Oleh: yuli ummu fatih
Sebelum kedatangan Islam, kezaliman begitu merajalela dan keadilan sulit dicari. Para raja, kaisar, bangsawan dan orang-orang kaya menguasai hukum di tengah-tengah masyarakat. Orang-orang miskin, kaum wanita, apalagi para budak kerap menjadi korban. Dalam kondisi macam itulah Allah SWT mengutus Nabi saw. sebagai sosok yang adil dan membawa keadilan Islam. Beliau datang untuk melawan berbagai kezaliman.
Di sinilah letak pentingnya memahami korelasi makna cinta kepada Nabi saw. dengan perjuangan menegakkan keadilan dan menentang kezaliman. Tak mungkin mencintai Nabi saw., tetapi merobohkan keadilan, lalu berperilaku zalim atau bersekutu dengan kezaliman.
Islam adalah agama keadilan. Islam memusuhi setiap kezaliman. Di dalam al-Quran secara berulang Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk menegakkan keadilan. Allah SWT, misalnya, berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
Sungguh, Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada ahlinya, dan jika kalian mengadili manusia, hendaknya kalian menetapkan hukum dengan adil (TQS an-Nisa’ [4]: 58).
Adil bukanlah menurut kapitalisme-liberalisme. Adil tentu harus menurut pandangan Allah SWT. Dalam Islam, adil adalah lawan dari zalim. Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya, Syifa’ al-‘Alil, menjelaskan bahwa makna adil adalah meletakkan sesuatu pada posisinya dan menempatkan sesuatu itu pada tempat selayaknya. Sebagaimana kezaliman itu adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dalam konteks Islam, adil adalah yang sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Dengan demikian keadilan hakiki yang dituntut Allah SWT adalah menaati dan memberlakukan syariah Islam baik pada diri sendiri, keluarga maupun masyarakat di dalam negara. Inilah keadilan yang sebenarnya.
Kezaliman adalah dosa besar. Kezaliman adalah musuh agama dan musuh umat. Bahkan Allah SWT telah mengharamkan kezaliman bagi Diri-Nya. Karena itu Allah pun mengharamkan kezaliman antar sesama hamba-Nya.
Rasulullah saw. mengingatkan kaum Muslim akan besarnya bahaya kezaliman yang kelak akan dihadapi pelakunya pada Hari Kiamat:
الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Kezaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari dan Muslim).
Kezaliman, menurut al-Quran dan as-Sunnah, beragam tingkatannya. Yang paling besar adalah mempersekutukan Allah SWT. Kezaliman yang juga termasuk dosa besar adalah tidak memberlakukan hukum-hukum Allah SWT seraya berkiblat pada hukum-hukum buatan manusia, sebagaimana dalam sistem demokrasi, sesuai ajaran Montesquieu.
Kezaliman akibat mencampakkan hukum Allah telah menimbulkan ragam kezaliman yang lain kepada sesama manusia, baik dalam negeri maupun diluar negeri.
Demi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, marilah kita tegakkan keadilan dan lawan kezaliman! Ingatlah, keadilan hanya bisa tegak dengan tegaknya hukum-hukum Allah SWT di muka bumi. Tak mungkin tercipta keadilan dengan meninggalkan syariah Islam. Terbukti, sistem hukum buatan manusia hanya menciptakan kezaliman demi kezaliman yang tak berujung.
Karena itu kecintaan kepada Nabi saw. semestinya terwujud antara lain dengan cara berjuang menegakkan syariah Islam. Hanya dengan tegaknya syariah Islam, keadilan bakal tercipta dan kezaliman bakal lenyap.