Oleh Sari*
Sesuai janji Allah SWT melalui bisyarah Rasulullah dalam suatu riwayat dikisahkan Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata,
“Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah untuk menulis, tiba-tiba beliau (Rasulullah) ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih dulu, Konstantinopel atau Roma?”
Rasulullah menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)” (HR. Ahmad).
Demikian sepenggal kisah motivasi untuk seorang Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel. Sejarah emas kejayaan Islam sudah terukir indah membawa kebanggaan umat muslim di seluruh dunia. Salah satunya telah dituliskan di dalam sebuah buku epic karya Ustadz Felix Siau yang bertajuk Muhammad Al Fatih 1435.
Terkait hal tersebut, Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baru-baru ini membuat heboh jagat maya dengan mengeluarkan surat tentang instruksi membaca buku Muhammad Al Fatih 1435 karya Felix Siauw untuk meningkatkan minat literasi siswa. Surat bernomor 420/11.09.F DISDIK tertanggal 30 September 2020 itu ditujukan kepada seluruh Kepala Sekolah SMA/SMK se-provinsi Bangka Belitung yang ditandatangani Muhammad Soleh selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung. (viva.co.id/2 Oktober 2020).
Namun, baru sehari surat instruksi tersebut viral di media sosial, langsung diklarifikasi Dinas Pendidikan terkait. Melalui akun Twitter Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat, 2 Oktober 2020, merilis pembatalan surat instruksi sebelumnya.
Dan selanjutnya Muhammad Soleh memberikan pernyataan bahwa dirinya mengakui teledor telah membuat surat edaran ke seluruh SMA/SMK untuk membaca buku Muhammad Al Fatih. Hanya karena pengarang buku tersebut ialah seorang Felix Siau, setelah diprotes oleh PWNU Babel yang dilayangkan melalui surat teguran ke Gubernur Babel Erzaldi Rosman Djohan, edaran itu akhirnya dibatalkan.
Ketua PWNU Babel, KH Jaafar Siddiq mengatakan, PWNU sudah mengirimkan surat ke Gubernur Babel untuk menindaklanjuti perihal surat kepala Dinas Pendidikan terkait kewajiban membaca buku Felix Siauw tersebut. Dia mengatakan, kewajiban membaca buku karangan Felix Siauw dinilai memiliki agenda terselubung (babel.inews.id/2 Oktober 2020).
Sungguh ironis memang. Buku yang mengisahkan seorang pemuda. panutan pejuang Islam justru dikriminalisasi. Sosok pemuda berusia 21 tahun yang sejak baligh tak pernah meninggalkan sholat tahajud, menguasai 9 bahasa, ahli syirah dan sejarah, geografi, serta politik. Seorang panglima terbaik dengan tentara terbaik.
“Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya” (HR Ahmad).
Sang penakluk Konstantinopel. Pemuda yang menjadi pengubah peradaban Islam menuju kejayaan, yang lahir dari generasi emas. Lantas, kenapa harus ditakutkan?
Berbanding terbalik dengan pernyataan wapres sebelumnya yang mendukung K-Pop sebagai wadah inspirasi anak muda. Aneh tapi nyata. Negeri dengan mayoritas muslim tetapi justru mengharap kultur hedonisme K-Pop jadi inspirasi, sedangkan pahlawan Islam Muhammad Al-Fatih malah ditakuti.
Baru saja senang melihat berita generasi muda digiatkan belajar literasi dan bakalan melek sejarah kejayaan Islam untuk menumbuhkan ghirah Islam dalam diri mereka, namun sayang belum berjalan sudah dipersekusi. Dulu film JKdN (Jejak Khilafah di Nusantara), sekarang buku sejarah Islam juga kena dampaknya.
Tidakkah kita memahami bahwa salah satu problem besar bangsa ini dalam melakukan perubahan profil generasi adalah tiadanya gambaran tentang sosok teladan dan sistem pendukungnya. Dengan membaca dan memahami kisah Muhammad Al Fatih harusnya akan mampu mengangkat mentalitas generasi agar menjadi bangsa unggul, karena kerja kerasnya semata membuktikan bisyarah atau kabar gembira yang sudah dijanjikan Allah SWT melalui Rasulullah. Dan hanya dari sistem Islam terbaiklah generasi setangguh Al Fatih mampu dilahirkan.
Penaklukan kota Roma tinggal menunggu waktu. Tinggal kitanya yakin ataukah tidak? Seperti halnya keyakinan kita pada janji Allah melalui Rasul-Nya. Mampukah generasi muda kita menepatinya? Hanya satu jawabannya, yakni dengan keyakinan. Kemampuan seorang muslim melihat seharusnya tidak hanya dengan mata melainkan dengan keimanan, keimanan (keyakinan) akan janji Allah dan Rasul-Nya.
Sekali lagi, kita berada di negeri muslim. Tapi begitu takutnya dengan buku-buku sejarah Islam dan takut akan ajaran Islam itu sendiri. Menjadi generasi pengubah peradaban menuju kejayaan Islam adalah tujuan utama, bukan malah menjadi K-Popers yang menjadikan generasi muda menjadi generasi alay dengan kebucinan tingkat tinggi. Tantangan kita sekarang adalah menyiapkan generasi terbaik dengan sistem terbaik untuk kembali membangkitkan kejayaan Islam dan peradabannya yang gemilang.
*Muslimah Tulungagung.
Tags
Opini