Oleh : Neti Ummu Hasna
Dalam rangka kunjungan kerjanya ke sejumlah negara di Asia, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo akhirnya tiba di Jakarta pada Kamis (29/10/2020) dini hari.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sebelumnya menyatakan, ada dua agenda yang akan dilakukan Pompeo selama berada di Tanah Air.
"Selain melakukan pertemuan bilateral dengan saya, Menlu Pompeo juga akan hadir dalam Forum Gerakan Pemuda Anshor mengenai dialog agama dan peradaban," kata Retno melalui telekonferensi, Kamis, 22/10/2020. (Kompas, 29 Oktober 2020)
Dalam pertemuan bilateral, kedua negara membahas tentang adanya ketegangan yang memanas di Laut Cina Selatan.
Sebagaimana diketahui, Kepulauan Natuna tengah terancam dampak dari konflik Laut China Selatan (LCS). Konflik memanas usai China mengklaim sepihak 90 persen dari perairan LCS.
"Bagi Indonesia, Laut Cina Selatan harus dijaga sebagai laut yang stabil dan damai," ujar Retno.
"Hukum internasional, khususnya UNCLOS 1982 harus dihormati dan dilaksanakan. Oleh karena itu, setiap klaim harus didasarkan pada prinsip hukum internasional yang diakui secara universal, termasuk UNCLOS 1982," tegasnya.
Terkait hal tersebut, Retno mengatakan menolak berbagai klaim maritim di wilayah perairan tersebut. Ia mengatakan konvensi PBB tentang hukum laut atau The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) merupakan acuan hukum yang harus diterapkan dan dihormati semua negara.
Sikap tersebut sejalan dengan upaya AS menentang klaim China tersebut. Bahkan, kedua negara telah sepakat bekerja sama untuk melindungi ketahanan LCS.
Sementara itu, ditemui sebelum menggelar pertemuan dengan Pompeo, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, GP Ansor memiliki beberapa kesamaan tujuan. Pertama, Ansor ini ingin agar citra soal Islam, terutama di dunia Barat tidak melulu citra yang identik dengan kekerasan dan teror. "Ada sisi Islam yang lain, Islam yang penuh rahmah, Islam yang penuh kasih sayang yang di sini kita kenal dengan Islam rahmatan lil alamin," tuturnya.
Gus Yaqut juga menegaskan bahwa Ansor ingin menunjukkan bahwa Islam yang didakwahkan oleh ulama pada umumnya di Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam yang sangat berbeda dengan apa yang ditemui di dunia Barat seperti kejadian terakhir di Paris, Prancis.
Kunjungan AS untuk Meraih Dukungan Indonesia
AS sangat perlu untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia karena memiliki kepentingan atas kawasan Laut Cina Selatan ini. Akan tetapi AS harus berhadapan dengan Cina yang merupakan negara paling berambisi untuk menguasai perairan Laut Cina Selatan secara tunggal. Jelas, kedatangan Pompeo untuk memastikan Indonesia berada di pihak AS.
Pompeo memberi pesan kepada Cina, bahwa AS dan Indonesia adalah mitra strategis, karena selama ini Cina dinilai agresif di Laut Cina Selatan.
Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Asisten Menteri Luar Negeri, David R. Stilwell tentang alasan Menlu AS Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia di akhir tur Asia-nya.
“Indonesia penting karena banyak alasan, tak lain adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia dan merupakan pilar Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. (Indonesia) itu sangat penting dan strategis,” kata Stilwell dalam pernyataan persnya, Jumat, 23/10/2020.
Kunjungan Pompeo ke Indonesia merupakan akhir lawatannya ke Asia, setelah ke India, Sri Lanka, dan Maladewa. Lawatan ini ditujukan untuk menggalang persekutuan melawan Cina dan memukul mundur pengaruh ekonomi dan militer Cina di Kawasan.
