Oleh:
Niswa (Aktivis Dakwah)
Pesona pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) berhasil menarik perhatian kaum muslim di dunia tidak terkecuali Indonesia. Banyak yang menaruh harapan besar tas kemenangan Joe Biden sebagai presiden AS. Selain karena AS adalah Negara adidaya yang sedang menguasai dunia, hal ini juga dikarenakan dalam kampanyenya Joe Biden, berjanji akan memperlakukan umat Islam sebagaimana mestinya. Joe Biden mengungkapkan pernyataan itu, melalui kanal YouTubenya.
"Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh," kata Joe Biden. Selain itu, secara mengejutkan dalam video tersebut Biden juga mengutip hadist Nabi Muhammad SAW.
"Hadist Nabi Muhammad memerintahkan siapa pun di antara kamu melihat kesalahan biarkan dia mengubahnya dengan tangannya jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya," kata Joe Biden.
Joe Biden juga menegaskan, suara umat muslim Amerika juga akan menjadi bagian dari pemerintahan jika ia sudah resmi menjabat jadi Presiden AS. "Suara Muslim Amerika akan menjadi bagian dari pemerintahan jika saya mendapatkan kehormatan menjadi presiden saya akan mengakhiri larangan (Travel ban) bagi muslim pada hari pertama," tambah Biden dalam video tersebut.
Karena video ini, publik langsung ramai memberi tanggapan untuk Biden. Mereka bahkan ada yang mengaku terharu dan mendoakannya. (jakbarnews.pikiran-rakyat.com, 7/11/2020)
Hal yang sama juga dilakukan oleh pasangannya, Kama Harris sebagai Kandidat Wakil Presiden AS, Ia mengungkapkan berbagai janji pada saat wawancara dengan Arab American News.
Menanggapi pertanyaan tentang kebijakan luar negeri AS di Palestina dan Timur Tengah yang lebih luas, Harris menjelaskan, "Joe dan saya juga percaya pada nilai setiap Palestina dan setiap Israel serta kami akan bekerja untuk memastikan bahwa Palestina dan Israel menikmati tindakan yang sama untuk kebebasan, keamanan, kemakmuran dan demokrasi."
Harris juga berjanji membatalkan keputusan Trump yang mencabut dana pada berbagai organisasi yang memberikan bantuan penting pada Palestina. Berbicara tentang Timur Tengah yang lebih luas, Harris mengatakan bahwa di Suriah, pemerintahan Biden akan berdiri dengan masyarakat sipil dan mitra pro-demokrasi di Suriah. “Dan membantu penyelesaian politik di mana rakyat Suriah memiliki suara," papar dia.
Dalam komentar yang dapat menimbulkan kecemasan yang mendalam di Arab Saudi, Harris menyatakan AS tidak akan diam dan menyaksikan Riyadh mendatangkan malapetaka di wilayah tersebut. “Alih-alih berdiam diri saat pemerintah Arab Saudi mengejar bencana, kebijakan berbahaya, termasuk perang yang berlangsung di Yaman, kami akan menilai kembali hubungan AS dengan Arab Saudi dan mengakhiri dukungan untuk perang yang dipimpin Saudi di Yaman,” tegas Harris. (Sindo News.com; 6/11/2020)
Berdasarkan janji-janji kampanyenya tersebut, banyak muslim AS dan dunia menaruh simpati terhadapnya. Karena di masa pemerintahan Donald Trump, umat Islam diperlakukan tidak adil dan secara tegas Donald Trump mengungkapkan kebenciannya terhadap umat Islam.
Sosok Biden yang dianggap lebih beradab dan cerdas, seolah memberi secercah harapan untuk perubahan yang lebih baik bagi tatanan peradaban dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah lebih menaruh harapan besar atas kemenangan Bidden. Melalui akun resmi twitternya Presiden Joko Widodo berharap dapat bekerja sama dengan Biden dalam memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dan AS, di antaranya bidang ekonomi, demokrasi, dan multilateralisme untuk kepentingan bersama. (Kompas.com,09/11/2020)
Dari sisi kepentingan umat Islam, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar abbas menilai, terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat akan positif untuk kepentingan umat Islam. Karena menurutnya, Biden sangat menghormati agama.
