Oleh: Muthmainnah Ilham, S.Pd
(Praktisi Pendidikan)
Mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln mengatakan “Kita tidak dapat melarikan diri dari sejarah.” Selain itu, Confucius seorang filsuf Tiongkok juga mengatakan “Pelajari masa lampau jika ingin menetapkan masa depan.” Inilah di antara kata bijak para tokoh tentang pentingnya sejarah.
Masyarakat pun cukup memahami pentingnya mempelajari sejarah. Hal ini dapat kita saksikan dengan adanya berbagai penolakan atas wacana dihapuskannya mata pelajaran sejarah dalam penyederhanaan kurikulum yang tengah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Komisioner Bidang Pendidikan, KPAI, Retno Listyarti menilai wacana untuk menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai pilihan (tidak wajib) di jenjang SMA, bahkan menghapus di jenjang SMK adalah tidak tepat. Menurut Retno Semua anak, baik di jenjang SMA ataupun SMK berhak mendapatkan pembelajaran sejarah dengan bobot dan kualitas yang sama. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya. Bagaimana mau menghargai kalau pelajaran tersebut tidak diberikan," (medcom.id, 20/9/ 2020)
Bahaya Penghapusan Pelajaran Sejarah
Moh Hatta mendefinisikan sejarah sebagai salah satu bentuk perwujudan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau dan diakui kebenarannya. Sehingga biasanya tindakan yang akan diambil selalu berpatokan dan bercermin dari kejadian sejarah, agar tak salah dalam mengambil tindakan.
Melalui sejarah kita dapat memahami berbagai peristiwa yang terjadi. Sehingga penting bagi suatu bangsa untuk memahami sejarah negerinya. Sehingga bisa dijadikan pembelajaran di masa depan. Oleh karena itu, penghapusan pelajaran sejarah di SMK dan menjadikan sejarah bukan pelajaran wajib di SMA tentu berbahaya.
Jika pembelajaran sejarah dihapus tentu berdampak pada hilangnya pemahaman peserta didik tentang jasa para ulama untuk kemajuan negeri. Selain itu, akan menghapuskan tragedi kekejaman PKI yang telah menelan banyak korban. Bahkan dapat menjadikan generasi ahistoris sehingga mereka di awang-awang dalam memajukan bangsanya.
Oleh karena itu, sejarah memiliki arti penting bagi kemajuan bangsa. Maka, jika ingin negeri ini maju perlu merekontruksi sejarah. Menyongsong masa depan bangsa dengan menjadikan sejarah sebagai sebuah pembelajaran. Sejarah tentang jejak Islam dan khilafah di negeri ini semestinya diajarkan agar mampu mendapatkan kemajuan. Bukan malah ditutupi dan keberadaannya dimusuhi.
Islam Memandang Sejarah
Secara terminologis, kata ‘sejarah’ diambil dari bahasa Arab, ‘syajaratun yang berarti pohon. Secara istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah pertumbuhan peradaban manusia dengan lambang ‘pohon’. Yang tumbuh bermula dari biji yang kecil menjadi pohon yang lebat rindang dan berkesinambungan.
Dalam Islam sejarah memiliki posisi penting. Hal ini dapat dilihat dari dua pertiga isi Al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. Kita pahami bahwa Al-Qur’an dan hadis ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam mengkaji sejarah dari kedua sumber tersebut.
Allah Swt. berfirman: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. al- Hud [11]: 120)
Sejarah (tarikh) Islam dipelajari agar umat Islam menjadi umat yang bijaksana. Sejarah dipelajari bukan untuk menjadikan seseorang menjadi durhaka terhadap Para Sahabat dan generasi Islam terdahulu. Melalui sejarah, manusia di masa mendatang bisa melihat sejauh mana generasi Islam sebelumnya berusaha menerapkan ajaran Islam, hukum-hukum Islam, dan politik Islam.
Bila baik penerapannya, maka sejarah memberikan motivasi untuk meraih kebaikan yang sama. Sebaliknya, bila penerapan Islam ada ketidaksesuaian, cukuplah sejarah menjadi warning bahwa perkara yang buruk bukan untuk dicontoh dan diteladani.
Yang penting bagi muslim adalah apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, yang berasal dari sumber hukum Al-Qur'an dan sunah, serta yang lahir dari keduanya yakni Ijmak sahabat dan qiyas. Perkara keimanan adalah pokoknya. Dan perkara amal perbuatan merupakan buah dari keimanan yang kokoh.
Oleh karena itu, umat dan generasi muslim harus mengenal sejarah besar Islam untuk membangun peradaban yang gemilang. Membangkitkan memori kolektif generasi muslim untuk mewujudkan penerapan Islam secara menyeluruh. Sehingga terwujud baldatan thayyibatan warabban ghafuuran. Saatnya Indonesia maju.
Wallahu ‘alam bish shawab.