“Kami menantikan memperkuat hubungan yang sangat penting dengan teman-teman dan mitra-mitra kami, menekankan komitmen kami yang dalam terhadap Indo-Pasifik dan memajukan visi kemitraan dan kemakmuran jangka panjang di kawasan,” kata wakil asisten sekretaris utama Badan Urusan Asia Selatan dan Tengah Departemen Luar Negeri AS, Dean Thompson, Sabtu (24/10/2020).
Dilema Indonesia
Indonesia sendiri harus menghadapi dilema dalam konflik laut Cina Selatan, antara mendukung Cina ataukah AS. Posisinya yang strategis membuat Indonesia menjadi target persuasi, baik oleh AS maupun Cina. Tindakan yang diambil Indonesia juga penting bagi kelanjutan konflik.
Pada kunjungan Mike Pompeo, Indonesia mengundang AS untuk investasi di pulau terluar Indonesia, termasuk Natuna. Namun Indonesia menolak permintaan AS untuk mendaratkan pesawatnya, P-8 Poseidon di wilayah Indonesia.
Sedangkan terhadap Cina, Indonesia menolak klaim Nine-Dash-Line. Namun, Indonesia menyambut baik diplomasi vaksin negeri tirai bambu ini untuk memerangi virus Corona. Kesepakatan ini dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan pada sebuah pertemuan di Kunming, ibu kota provinsi Yunnan di Cina.
Indonesia Harus Tegas dan Berdaulat
Dalam konflik Laut Cina Selatan, Indonesia harus bersikap tegas, tak bisa selamanya netral. Upaya Cina dan AS dalam mempersuasi Indonesia agar berada di pihak mereka, jelas merupakan upaya untuk memperkuat pengaruhnya agar bisa menjadi penguasa di kawasan Asia. Indonesia harus menolak tegas setiap upaya penjajahan baik dari timur maupun barat, dengan mengadopsi sebuah ideologi yang benar.
Ideologi yang benar akan menjadikan Indonesia memiliki pijakan yang kuat dan prinsip yang lurus dalam setiap kebijakannya, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri. Ideologi yang benar tersebut tak lain adalah ideologi Islam. Ideologi Islam yang kebenarannya dijamin wahyu, akan menjadikan Indonesia sebagai negara kuat yang tak akan mampu disetir oleh kepentingan asing.
Jika menerapkan ideologi Islam, Indonesia akan mampu mewujudkan kesejahteraan dalam berbagai aspek. Sehingga tidak membutuhkan utang luar negeri dari Cina, AS, maupun negara donor lainnya. Dimana utang luar negri selama ini merupakan alat penjajahan negara-negara kapitalis.
Kemandirian yang diwujudkan ideologi Islam tak hanya di bidang ekonomi, tapi juga di bidang kesehatan (vaksin), pertahanan keamanan (penjagaan perbatasan), dan lainnya. Sehingga Indonesia tidak membutuhkan bantuan asing untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ideologi Islam juga akan mampu menjaga kemurnian aqidah dan pemikiran umat Islam. Ide moderasi Islam yang ditawarkan AS melalui program deradikalisasi nyatanya hanyalah racun bagi umat yang justru membahayakan persatuan umat Islam.
Dengan Ideologi Islam, setiap titik perbatasan juga akan dijaga dari tangan-tangan asing yang hendak merebutnya. Rasulullah Saw. bersabda,
“Menjaga wilayah perbatasan satu malam di jalan Allah, lebih baik daripada seribu malam yang pada malamnya mengerjakan salat sunah serta siangnya berpuasa.” [HR ath-Thabrani, 1/ 91; dan al-Hakim, 2/91]
Alhasil, sudah saatnya Indonesia menjadi negara besar dan mandiri dengan menerapkan ideologi Islam. Sehingga mampu menjaga setiap jengkal wilayahnya agar tidak dikuasai asing. Indonesia juga akan menjadi negara yang berkarakter kuat dengan yang tidak mudah dimasuki pemikiran-pemikiran liberal kapitalistik. Dengan Islam pula Indonesia akan mampu mengelola kekayaan alam dan posisi strategis di Laut Cina Selatan secara mandiri untuk kesejahteraan rakyat.