuk pajak korporasi yang diprediksi akan naik sebesar 15%. Terkait belanja negara, Biden berjanji akan memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar yakni sekitar US$ 2,5 triliun selama periode 2021-2024.(financedetik.com, 08/11/2020)
Ketika negeri ini telah bergantung hidup kepada negara lain, maka perbaikan negeri ini juga tergantung dari keadaan global. Salah satunya kemenangan Biden menjadi asa baru bagi perbaikan ekonomi negeri. Paska di terjang badai pandemi Covid-19 perekonomian negeri ini kian luluh lantak. Ditambah dengan sentimen dagang antara AS-Cina kian membuat anjlok pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hingga akhirnya rakyat harus membayar mahal dengan kehidupan yang kian sulit dan jauh dari kesejahteraan.
Tak sedikit yang harus kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja yang terjadi di seluruh penjuru negeri. Tak sedikit pula yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi keluarganya. Kesejahteraan adalah impian bagi setiap umat manusia, dan tujuan hidup di dunia kebahagiaan. Namun kebahagiaan ini akan memunculkan makna yang berbeda jika dilihat dengan sudut pandang yang berbeda pula.
Maka jika lihat dengan kacamata kapitalis, kita akan menemukan bahwa sistem ini telah menjadikan materi sebagai standar kebahagiaannya. Selain itu tabiat kapitalis hanya berorientasi kepada keuntungan para kapital belaka. Dan sistem ini pula yang kini dianut negeri kita. Maka bak jauh panggang dari api jika kita berharap kepada kemenangan Biden yang dihasilkan dari sistem yang bobrok ini akan membawa kesejahteraan rakyat. Kita tidak bisa menggantung harapan kepada janji Biden kala kampanye. Karena janji dalam kampanye hanya janji manis yang entah apakah bisa dipertanggungjawabkan ataukah tidak.
Berbeda halnya jika kita melihat dengan kacamata Islam maka sudut pandang kesejahteraan yakni dengan memaknai kebahagiaan dengan hanya mengharap Ridho Allah. Ridho atas segala syariat yang ditetapkan untuk mengatur segala aspek kehidupannya. Karena sejatinya Islam telah menghadirkan aturan guna menjamin kesejahteraan rakyat.
Pertama, mewajibkan dan memberikan dorongan spiritual kepada laki-laki agar bekerja untuk mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan tanggungannya.
Kedua, memberikan peluang yang sama untuk hidup lebih sejahtera.
Khalifah Umar menyatakan: “Orang yang memagari tanah tidak berhak (atas tanah yang telah dipagarinya) setelah (membiarkannya) selama tiga tahun.”
Ketiga, melarang setiap hal yang dapat menimbulkan kekacauan ekonomi. Antara lain:
a. Riba; b. Judi ;c. Ghabn Fâhisy (penipuan harga dlm jual beli) ;d. Tadlis (penipuan barang/alat tukar) ;e. Ihtikar (menimbun) ;f. Mengemis ;g. Setiap hal yang diharamkan Allah SWT, kalau dilanggar akan menimbulkan kerusakan
Keempat, mewajibkan Negara untuk memelihara urusan rakyat dg ancaman yg berat bagi yang melalaikannya.
Rasulullah saw bersabda: “Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.”[HR. Bukhari dan Muslim].
“Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur rakyat, kemudian dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyatnya), kecuali Allah akan haramkan dia (langsung masuk) surga.” (HR. Muslim)
Demikianlah Islam hadir dengan aturan yang paripurna guna menghadirkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Maka saat ini sudah saatnya kita berhenti berharap kepa pemimpin yang lahir dari sistem yang rusak ini. Segala harapan yang diberikan hanya kepalsuan belaka yang pada akhirnya akan membuat umat kembali kecewa dan menderita.
Tags
Politik