Layakkah Demokrasi menjadi Gantungan Harapan?



Oleh: Putri Efhira Farhatunnisa


"Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh," kata Joe Biden.

Selain itu, Joe Bidden juga mengutip hadist Nabi Muhammad SAW "Hadist Nabi Muhammad memerintahkan siapa pun di antara kamu melihat kesalahan biarkan dia mengubahnya dengan tangannya jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya."(jakbarnews.com)

Pernyataan Joe Biden sebagai presiden terpilih AS ini mengundang haru netizen, berharap janjinya ini akan benar-benar direalisasikan sehingga masyarakat dengan keberagaman etnis dan agama bisa hidup rukun dan damai dibawah naungan sistem buatan manusia. Begitu pula yang dilakukan oleh Presiden Emmanuel Macron, presiden Prancis saat ini yang ketika kampanye mendeklarasikan dirinya pro terhadap imigran dan memiliki pandangan tersendiri terhadap umat Islam berbeda dengan rivalnya Marine Le Pen yang terkesan membenci kaum minoritas, hingga Macron berhasil mendapat suara dari 86% penduduk muslim disana.

Namun sekarang Macron membuka kedoknya dengan pembelaannya terhadap penghinaan Nabi Muhammad SAW yang artinya Macron dan Marine Le Pen memang tak ada bedanya, sama-sama membenci Islam hanya cara mainnya yang berbeda dengan tujuan yang sama. Membentuk framing baik di mata masyarakat memang suatu keharusan yang dilakukan saat kampanye, hal itu semata-mata hanya untuk meraup suara sebanyak mungkin hingga berhasil menduduki kursi yang diinginkan. Namun apa yang terjadi setelah mendapatkan kedudukan? Janji-janji manis yang diungkapkan saat kampanye hanya sebatas kata-kata tanpa pembuktian, tanpa memenuhi janjinya dijalankanlah roda pemerintahan dengan sesuka hati. 

Kita memang tak bisa berharap banyak pada sistem yang sudah bobrok ini, nyatanya banyak kandidat yang menyatakan janji manis serupa di  negaranya namun rupanya menusuk dari belakang seakan ingin menyelamatkan namun seperti memberi  bom waktu yang bisa meledak kapan saja sesuai perintahnya. Menebar janji manis berdasar asas manfaat, bukan benar-benar ingin memperjuangkan. Semanis apapun janji kampanye seharusnya tak membuat umat terlena karena selama sistem yang diemban adalah sistem yang sama, maka itu hanya akan menyebabkan masalah berkepanjangan tanpa solusi tuntas. Kemanusiaan dan toleransi yang selalu mereka gaungkan nyatanya tak berlaku untuk umat muslim.

Sudah saatnya umat sadar bahwa sistem demokrasi tak layak menjadi gantungan harapan termasuk bagi perbaikan kondisi muslim di berbagai belahan dunia. Hanya sistem Islam lah yang sangat tepat untuk menjadi problem solving dari segala problematika kehidupan. Yang dimana masyarakat dengan keberagaman etnis dan agama bisa hidup damai dan sejahtera dibawah naungan Khilafah, tak ada lagi rasisme tak ada lagi umat Islam yang dikriminalisasi. Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak