Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” [Q.S. al-Kahfi: 46]
Setiap orang mendambakan kehadiran anak di keluarganya. Bahkan sebagian besar pasangan yang baru menikah pun berharap ada anak yang hadir di tengah-tengah keluarga kecilnya. Ada pasangan yang sudah bertahun-tahun belum juga dikaruniai anak, dan mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan momongan.
Namun saat ini tak sedikit anak-anak mengalami kekerasan dalam keluarganya sendiri. Dan kebanyakan orang terdekat yang melakukannya. Mengapa ini bisa terjadi? Anak sebagai harta yang sangat berharga dijadikan korban kekerasan. Sungguh sangat menyedihkan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mendapat ribuan laporan terkait kasus kekerasan terhadap anak. Paling banyak laporan yang disampaikan ialah soal kekerasan seksual. Deputi Perlindungan Anak Kemen PPPA, Nahar mengatakan, laporan itu diperoleh dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) yang dikumpulkan sejak 1 Januari hingga 31 Juli 2020.
Totalnya ada 4.116 kasus. Namun ia menyebut angkanya kian meningkat per 18 Agustus 2020. "Jadi ini per tanggal 31 juli 2020, per tanggal 18 itu angkanya sudah naik lagi menjadi 4.833 kasus," kata Nahar dalam sebuah diskusi virtual, Senin (24/8/2020).
Laporan paling banyak disampaikan dari Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Secara detail, 4.116 kasus yang diterima Simfoni PPA itu terdiri dari 68 korban eksploitasi, 73 korban TPPO, 346 korban penelantaran, 979 korban kekerasan psikis, 1.111 korban kekerasan fisik dan 2.556 korban kekerasan seksual. (suara.com, 24/08/2020).
Banyak faktor yang melatarbelakangi kasus kekerasan kepada anak ini. Diantaranya faktor ekonomi yang mengakibatkan para orangtua atau keluarga terdekat merasa tertekan dengan himpitan hidup yang semakin sempit. Sehingga rasa tertekan ini mengakibatkan emosi tak terkontrol dan anak yang menjadi korban.
Masalah keluarga pun menjadi penyebab yang lain mengapa hubungan antar sesama keluarga termasuk dengan anak tak harmonis. Sehingga emosi gampang terpancing. Dan saat mendapati anak yang tak sesuai harapan misalnya rewel dan tingkah lakunya menjengkelkan, akhirnya pelampiasan amarah itu disalurkan kepada anak.
Dan masih banyak faktor lainnya. Dari faktor-faktor yang ada maka ini bersumber dari penerapan aturan hidup yang sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Sehingga aturan manusia bersumber dari manusia itu sendiri yang serba lemah dan terbatas yang tidak mampu menjangkau kebutuhan manusia dan tidak bisa menyelesaikan masalah dengan tuntas.
Jika melihat, bahwasanya masalah kekerasan kepada anak ini bukanlah sebagai satu masalah saja, namun cukup kompleks. Karena hal ini berkaitan dengan aspek lain juga. Seperti kesejahteraan ekonomi, ketahanan keluarga, orangtua yang paham akan pola pengasuhan dan pola pendidikan yang benar dan lain sebagainya.
Sehingga perlu solusi yang mengakar dan komprehensif saat menyelesaikan masalah kekerasan pada anak. Saat kesejahteraan hidup bisa dicapai, maka masyarakat akan merasakan dampak positif yang banyak. Akan minim kriminalitas seperti perampokan dan pencurian yang berujung pada pembunuhan.
Pun para orangtua tak akan pusing dan disibukan dengan masalah ekonomi dan beban hidup yang semakin berat. Sehingga para orangtua akan minim tingkat stressnya dan akan berusaha mendidik anaknya sebaik mungkin. Saat ketahanan keluarga terbangun dengan baik, maka para orangtua dan anggota keluarga lain akan sangat paham untuk mendidik anak-anaknya sebagai generasi bangsa yang berkualitas, dan para orangtua pun akan terus belajar dan menimba ilmu bagaimana menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya.
Untuk mewujudkan itu semua, tentu perlu sistem hidup yang baik. Islam adalah sistem hidup yang Allah turunkan untuk umat manusia. Islam adalah agama sempurna untuk mengatur kehidupan manusia. Permasalahan kecil sampai besar semuanya ada dalam Islam.
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” (Al-Maa-idah: 3)
Dalam Islam, untuk masalah kesejahteraan sudah dijamin. Khalifah menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh warga negara. Seperti sandang, pangan, papan, keamanan, pendidikan dan kesehatan. Semuanya bisa diakses dengan mudah oleh rakyat.
Untuk pendidikan dan Kesehatan diberikan gratis oleh khalifah. Dan semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan sampai level yang tinggi sekalipun. Untuk masalah kebutuhan primer, dijamin per individu untuk mendapatkannya. Sehingga rakyat tak lagi merasa terbebani hidupnya hanya untuk memikirkan kebutuhan perut. Hanya Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan seperti ini.
Islam pun sangat mendorong masyarakat untuk terus belajar dan mengedukasi masyarakat dengan pemahaman Islam yang sempurna. Sehingga tentu para orangtua dan yang lainnya akan sangat paham bagaimana menjalankan perannya sebagai pendidik bagi anak-anak karena mereka adalah amanah yang wajib dijaga dan diberikan pendidikan terbaik.
Bukan untuk dijadikan kambing hitam dari permasalahan yang ada dan diperlakukan semena-mena. Banyak sejarah dalam Islam yang membuktikan bahwa para orangtua terutama ibu, mendidik anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang serta mendorong mereka menjadi orang yang bermanfaat untuk agama dan bangsa.
Terlebih masyarakat akan dijaga kualitas keimanannya oleh sistem Islam sehingga dorongan dalam melakukan perbuatan hanya keimanan saja. Termasuk para orangtua dan keluarga lain akan paham betul misalnya saat melakukan kekerasan pada anak, hal itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Maka untuk menyelesaikan masalah kekerasan anak ini diperlukan kondisi lingkungan yang sangat kondusif untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Dan satu-satunya yang bisa mewujudkannya adalah dengan penerapan hukum Islam secara total dalam kehidupan.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).
Keberkahan akan didapat saat kita menerapkan hukum Allah di muka bumi ini termasuk dalam penyelesaian masalah kekerasan kepada anak. Oleh karena itu saatnya, kita sebagai muslim untuk kembali kepada aturan Allah untuk menggapai ridho-Nya semata.
Wallahu’alam bi-showab.
Ilustrasi Healthyway
Tags
Opini