Oleh : Susi Tri
Penistaan terhadap kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW terus terjadi berulang kali. Tidak hanya di luar negeri, tapi juga di dalam negeri. Orang kafir dan munafik sepertinya tidak punya rasa takut terhadap reaksi yang akan mereka hadapi dari umat Islam. Wajar hal ini terjadi, karena reaksi umat Islam hanya mengatasnamakan kelompok individu, bukan reaksi atas negara yang mengatasnamakan kaum muslim.
Para penguasa muslim memilih diam. Tidak ada satu pun penguasa yang berani membela Nabi yang mulia dengan kekuatan dan kekuasaan yang mereka miliki. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi SAW. dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi-jadi.
Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. Mereka seperti lupa dengan sindiran Imam Asy-Syafii kepada orang yang diam saat agamanya dihina,
مَنِ اسْتُغْضِبَ فَلَمْ يَغْضَبْ فَهُوَ حِمَارٌ
“Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai.” (HR al-Baihaqi)
Ulama besar Buya Hamka rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirah-nya ketika agamanya dihina. Beliau menyamakan orang-orang seperti itu seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”
Pada zaman Nabi SAW. ada seorang pria yang amat marah kepada istrinya karena terus-menerus menghina Nabi SAW. Akhirnya, sang suami membunuh istrinya tersebut. Ketika kabar ini sampai kepada Baginda Nabi SAW. dan pria ini mengakui perbuatannya, beliau bersabda,
« أَلاَ اشْهَدُوا أَنَّ دَمَهَا هَدَرٌ »
“Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)!” (HR Abu Dawud)
Karena itu, wahai kaum Muslim, marilah bela agama kita! Belalah Nabi kita yang mulia!
Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah SWT yang layak mendapatkan jannah-Nya kelak. Penistaan kepada beliau terus terjadi karena diamnya sebagian besar dari kita terhadap hal ini.
Penistaan terhadap Nabi Saw. juga terjadi karena prinsip kebebasan berbicara yang diberikan sekularisme-liberalisme yang memberikan panggung kepada orang-orang yang mendengki dan terus menyerang Islam. Mereka dilindungi oleh berbagai peraturan dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka.
"Ketahuilah mereka tak akan pernah berhenti melakukan penyerangan terhadap agama ini. “Kedengkian yang tersimpan dalam hati mereka jauh lebih besar lagi.” (QS Ali Imran [3]: 118)
Agama ini sungguh tak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat. Dulu Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi Saw. Saat itu Sultan Abdul Hamid II langsung mengultimatum Kerajaan Inggris yang bersikukuh tetap akan mengizinkan pementasan drama murahan tersebut.
Sultan berkata, “Kalau begitu, saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!”
Kerajaan Inggris pun ketakutan dan pementasan itu dibatalkan. Sungguh, saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung itu. Itulah Khilafah!
Tags
Opini