Oleh: Annisa Shabrina S.Psi
(Ibu rumah tangga)
Pak Nadiem, terimakasih, kita belum butuh program merdeka belajar, tapi masih butuh belajar untuk merdeka
Sempat takjub dengan konsep merdeka belajar, terbilang berani juga unik karna mengusung salah 1 konsep nuansa di luar kelas, yang bertujuan agar peserta didik memiliki karakter yang berkompeten, berani, dan mandiri (wikipedia.com). Namun pada kenyataanya, yang terlihat kini para mahasiswa yang mewakili pemuda juga peserta didik dihalangi kompetensinya dalam menyuarakan aspirasi rakyat dengan mandiri dan berani. Hal ini bisa kita ketahui dari berbagai media sosial yang menyatakan bahwa pemerintah tetap mengesahkan UU Omnibus Law yang ditentang mayoritas masyarakat Indonesia, dan membungkam suara para pendemo yang mayoritas adalah mahasiswa (cnnmedia.com).
Mereka peserta didik tak lagi kompeten, karena akan sulit mendapatkan pekerjaan bagi pemberi kritik terhadap pemerintah. Mereka tak lagi mandiri, karena semangat membela rakyat yang didasari cinta negara kini trauma dengan aparat. Mereka tak lagi merdeka karena dijerat ketakutan oleh hukum yang diinisiasi oleh pemerintah/penguasa, bukan lagi oleh rakyat. Hal ini cukup mengherankan karena, bukankah demonstrasi adalah bagian dan konsekuensi dari demokrasi? Pemerintah tidak memberi hak muhasabah sehingga berkesan otoriter dan anti kritik. Sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa sistem demokrasi tidak lagi ramah bagi intelektual muda.
Kini sudah kian jelas, sistem dan hukum yang ditegakkan manusia penuh kecacatan, berbeda jauh dgn sistem dan hukum islam yang ditegakkan oleh Allah. Firman Allah surat AlMaidah ayat 50:
أَفَحُكۡمَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ يَبۡغُونَۚ وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكۡمٗا لِّقَوۡمٖ يُوقِنُونَ ٥٠
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin”.
Berbeda halnya dengan sistem islam yang memberi perhatian besar pada generasi muda. Islam mengedukasi peserta didik agar memiliki kepribadian islam (Syakhsyiyah Islami ) dan pola sikap islam (nafsiyah islam) yg menuntun mereka untuk berlaku dan memutuskan sesuatu sesuai hukum syariat. Sistem islam yang teratur akhirnya menciptakan pemuda yang faqqih fiddin, menguasai saintek hingga bisa berkarya, serta berjiwa pemimpin hingga berani menolak kedzaliman. Sistem yang jauh lebih unggul dibanding sistem demokrasi yang kini lumpuh fungsinya.
Oleh karena itu, kita masih butuh untuk belajar berdasarkan kurikulum yang diatur langsung oleh Allah yang maha tahu. Bukan kurikulum yang dibuat oleh hamba yang sok tahu. Agar kita senantiasa mampu merdeka di dunia juga akhirat.
Tags
Opini