Rapor Merah PJJ



Oleh : Siti Saodah, S. Kom 

(Pemerhati Remaja)

 

PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menyisakan banyak masalah. PJJ dianggap tak maksimal dan para orang tua siswa mengaku terbebani dengan kuota internet yang mahal. Meskipun kini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menggelontorkan dana untuk membeli kuota internet bagi para siswa, guru, mahasiswa dan dosen.

Rapor Merah diberikan kepada Nadiem Makarim selama menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selama setahun. Alih-alih membuat terobosan baru dalam dunia pendidikan namun kebijakan yang dikeluarkan justru memberatkan para tenaga pendidik. Selama masa pandemi saja banyak kasus terjadi di kalangan para orang tua siswa dan siswanya diakibatkan PJJ. Belum lama ini saja, seorang siswa SMA tewas bunuh diri karena depresi dengan tugas sekolah yang menumpuk sedangkan internet di rumahnya tidak dapat dijangkau.

Berkaca dari kasus yang terjadi maka wajar saja FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) memberikan Rapor merah kinerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Seperti dilansir dari (http://nasional.kompas.com) yang disampaikan oleh Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti mengungkapkan alasannya memberikan nilai 55 pada kebijakan PJJ yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.  Kami beri nilai 55 karena kami punya data-data survei dan memiliki perwakilan berbagai daerah yang guru-guru ini betul-betul pelaku lapangan dan berhubungan dengan orangtua murid," kata Retno di acara Rapor Merah 1 Tahun Pendidikan Mas Menteri Nadiem secara virtual, Minggu (25/10/2020).

PJJ yang dicetuskan demi untuk mengurangi angka penyebaran covid-19 ternyata banyak menimbulkan masalah baru di kalangan orang tua. Ada ibu yang tak sabar memberikan pembelajaran sehingga anak menjadi korban. Polemik inilah yang membuat FSGI memberikan nilai merah pada kinerja Mendikbud. Selain itu masalah penyaluran kuota belajar dianggap tak sesuai karena ada yang dapat bantuan ada yang tidak. Belum lagi masalah jaringan internet di masing-masing daerah tak sama, ada yang dapat kuota belajar namun jaringan internet tempat anak tinggal tak ada yang akibatnya ia pun tak bisa mengikuti PJJ.

Permasalahan semacam itu akan terus ada dalam sistem kapitalis saat ini, pasalnya mereka para kapital hanya akan memasang jaringan internet di daerah tersebut jika dirasa menguntungkan. Sehingga tak semua siswa dapat menikmati jaringan internet apalagi mereka siswa miskin yang tinggal di pedalaman desa. Wajar saja jika jaringan internet tak merata di seluruh wilayah sebab kebijakan yang tak adil.

Kebijakan yang tak adil akhirnya membuahkan generasi yang tak peduli terhadap masalah bangsa. Bahkan Negara pun dianggap abai dalam meriayah generasi muda. Negara yang seharusnya berperan penting dalam pembentukan kepribadian generasi namun kini berlepas tangan. Maka wajar jika generasi muda kini adalah generasi pembebek.

Permasalahan yang dihadapi negara tak akan tuntas dengan sistem saat ini. Sistem yang lahir dari tangan manusia yang banyak memiliki kekurangan. Begitu pun dalam dunia pendidikan masalah hanya diselesaikan melalui tambal sulam sehingga tak tuntas. Seharusnya dalam menyelesaikan masalah dicari akar masalahnya kemudian akar tersebutlah yang harus dicabut.

Sudah selayaknya sebagai muslim kembali kepada aturan Illahi. Aturan yang sangat paripurna mampu menyelesaikan permasalahan seluruh umat. Aturan yang tak ada cacat karena Allah SWT tahu yang terbaik bagi seluruh umatnya.

 

Waallahualam bisshowab

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak