Benarkah Kemenangan Biden Memberikan Angin Segar untuk Islam?



Oleh : Ade Irma

Kontestasi Presiden AS 2020 akhirnya dimenangkan oleh pasangan Biden-Harris. Kemenangan ini pun menjadi angin segar bagi sebagian kecil dari kaum Muslimin. Hal ini berkaitan dengan kampanye yang disampaikan oleh Biden. Ia menyatakan jika nantinya menang dan resmi terpilih jadi Presiden Amerika Serikat 2020, Joe Biden berjanji kepada umat Muslim akan perlakukan agama Islam sebagaimana mestinya. Hal ini ia ungkap melalui kanal YouTubenya.

“Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh,” kata Joe Biden.

Selain itu, secara mengejutkan dalam video tersebut Biden juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW. “Hadis Nabi Muhammad memerintahkan siapa pun di antara kamu melihat kesalahan biarkan dia mengubahnya dengan tangannya jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya,” kata Joe Biden.

Joe Biden juga menegaskan, suara umat Muslim Amerika juga akan menjadi bagian dari pemerintahan jika ia sudah resmi menjabat jadi Presiden AS. (Jakbarnews.pikiran-rakyat.com, 7/11/2020)

Selain itu, kandidat Wakil Presiden AS, Kamala Harris juga menjanjikan akan mencabut sejumlah kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump terkait Palestina dan Timur Tengah. Berbagai janji itu diungkapkan Harris saat wawancara dengan Arab American News.

Menanggapi pertanyaan tentang kebijakan luar negeri AS di Palestina dan Timur Tengah yang lebih luas, Harris menjelaskan, “Joe dan saya juga percaya pada nilai setiap Palestina dan setiap Israel serta kami akan bekerja untuk memastikan bahwa Palestina dan Israel menikmati tindakan yang sama untuk kebebasan, keamanan, kemakmuran dan demokrasi.”

Harris menegaskan akan terjadi perubahan besar dalam pemerintahan Biden dari era Trump, yang membuat AS menyimpang dari posisi tradisionalnya sehingga lebih berpihak pada pemerintah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

“Kami berkomitmen pada solusi dua negara, dan kami akan menentang setiap langkah sepihak yang merusak tujuan itu. Kami juga akan menentang aneksasi dan perluasan pemukiman,” ungkap Harris, dilansir Memo.

Ia pun berujar akan mengambil berbagai langkah segera untuk memulihkan bantuan ekonomi dan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, membuka kembali konsulat AS di Yerusalem Timur dan bekerja untuk membuka kembali misi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington.

Berbicara tentang Timur Tengah yang lebih luas, Harris mengatakan bahwa di Suriah, pemerintahan Biden akan berdiri dengan masyarakat sipil dan mitra pro-demokrasi di Suriah. “Dan membantu penyelesaian politik di mana rakyat Suriah memiliki suara,” papar dia.

Harris juga mengomentari larangan Muslim yang sangat kontroversial oleh Trump. Dia menekankan bahwa diskriminasi dan fanatisme tidak akan mendapat tempat dalam pemerintahan Biden-Harris. “Pada hari pertama kami di kantor, Joe dan saya akan mencabut penghalang perjalanan Muslim non-Amerika dan larangan pengungsi serta menjadikan Amerika, sekali lagi, sebagai tujuan yang menyambut para imigran dan pengungsi, termasuk menambah batas penerimaan pengungsi,” papar dia. (International.sindonews.com, 6/11/2020)

Dari banyaknya janji-janji yang disampaikan. Terlihat seolah-olah Joe Biden – Kamala Harris memberikan hak-hak umat Islam di AS. Benarkah demikian?
Sekilas memang kemenangan Biden-Harris seperti memberikan angin segar untuk Islam. Namun pada faktanya itu sangat mustahil dalam sistem demokrasi. Sebab AS adalah negara adidaya yang berideologikan Kapitalisme Sekuler. Ideologi Kapitalisme yang diemban sejak dahulu kala oleh AS hanya akan melahirkan para pemimpin yang berjiwa kolonial. Bermental penjajah. Mereka tidak akan pernah berhenti merampok kekayaan negeri-negeri kaum Muslimin. Apalagi melihat track record para pemimpin AS sebelumnya adalah orang-orang yang senantiasa menciptakan perang dan konflik terutama di dunia Islam dalam rangka melanggengkan penjajahan, dominasi, serta menguatkan cengkeraman ideologi yang mereka jajakan.

Kebijakan yang disampaikan tidak bisa dijadikan sandaran untuk umat Islam. Sebab Kampanye hanyalah alat untuk mengumpulkan suara terbanyak demi merebut hati para pendukungnya. Kampanye bukanlah janji yang bisa diminta pertanggungjawaban. Dengan Presiden baru kebijakan AS terhadap Islam, dimungkinkan berubah  gaya/style dan pendekatan. Namun watak kolonialis akan tetap menjadi wajah permanen kebijakan mereka. 

Lalu apa yang diharapkan pada sistem kapitalis demokrasi? Tak akan banyak mengubah perbaikan untuk Islam malah justru semakin kuat cengkeraman penjajahan terhadap unat Islam.
Sudah selayaknya umat Islam kembali kepada sistem aturan Islam. Yang aturannya dari sang pencipta yaitu Allah. Demi keberlangsungan dan memberikan rahmat pada seluruh alam. Yaitu Khilafah. Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak