OLEH :
NURAIZAH AZURA
Pandemi
Corona Masih Menjadi Warna di Bumi Pertiwi
Sampai
saat ini pandemi Corona masih menjadi warna di tengah-tengah negeri kita
tercinta. Angka positif Covid-19 masih menunjukkan grafik yang terus meningkat.
Update terakhir dalam laman web Covid19.go.id per tanggal 30/05 angka positif
mencapai 25.773 jiwa dengan angka kematian mencapai 362.483 jiwa. Angka
penambahan pasien positif sampai saat
ini juga masih menjulang tinggi bahkan beberapa kali pernah mencapai hampir 1.000
kasus positif perharinya.
Peningkatan
justru diperparah dengan kebijakan
pemerintah bak ABG (anak baru gede) yang labil dan tidak memiliki
pendirian, dengan berbagai kebijakan yang mencla-mencle hingga rakyat bingung
dibuatnya😏. Di Indonesia sejumlah para ahli
kesehatan pun telah bersuara. Khususnya melihat kurva epidemiologi yang jangankan
melandai, menunjukkan titik puncak (peak) pun belum. Namun pemerintah telah
membuat timeline bagi aktivitas ekonomi.
Wakil
ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan, "Saat ini terlalu cepat
untuk mengambil langkah new normal. Untuk masuk new normal, pemerintah harus
memiliki indikator dan kriteria berbasis data penanganan corona secara medis dan
epidemiologis." (kompas.tv).
Fakta
yang sampai saat ini belum juga mereda. Hingga begitu banyak narasi-narasi dari
pemerintah dengan berbagai kebijakan yang terus berubah-ubah. Mulai dari
definisi pulang kampung dan mudik, pemberlakuan PSBB hingga pelonggaran PSBB,
sampai kepada berdamai dengan Corona bak seorang istri. 🤦♀ Para penguasa sungguh terlihat gagap
mengatasi pandemic, hingga kebijakan-kebijakannya sampai saat ini
belum membuahkan hasil yang
mumpuni.
Disaat
masih meningkatnya kasus positif Corona, kalimat berdamai dengan Corona justru
yang intens dinarasikan. Para pejabatnya terus mengajak rakyat agar terus
bersiap menerima fakta, bahwa kehidupan tak mungkin kembali seperti semula.
Maka dalam seruannya masyarakat disuruh
berdamai dan menjadikannya bak seorang pasutri yang hidup berdamai
secara berdampingan. Dengan kata lain yaitu "New Normal Life"
[20:42,
5/30/2020] +62 855-8331-534: New Normal Life
New Normal
Life atau tatanan kehidupan baru. Kebijakan yang katanya dikeluarkan guna
memperbaiki dan menyelamatkan tatanan ekonomi yang semakin hari kian memburuk
akibat Covid-19.
Dimuat
pada laman kompas.com "Kementrian perekonomian mengeluarkan skenario
"hidup normal" atau "new normal" dengan timeline pemulihan
ekonomi nasional usai pandemi Covid-19. Skenario ini dibuat mulai awal Juni
mendatang. Dalam timeline tersebut dirumuskan lima fase atau tahapan yang
dimulai tanggal 1,8,15 Juni, dan 6,20,27 Juli 2020. Adapun fase itu akan
diikuti dengan kegiatan membuka berbagai sektor industri, jasa bisnis, toko,
pasar, mal, sektor kebudayaan, sektor pendidikan, aktivitas sehari-hari diluar
rumah."
Dengan
adanya kebijakan new normal, maka kehidupan normal baru diharapkan segera
berjalan kembali sebagaimana adanya. Kebijakan ini dimulai dengan adanya
pembukaan tempat publik seperti sekolah, perkantoran, pelabuhan, bandara,
tempat ibadah dan lain-lain dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Begitu
pun gencarnya pemerintah yang telah merilis beberapa skenario new normal life
untuk pekerja (PNS, BUMN, dan Perusahaan).
Jakarta,
CNBC Indonesia "Pemerintah sudah gencar mewacanakan ini dan mulai
menerapkannya pada lingkungan kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)."
Dilansir
detik.news pada tanggal 25 Mei 2020, "Hal itu tertuang dalam Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penularan Corona Virus Disease (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan
Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha."
Disisi
lain pemerintah juga gencar dengan mengerahkan aparatur negara dalam
mempersiapkan kebijakan new normal life ini.
Dilansir
detik.com, 26/05/2020. Pemerintah mengerahkan aparat TNI dan Polri di 1800
titik pada empat provinsi dan 25 kabupaten/kota, seperti Sumatra Barat, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Gorontalo, Surabaya, dan Malang. Meski khusus untuk Jawa
Timur, dikutip dari detik.com, Gubernur Khofifah Indar Parawansa dalam
kesempatan terpisah menyatakan bahwa Jawa Timur belum siap untuk "new
normal life".
Pemerintah
begitu antusias menerapkan kebijakan ini sebagai upaya menormalkan kondisi
ekonomi negeri. di tengah angka positif yang masih terus meningkat, berbagai
polemik para ahli yang juga menyatakan kontra terhadap kebijakan new normal
life yang dilihat dari basis data yang ada, juga kurva epidemiologi yg belum
juga melandai namun pemerintah tetap bersikukuh terhadap kebijakannya new
normal life.
Kebijakan
new normal life yang dinarasikan oleh World Health Organization (WHO), underbow
PBB di bidang kesehatan, telah memberikan dukungan resmi melalui News Release
15 Mei 2020 bertajuk "Kocak epidemiology should guide focused action in
'new normal' Covid-19 world".
Dinyatakan,
"Di tengah peningkatan kasus Covid-19 sementara negara-negara di wilayah
WHO Asia Tenggara secara bertahap melonggarkan penguncian (lockdown), maka WHO
hari ini mengatakan bahwa penilaian yang cermat terhadap epidemiologi lokal
harus menjadi panduan tindakan dalam memerangi virus di masa yang akan
datang."
Penting
dicatat, sejumlah peringatan WHO tidaklah dapat dianggap sebagai pengurangan
dukungannya bagi konsep "new normal". Juga prinsip-prinsip yang harus
dijadikan panduan dalam transisi ke "normal yang baru", yang
dicanangkan WHO pada laman euro.who.int. Sebab faktanya, tidak satu pun negara
saat ini yang benar-benar menjalankan saran-saran itu.
Seperti
yang termaktub pada saran ke-1: "Bukti (saintifik) menunjukkan penularan
Covid-19 terkontrol"; dan saran ke-2: "Kapasitas kesehatan masyarakat
dan sistem kesehatan termasuk rumah sakit memadai untuk identifikasi, isolasi,
testing, trace contact (penelusuran kontak) dan karantina."
Dikutip
dalam news.okezone.com. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan pedoman
transisi menuju the new normal atau tata kehidupan baru sebelum vaksin Covid-19
belum ditemukan. Diantaranya yaitu:
1.
Pemerintah bisa membuktikan bahwa transmisi virus corona sudah dikendalikan
2. Rumah
Sakit atau sistem kesehatan tersedia untuk mengidentifikasi, menguji,
mengisolasi, melacak kontak, dan mengkarantina pasien COVID-19
3. Risiko
penularan wabah sudah terkendali terutama di tempat dengan kerentanan tinggi
4. Langkah
pencegahan di lingkungan kerja, seperti menjaga jarak, cuci tangan dan etika
saat batuk
5.
Mencegah kasus impor virus corona
6.
Mengimbau masyarakat untuk berpatisipasi dan terlibat dalam transisi the new
normal
Pemerintah
begitu pede atas kebijakannya ditengah berbagai polemik permasalahan yang belum
tuntas dan masih terus terjadi. Padahal sejumlah saran pedoman kebijakan new
normal yang diberikan oleh WHO belum seluruhnya dapat terpenuhi. Tidak adanya
jaminan protokol kesehatan akan melindungi masyarakat dari serangan wabah yang
sedang berkecamuk, buruknya peran negara dan kepatuhan masyarakat, hingga
persoalan standar protokol kesehatan. Sebab, hingga hari ini pengetahuan
tentang SARS Cov-2 masih sangat terbatas, sehingga sangat sulit membuat
protokol kesehatan yang benar-benar standar.
Di sisi
lain, tidak ada jaminan siapa pun termasuk yang berusia di bawah 45 tahun
sekalipun benar-benar memiliki kekebalan yang baik terhadap Covid-19.
Apakah
dengan adanya kebijakan ini dapat menjadikan sebuah solusi mengatasi pandemi
atau justru timbul masalah baru bahkan terjadinya pandemi gelombang ke-2 yang
begitu mengerikan?
New Normal
Life atau Mati Massal
Berbagai
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh segenap pemangku kekuasaan, belum juga
membuahkan hasil hingga pada akhirnya kebijakan new normal sebagai langkah
selanjutnya yang akan dilakukan pada awal bulan Juni mendatang, akankah berbuah
"keberhasilan" atau justru berbuah "kegagalan" 🤔
Upaya
menormalkan kondisi ekonomi yang tidak diiringi dengan peningkatan penanganan
wabah dari aspek kesehatan, merupakan solusi semu. Nyatanya pemerintah hanya
mengikuti kebijakan ala kapitalisme tanpa menyiapkan perangkat memadai agar
tidak menjadi masalah baru. Yakni bertujuan membangkitkan ekonomi namun
membahayakan manusia. Alih-alih ekonomi bangkit justru wabah gelombang ke dua
mengintai di depan mata hingga bisa saja menimbulkan mati massal😱.. nauzubillah 😔
WHO
merilis bahwa New Normal hanya berlaku bagi negara-negara yang sudah
sukses melawan Covid-19 seperti Cina, Taiwan, Vietnam, dan Jerman. Sementara di
Indonesia? Grafik pasien Corona pun belum melandai Bagaimana bisa New
Normal diterapkan sebagai sebuah solusi. 🤧
Seakan
negara ini sudah benar-benar siap menghadapi tantangan berikutnya termasuk
peluang gelombang kedua Corona, padahal di ronde awal saja sudah kewalahan tak
mampu mengatasi. Rakyat dan tenaga kesehatan (nakes) yang paling berjibaku
menyelamatkan dalam mengatasi
pandemi begitu merasakan
kesulitannya mengatasi pandemi tanpa dukungan pemerintah yang tegas. Wajar saja
jika kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 ini lebih didominasi
kepentingan ekonomi dan politik dibanding kepentingan kesehatan dan keselamatan
warga negaranya.
Pada
akhirnya, new normal sebagai kebijakan selanjutnya dalam mengatasi pandemi
bukanlah upaya tulus dari pemerintah untuk rakyatnya atau murni kebijakan
pengurusan urusan rakyat. Hanya saja nampaknya ketulusan itu adalah fatamorgana
atau harapan kosong yg tak akan kunjung datang. Tentunya selama negeri ini
masih berada di bawah ketiak sistem Kapitalisme Sekuler.
Sementara,
karakter buruk peradaban kapitalisme tercermin dari kegagalannya mengatasi
pandemi Covid-19 yang memperparah resesi kronis. Artinya, "new
normal" bukanlah sekedar kehidupan dengan sejumlah protokol kesehatan,
melainkan kehidupan dunia dalam peradaban kapitalisme yang berkarakter merusak
di tengah pandemi Covid-19 yang dibiarkan mengganas akibat tekanan resesi
terburuk sepanjang sejarah.
