Oleh: Endang Seruni
(Ibu Peduli Generasi)
Saat pembukaan Muktamar IV Persatuan Muslim Indonesia (Parmusi) tahun 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat Presiden Joko Widodo mengingatkan masyarakat untuk tidak lupa mengingat Allah SWT di tengah pandemi Covid-19 yaitu dengan dzikir dan taubat.
Presiden juga mengajak masyarakat yang kehidupannya berkecukupan untuk berinfak dan banyak-banyak bersedekah di masa pandemi. Sebab banyak dari masyarakat yang memerlukan bantuan di tengah kesulitan hidup yang mereka hadapi. Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan juga mata pencaharian saat pandemi.
Presiden juga mengajak kepada masyarakat untuk tidak menyerah pada keadaan dan terus berusaha untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 dengan selalu mematuhi protokol kesehatan ( Kompas.com,26/9/2020).
Sebagai muslim, dzikir, taubat merupakan bentuk ketaatan total manusia kepada sang Khaliq. Untuk mengatasi wabah tidak cukup dengan taubat saja, akan tetapi harus menjalankan perintah syariat secara totalitas. Tidak hanya sebatas doa tanpa ada usaha untuk bangkit dari keterpurukan karena wabah. Sekalipun usaha atau ikhtiar harus diikuti dengan doa.
Perlu kita pahami bahwa tata kehidupan harus kembali kepada syari'at Islam, sementara kondisi saat ini negeri ini menganut sistem buatan manusia yaitu sistem Demokrasi yang dari rahimnya terlahir individu-individu yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya juga bersandar pada manfaat semata.
Berbeda dengan cara pandang Islam, bahwa nyawa manusia begitu berharga hingga dijaga dan dilindungi kebutuhan dan kehidupannya.
Di masa Rasulullah, kala terjadi wabah menular yaitu penyakit kusta yang mematikan dan belum diketahui obatnya. Upaya yang dilakukan Rasulullah adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita.
Rasulullah juga melarang orang yang sehat untuk mendekati atau melihat para penderita kusta.
Untuk mencegah penularan yang meluas Rosul membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah.
Pada saat yang sama memperingatkan umatnya untuk tidak mendekati wilayah yang sedang terkena wabah, apabila berada di tempat yang terkena wabah maka mereka dilarang keluar.
Seperti sabda Rasulullah, "Jika kalian mendengar wabah dari suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah terjadi di tempat kalian tinggal, jangan kalian meninggalkan tempat itu( HR. Al Bukhari).
Pada masa kejayaan Islam wilayah yang terkena wabah di isolasi agar tidak menyebar ke seluruh wilayah. Sedang wilayah yang tidak terkena wabah tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Wilayah yang terkena wabah, segala kebutuhan nya dipenuhi secara tetap dan memadai oleh negara. Dalam hal ini penguasa tidak boleh abai atas pengurasan terhadap rakyat.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, hal ini menunjukan peran penting penguasa dalam pemerintahan untuk tetap mengurusi dan melindungi rakyatnya.
Tanpa harus berfikir untung dan rugi.
Jika taubat merupakan alternatif yang terakhir untuk mengatasi wabah, jadikanlah taubat kita adalah taubatan nashuha. Bertaubat segala kedzaliman, bertaubat dari berbuat kerusakan.
Karena bisa jadi makhluk kecil ini ingin menyampaikan kepada kita, juga pada para penguasa bahwa kesombongan dan kedzaliman itu pasti binasa. Tidak ada artinya apa yang kita miliki jika semua kita dapatkan bukan dalam rangka mencari Ridho Allah Subhanallahu wataala.
Waallahu'alam bisshawab.