Oleh: Siti Ropiah, Amd
(Aktifis Muslimah Pemerhati Publik)
Tanggal, 22 Oktober adalah Hari Santri Nasional; “Bersama santri damailah Negeri”, itu adalah tagline ketika diperingati hari santri pada tahun 2019, nah tahun ini tagline nya “Santri Sehat Indonesia Kuat”.
Dari tagline di atas bahwa kita memahami makna dari hari santri adalah mengenang jasa-jasa santri saat melawan para penjajah belanda dan jepang pada waktu itu. Pada saat itu jiwa para santri bergelora untuk melawan para colonial yang menjajah negeri tercinta Indoneisa.
Karena pada waktu itu santri adalah generasi pemuda yang sedang menuntut ilmu di pesantren-pesantren tradisional. Jiwanya masih semangat untuk melawan penjajah yang ingin merampas negeri Indonesia alih-alih ingin merampas rempah-rempah.
Oleh karena itu, sejatinya santri ini adalah generasi ummat terbaik dan cikal bakal calon ulama. Anak muda yang sedang menuntut ilmu nan jauh dari tempat tinggalnya demi mencari ilmu, maa syaa Allah. Ketika sejatinya mereka sudah paham akan dirinya sebagai generasi ummat terbaik dan cikal bakal calon ulama, maka dirinya akan mengetahui makna dari anak santri.
Anak santri itu seharusnya memiliki pemikiran yang cemerlang, beradab/berakhlak, menjauhi semua larangan Allah dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan, kasih sayang kepada sesama, dan ilmu yang di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sebagian anak santri saat ini belum mencerminkan karakter anak santri, kenapa? Jika kita telusuri fakta yang terjadi kepada anak santri saat ini adalah sebagian anak santri belum memahami makna santri itu sendiri, berkubang dengan hal-hal yang Allah larang dan haramkan, belum mengamalkan ilmu yang telah diterima selama menjadi anak santri dan setelah lulus dari pesantren.
Misal, sebagian anak santri masih belum syar’i dalam menutup aurat, masih ada yang berkhalwat atau pacaran, jelas-jelas itu adalah perbuatan yang Allah haramkan, akhlak/adab yang masih jauh dari kata sopan kepada yang lebih tua darinya, dll.
Kenapa sebagian anak santri tidak mengamalkan apa-apa yang sudah didapat dari pesantren atau selama menuntut ilmu? Pasti ada sebab dan akibat, tidak mungkin ada akibat tidak ada penyebabnya, dalam kehidupan ada yang namanya hukum kausalitas (sebab akibat). Nah sebabnya, karena kita hidup didalam sistem yang bukan dari Al-quranul karim, yakni hukum buatan manusia, apa? Sistem kapitalisme-sekulerisme, sistem yang tanpa kita sadari menjauhkan kita dari aturan-aturan Allah SWT, contohnya yang sudah terjadi kepada anak santri zaman now setelah keluar dari pesantren, sebagian lupa dengan pelajaran yang sudah didapatkan, dan mengerjakan hal-hal yang Allah haramkan. Nastaghfirullah.
Kita flashback ke masa kejayaan islam yang dimana pada masa itu para fuqaha dan ulama terkemuka seperti Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Abu Darda, Imam Al-Ghazali, Al-Bukhari, Imam Baqi bin Makhlad, dst. Masih banyak lagi jika kita mau telusuri jejak para pengembara ilmu, santri pun termasuk pengembara ilmu. Kenapa mereka para pengembara ilmu pada masa kejayaan islam mampu mengamalkan, semangat dalam memburu ilmu dimanapun tempatnya pasti dikejar? maa syaa Allah. Karena mereka didukung oleh sistem yang dimana menerapkan aturan-aturan Allah SWT yakni Al-quran al-karim.
Jadi, ketika kita mendambakan santri yang hakiki, santri yang sejatinya cikal bakal calon ulama dan generasi umat terbaik, maka kita harus kembali kepada aturan-aturan Allah SWT yakni hukum syariat yang berpedoman hanya kepada al-quran saja bukan yang lain. In syaa Allah santri-santri akan menjadi ulama dan generasi umat terbaik. Yang dimana Allah berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْن
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? ( QS. Al-Maidah: 50)
Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali ’Imran: 110).
Ketika kita menerapkan hukum-hukum Allah, maka kesadaran menuntut ilmu lebih tinggi hanya karena Allah dan agar ilmunya bermanfaat maka para pengembara ilmu atau santri akan menyebarkan ilmunya kepada masyarakat luas. Begitulah indahnya jika hukum Allah diterapkan dimuka bumi akan banyak pengembara ilmu atau santri; cikal bakal calon ulama yang akan menebarkan ilmu-ilmu yang didapati selama menuntut ilmu. Aturan Allah akan terlaksana ketika diterapkannya institusi negara yakni dalam bingkai khilafah. Wallâhu a'lam bi ash-shwâb.