Oleh: Analisa
( Muslimah Peduli Generasi)
Pandemi belum berakhir, sengsara makin terasa. Pekerjaan tidak ada untuk makanpun susah, ditambah dengan kelangkaan elpiji yang membuat sesak di dada. Seperti dikutip dari laman rri.co.id 09 November 2020. Kesusahan mendapatkan tabung gas sudah hampir terjadi selama sepekan. Tidak hanya langka, harga gas elpiji 3 kilogram juga mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 40 ribu per tabung.
Luar biasa, kenaikkan dan kelangkaannya yang cukup signifikan membuat rakyat dirundung derita nestapa yang tiada ujung hentinya. Kesengsaraan semakin terasa oleh rakyat, beban hidup semakin berat, keterpurukan kian menjadi dari hari kehari.
Hilangnya kendali negara sebagai pelindung dan periayah umat tampak nyata didepan mata. Kegagalannya kian hari kian menunjukkan taringnya bahwa rakyat hanya jadi fasilitas untuk meraup keuntungan di tengah himpitan ekonomi yang kacau berantakan.
Negara abai dalam penanganan hajat hidup rakyatnya. Belum lagi sistem saat ini telah memberikan perlakuan yang zalim kepada rakyat. Asas untung rugi selalu jadi jurus jitu agar mendapat manfaat. Akhirnya rakyat jadi korban, tumbal kerakusan penguasa.
Pemisahan agama dari kehidupan telah berhasil membuat kesengsaraan. Peraturan yang konyol bahkan diluar manusiawi selalu diberlakukan, akankah kita tetap bertahan.
Padahal, tentu telah kita ketahui negeri kita kaya raya akan hasil bumi dan alamnya melimpah ruah. Gas di dalam perut bumi sangat banyak dan mampu mencukupi kehidupan rakyat seantero wilayah negeri ini. Namun sangat disayangkan salah pengelolaan penyebabkan kesengsaraan. Rakus dan nafsu duniawi menggelapkan mata manusia yang menjabat dalam sistem yang terbukti tidak bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Padahal dalam pandangan Islam sangat jauh berbeda perihal pengolahan sumber daya alam. ketentuan hukum Islam, bahwa kekayaan alam termasuk tambang minyak dan gas bumi adalah milik rakyat dan harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat. Dan sangat penting untuk kehidupan masyarakat, ini berarti bahwa keuntungannya harus dinikmati bersama oleh masyarakat dan tidak dapat diprivatisasi.
Untuk memenuhi konsumsi kebutuhan domestik rakyatnya, negara bisa menempuh dua kebijakan:
1. Mendistribusikan minyak, gas dan energi lainnya kepada rakyat dengan harga murah.
2. Mengambil keuntungan dari pengelolaan energi untuk menjamin kebutuhan rakyat yang lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, keamanan termasuk terpenuhinya sandang, papan dan pangan.
Dengan begitu, negara benar-benar akan bisa mengelola energinya secara mandiri dan tidak diintervensi oleh negara manapun. Jika itu terjadi, maka hasil dari pengelolaan energi itu bukan hanya akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya tetapi juga menjadi kekuatan bagi negeri.
Sungguh, tidak lain kita membutuhkan peraturan baru yang terbaik berasal dari sang Khaliq. Menghadirkan Khalifah yang terpercaya mengayomi bahkan mensejahterakan tanpa pilah pilih. Selalu tetap sasaran tanpa mengorbankan sebagian.
Khilafah metode kenabian yang senantiasa di dalamnya mengalir keberkahan terpancar cahaya keniscayaan. Hanya Islam solusi segala permasalahan umat baik dari segi individu, masyarakat maupun Negara. Menghadirkan serta memberikan keberkahan yang tiada henti dari langit maupun dari bumi.
Wallahu a'lam bishawab.