Hasilnya
penderitaan masyarakat akan semakin dalam. Aspek ekonomi yang hanya membahas
aspek materi dan manfaat dalam sistem ekonominya, menjadi fokus utama. Bahkan,
kesehatan sendiri tidak lebih dari jasa yang harus di komersilkan seperti
naiknya BPJS kesehatan ditengah kesulitan masyarakat pada masa pandemi.
(Parahhhhh bngettt😖)
Nyatanya
kebijakan new normal seolah mengarah kepada kebijakan Herd Immunity
terselubung. Rakyat dibiarkan berperang tanpa adanya senjata. Fasilitas
kesehatan pada masyarakat belum juga memadai, bahkan tim kesehatan pun dalam
menyelamatkan jiwa dan rentan sekali terhadap penularan tak dihiraukan dengan
kesulitannya memenuhi APD.
Para ahli
juga mengatakan bahwa konsep new normal di Indonesia adalah konsep herd
Immunity.
Dilansir
dari suara.com Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Berry
Juliandi menilai, kebijakan new normal yang akan diterapkan pemerintah itu
serupa dengan konsep herd immunity.
Dalam
alodokter.com Herd Immunity adalah Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah
kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki
kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.
Dilansir
dari tirto.id. "Infeksi SARS-CoV-2 pada satu orang diperkirakan dapat
menular kepada 2-3 orang lain. Rata-rata algoritma kekebalan kelompoknya harus
mencapai 50-67 persen populasi. Dengan jumlah penduduk 271 juta jiwa (proyeksi
2020), Indonesia perlu membuat 182 juta rakyatnya terinfeksi dan membentuk herd
immunity.
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk lansia di Indonesia berkisar
10 persen. Dengan asumsi tersebut pemodelan kelompok rentan yang harus mendapat
penanganan khusus mencapai 18,2 juta jiwa. Jumlah tersebut belum ditambah
kelompom rentan lainnya yang memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi,
diabetes, kanker, HIV, dll. Sementara jika dihitung dari persentase kematian
akibat COVID-19 sebesar 8,9 persen, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16
juta jiwa dari total 182 juta jiwa yang terinfeksi. "
Wawww 😱😱 ini bukanlah angka yang kecil lohhhh.
Kebijakan PSBB yang belum tegas penerapannya sehingga mudah sekali masyarakat
tuk melanggar, apalagi kebijakan new normal dengan kurva yang mencapai puncak
pun belum apalagi melandai, ini sama saja membiarkan masyarakat berada diambang
kematian. Pemerintah dalam kebijakan terselubungnya rela mengorbankan rakyatnya
demi kepentingan ekonomi belaka, bahkan nyawa rakyat harus berjatuhan pun tak
peduli. Terlihatlah bahwa narasi new normal sesungguhnya ialah bentuk dari pembunuhan
massal.
Landasan
sekulerisme (pemisahan antara agama dan kehidupan) menggambarkan bahwa
kehidupan hanya tentang manfaat saja, rela melakukan apapun agar kepentingannya
dapat sukses berjalan. Tak peduli rakyat sebagai tanggung jawabnya sebagai
seorang pemimpin yaitu mengurusi urusan umat. Menjauhi aturan Allah untuk
pengaturan kehidupan. Alergi bahkan phobia jika Islam dijadikan sebagai
landasan dalam pengentasan masalah.
Beginilah
wajah kapitalisme sekuler yang mementingkan para penguasa, rakus dengan
nafsunya tak peduli lingkungan sekitarnya. Inilah sistem rusak juga merusak.
Berbeda
dengan Islam yang memiliki aturan sempurna nan paripurna, bukan saja suatu
agama ritual namun Islam adalah ideologi yang memiliki aturan menyeluruh yang
datang dari sang pencipta sekaligus pengatur kehidupan. Selayaknya Islam
dijadikan sebagai suatu jawaban atas seluruh problematika kehidupan.