Arni Lestari
Ibu Rumah Tangga
Joe Biden memenangkan pemilu AS. Ia meraih 290 suara elektoral mengalahkan Trump yang meraih 214 suara. Biden dibanjiri ucapan selamat dari para pemimpin negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.
Pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Biden-Haris dianggap mewakili warna AS yang plural.
Pidato kemenangan Biden juga menghipnotis warga dunia, ia berjanji akan menjadi presiden AS yang menyatukan semua pihak, bukan memecah-belah. Biden-Haris juga menjanjikan tidak akan membeda-bedakan ras maupun etnis. Biden sesumbar akan lebih memperhatikan umat Islam. Ia berjanji akan mengisi jajaran stafnya dari kaum muslim. Dalam acara online yang dipandu Emgage Action, Biden memuji Islam dan mengatakan Islam adalah salah satu agama terbaik.
Yang menarik di sini, muncul sebuah pertanyaan, benarkah Biden akan membawa harapan baru bagi umat Islam? sejauh mana pengaruh Biden bagi kebijakan politik luar negeri AS?
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kepemimpinan baru di dunia ini, akan melahirkan sebuah harapan baru bukan hanya di AS saja, tapi dikarenakan AS sebagai salah satu negara adidaya yang saat ini masih berkuasa, kebijakan-kebijakannya akan mendapat sorotan dunia.
Mencermati respon umat Islam terhadap Biden tampaknya umat kembali terlena dengan kampanye dan janji "Islami" Biden. Seolah lupa siapa AS dan bagaimana politik luar negeri mereka.
Harus kita sadari hingga saat ini, dominasi AS sebagai polisi dunia tak tergantikan, juru atur dunia ini meski berganti wajah presidennya mereka tetap berada pada jalur kapitalis sekuler yang menjadi ideologinya.
Umat juga semestinya menyadari kemenangan Biden-Harris tidaklah sesederhana itu. Haruslah menjadi perhatian, bahwa:
A. Biden membawa Style yang lebih "soft" dibandingkan Trump yang keras. Terpilihnya Kamala Harris (peranakan India) juga bertujuan menggaet suara dari kalangan minoritas yang banyak dihuni kaum berkulit hitam. Sebagai mana pernah dilakukan Obama sebagai presiden berkulit hitam yang dikesankan ramah serta menghilangkan sentimen rasisme yang kerap melanda negeri Paman Sam tersebut.
B. Jangan lupa AS adalah negara pengemban ideologi kapitalisme. Ideologi ini disebarkan ke negeri-negeri muslim demi menjalankan misi politik luar negeri mereka. Imperialisme sebagai metode khas bagi ideologi kapitalisme adalah jati diri AS yang sesungguhnya. Jika nantinya Biden memimpin, hal itu tak akan membawa perubahan berarti bagi kaum muslim.
Dalam hal konfilk di Timur Tengah, Biden menyatakan tidak akan mengadopsi kebijakan pemerintahan Trump terhadap pendudukan Israel di tepi Barat. Meski demikian, kebijakan luar negeri AS tidak akan berubah yaitu komitmennya menjaga hubungan dekatnya dengan Israel.
Mau Biden atau Trump, Palestina tetap terjajah. Negeri muslim tetap dalam cengkraman imperialisme kapitalis seperti AS. Dari sini dapat disimpulkan bahwa membangun citra positif adalah bagian terpenting ala demokrasi, itulah yang sedang dilakukan Biden saat ini menciptakan citra positif bagi dunia. Merangkul umat, anti rasis, dan pembawaanya tenang. semua ini hanya tentang citra dan janji manis semata.
Lebih tepatnya AS lah yang berperan besar membuat negeri muslim tercerai-berai dengan proyek global bernama war on terrorism yang bergeser menjadi perang melawan Radikalisme.
Akidah sekulerisme yang diusung AS juga mengubah kehidupan kaum muslim terpuruk dalam segala sendi kehidupan.
Jadi sudah jelas bahwa Biden bukanlah harapan baru bagi umat Islam, Obama, Trump, atau Biden hanyalah pion dalam menjalankan kebijakan politik luar negeri AS yang bersandar pada ideologi kapitalisme mereka. Mengharapkan AS sebagai juru selamat bagi umat adalah ilusi. Sejauh ini, keberadaan AS sebagai juru damai dunia terbilang nihil. Apa yang sudah dilakukan AS untuk menyuarakan anti diskriminasi dan persekusi terhadap kaum muslim?
Sejauh ini, justru keterlibatan AS terhadap konflik suatu negeri memperkeruh suasana. Sok membela, padahal yang dilakukanya hanyalah untuk menjaga kepentingan nasional AS di wilayah tersebut.
Sejatinya harapan baru itu ada pada Islam dan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menandingi kekuatan AS sebagai negara adi daya. Hanya Khilafah pula yang akan mempersatukan kaum muslim dunia. Dan hanya Khilafah yang mampu membebaskan negeri muslim dari penjajahan AS dan sekutunya. Penegakan Khilafah adalah masa depan bagi umat Islam.
Wallahua'lam bishshawwab
Masyaa Allah ...Allahu Akbar..memang sejatinya kita sbg umat muslim hrs mempunyai harapan baru dg kebangkitan islam yakni semata- mata yg akan mendatangkan semua itu Sang KHOLIQ dgn penerapan syariar dan penegakkan khilafah.
BalasHapus