Oleh. Reni Tresnawati*
Mahasiswa dari berbagai kampus melakukan unjuk rasa tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (Ciptaker). Sedangkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan surat edaran yang mengimbau agar mahasiswa tidak ikut demonstrasi. Jumat 9/10/20. (Detik.com).
Setali tiga uang dengan Kemendikbud, dari kepolisian mengeluarkan kebijakan yang akan mempersulit pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) kepada para pelajar yang terbukti melanggar hukum dalam demonstrasi anti UU Cipta Kerja. Kepolisian mengklaim kebijakan itu akan ditempuh untuk memberikan 'efek jera' kepada para pelajar.
Namun kebijakan itu di kritik sejumlah pihak. Termasuk Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mereka menilai mekanisme itu justru mengancam masa depan para pelajar. SKCK biasanya persyaratan untuk digunakan masyarakat buat kepentingan melamar pekerjaan. Itulah Komisi KPAI Jasra Putra menyebut pencatatan di SKCK itu membuat pelajar kesulitan bekerja di sektor formal yang mensyaratkan calon pekerja bersih dari catatan kriminal.
" Sedangkan anak-anak kita di satu sisi masih punya masa depan, masih punya waktu untuk memperbaiki diri. Tetapi catatan dengan tindak pidana itu muncul di SKCK mereka, tentu di masa depan mereka tidak bisa bekerja di sektor formal", ujar Jasra Putra kepada BBC news Indonesia, Rabu (14/10/20).
Jika sudah begitu bagaimana para pelajar bisa berjuang menegakkan keadilan, bergerak sedikit saja sudah dicurigai. Sedangkan potensi pelajar/pemuda untuk menentang kapitalisme yang sudah terlihat jelas kebobrokannya dan ingin membentuk perubahan hakiki justru diberangus atau dimandulkan. Kapitalis memaknai hakikat belajar hanya sekedar syarat saja. Padahal di balik itu ada sesuatu yang terselubung, yaitu supaya rezim bebas/merdeka mengeksplore potensi anak-anak umat untuk memuluskan kepentingan kapitalisme.
Bagaimana potensi pemuda semestinya diarahkan untuk mewujudkan sistem Islam? Islam dan khilafah mengarahkan potensi pemuda sesuai fitrah penciptaan yakni untuk mengabdi pada Sang Khaliq dan memberi manfaat bagi umat. Para pemuda merupakan aset negara yang akan menyelamatkan bangsa dan negara. Untuk itu, khilafah sejak dini membekali para pemuda dengan ilmu aqidah dan tsaqofah Islam yang menyeluruh, agar memiliki mental yang tangguh dengan keimanan yang kokoh, serta pribadi yang mandiri dan memiliki empati atau kepedulian terhadap umat dan lingkungan sekitar.
Ada beberapa para pemuda Islam yang telah berhasil dan menorehkan prestasi gemilang dalam menaati kecintaannya kepada Allah dan rasul-nya, mewujudkan peradaban Islam dan dikenang sepanjang sejarah, dan dunia mengakuinya. Seperti beberapa pemuda Islam berikut ini.
Sang penakluk Konstantinopel atau sekarang lebih di kenal dengan Istanbul. Ia diberi gelar Muhammad Al Fatih. Di usia 21 tahun sudah menjadi pemimpin perang dan melumpuhkan kota Konstantinopel. Rasulullah saw. bersabda : "Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan" (HR. Ahmad bin Hambal Al-Musnad 4/335).
Mus'ab bin Umair, duta Islam pertama. Berkat kecerdasan dalam berdiplomasi dan budi luhurnya, ia berhasil menawan hati dan meluluhkan penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Dalam perang Uhud, Mus'ab bin Umair adalah salah satu pahlawan dan pembawa bendera perang. Ia bersikeras dalam membela bendera yang di pegangnya dari serangan musuh, walaupun kedua tangannya terputus, ia tak membiarkan bendera itu jatuh ke tanah. Ia jepit dengan dagunya. Dia mempertahankan sampai titik darah penghabisan, dengan berlumuran darah. Akhirnya, dia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.
Berikutnya sang penakluk kota suci Yarusalem. Shalahudin Al Ayubi, yang terkenal dengan julukan Singa Padang Pasir. Walaupun diberi gelar Singa Padang Pasir, tetapi ia lebih suka menghindari perang dan menghentikan perang secara damai. Kehebatannya dalam berdiplomasi, salah satunya terlihat dalam pertemuan militernya denga Raja Richard "The Lion Heart" pada perang Salib ketiga.
Shalahudin juga terus diingat atas kemampuannya menyatukan banyak dunia Muslim serta kemuliaan hati dan prilakunya, baik di dalam maupun di luar peperangan.
Semoga sekarang muncul lagi Muhammad Al Fatih, Mus'ab bin Umair, Shalahudin Al Ayubi masa kini yang akan mengembalikan kehidupan Islam kembali, dan negara Islam kembali menjadi negara yang thayyibatun wa rabbun ghafur, yang pernah berjaya 13 abad yang lalu. Wallahu'alam bisawab.
* (Pemerhati generasi)
Ilustrasi Dribbble
Tags
Opini