Namun Anwar Abbas tidak mengetahui apakah Biden akan tetap konsisten dengan janji-janjinya yang berpihak terhadap umat Islam. Menurutnya, yang jelas sekarang Amerika Serikat akan memasuki lembaran baru dalam kehidupan pemerintahannya, karena dipimpin oleh orang yang lembut dan sangat tinggi adab dan etikanya. Ia juga mengatakan, kunci kemenangan Joe Bidden adalah karena dia pandai mengambil hati rakyat dan orang Islam yang ada di sana.
Seperti itulah wajah demokrasi, citra positif diciptakan untuk kepentingan kampanye. Janji-janji manis dalam kampanye digunakan untuk memikat hati para pemilih sehingga dapat memberikan dukungan suara untuknya.
Padahal jika dilihat lebih seksama, Sekretaris pimpinan umum Muhamadiyah, Prof. Abdul Mut’thi menilai secara global kebijakan presiden Joe Biden akan relatif sama dengan pendahulunya, Donald Trump. Menurut dia, perbedaannya mungkin hanya pada prioritas program, bukan pada substansi.
“Mungkin ada sedikit perbedaan pendekatan sebagaimana karakter para politisi dan ideologi partai demokrat misalnya pada masalah HAM, lingkungan hidup, dan sebagainya,” ucapnya. (Republika.co.id, 8/11/2020)
Melihat antusiasme masayarakat dunia dan umat Islam terhadap kemenangan Biden untuk perbaikan dunia di masa mendatang dalam berbagai sektor kehidupan, memberikan suatu gambaran bahwa yang dibutuhkan oleh dunia sekarang ini adalah perubahan yang hakiki demi mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah mungkin dengan bergantinya pemimpin akan lantas mengubah tatanan dunia menjadi lebih baik dan damai? Karena, pemimpin yang lahir dari sistem demokrasi – kapitalis sudah terbukti jelas tidak dapat mempertanggungjawabkan janji-janji manisnya pada saat mereka kampanye.
Sebagai presiden negara adidaya, AS adalah Negara yang mempunyai ideologi kapitalisme , yg memiliki metode imperialisme demi menjalankan misi politik luar negerinya. Maka sudah pasti sistem ini akan melahirkan pemimpin yang berjiwa imperialisme, mereka tidak berhenti menjajah dan menjarah kekayaan negeri kaum muslimin yang terkenal kaya akan Sumber Daya Alamnya termasuk Indonesia.
Para pemimpin AS sebelumnya adalah orang-orang yang menciptakan perang dan konflik dunia untuk melanggengkan penjajahan dunia atas bangsa lain. Maka ketika pucuk kepemimpinan berpindah kepada Biden, maka sejatinya itu hanya akan melanjutkan estafet hegemoni AS di atas negeri kaum muslimin dan dunia. Sehingga Perubahan yang diinginkan oleh dunia hanya akan menjadi mimpi di siang hari ketika ideologi yang dibawanya adalah kapitalisme.
Berbeda dengan sistem Islam dalam bingkai Negara Khilafah yang menjadikan dakwah Islam sebagai azas dalam membangun hubungan dengan negara-negara lain dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan sebagainya. Hal tersebut telah dilakukan oleh Rasulullah sejak membangun Negara Islam di Madinah, hingga Islam tersebar luas di seluruh dunia.
Berdasarkan hal tersebut juga, pada saat menjadi negara adidaya, Negara Khilafah menjadi tempat bernaung negara-negara lemah yang terzalimi akibat dari hegemoni buruk bangsa penjajah. Hal ini bisa kita lihat ketika Khilafah Turki Utsmani membantu Kesultanan Aceh dengan mengirimkan pasukannya pada saat berperang melawan Portugis.
Kehidupan yang harmonis diantara keberagaman pada masa Khilafah tergambar dengan persaudaraan antara suku Aus dan Khazraj yang sebelumnya saling bermusuhan. Syariat Islam telah mengatur kehidupan masyarakat yang heterogen. Tidak hanya muslim. Nasrani, Yahudi, dan Majusi, semuanya hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Maka sudah saatnya, kesadaran politik umat Islam bangkit dan mengambil sistem Islam untuk mengatur kehidupannya dan membawa rahmat bagi seluruh alam. Sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai Negara Khilafah sudah terbukti mampu menyatukan 2/3 dunia tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, dan bahasa.