Peran Seorang Ibu dalam Islam



Oleh : Nadia 

(Aktivis Dakwah Millenial, Santri Aliyah Mutiara Ummah Sidoarjo)

Peran seorang ibu sangatlah penting bagi keberhasilan generasi di masa depan. Bagaimana tidak, dari rahim mereka akan terlahir anak-anak yang siap dididik untuk menjadi penerus generasi yang gemilang. Sehingga terciptalah keluarga yang cemerlang.

Bagaimana dengan kondisi keluarga sekarang? Mereka menjalankan kehidupan mereka layaknya seperti air yang mengalir. Mereka tidak memiliki tujuan yang pasti, apalagi dalam hal mendidik anak. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar mereka bisa tetap melanjutkan hidup. Sehingga tidak heran, jika dalam sistem Kapitalisme ini jarang ditemukan kondisi keluarga yang harmonis.

Persoalan ekonomi ini menjadi momok bagi kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia. Dampak lain dari masalah ini juga, tidak sedikit para istri atau para ibu yang mengabaikan tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga. Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk bekerja.

Penyebabnya beragam, ada yang merasa kebutuhannya tidak cukup jika hanya suami yang mencari nafkah, atau mereka memilih bekerja karena terpengaruh dengan ide-ide feminisme yang menginginkan kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan. Mereka menganggap pendidikan anak sudah cukup dari sekolahnya saja.

Padahal, justru kerusakan moral yang terjadi pada anak terjadi akibat adanya interaksi sosial yang liar di luar rumah. Membiarkan anak apa adanya, tumbuh dalam budaya kapitalis-liberalis yang membuat jiwa mereka lemah, terjangkiti oleh penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati.

Harusnya seorang ibu mendidik anak-anaknya untuk menjadi investasi pahala saat telah meninggal nanti. Menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang sholih dan sholihah, juga berkepribadian Islam. Mengenalkan kepada mereka siapa Rabbnya, memberi tau mereka bagaimana tujuan hidup yang benar. Sehingga dengan didikan seperti ini, maka anak-anak ini akan siap menjadi generasi terbaik khayru ummah.

Coba kita ingat-ingat kembali bagaimana keberhasilan para ibu yang  mendidik anaknya untuk dikontribusikan pada kejayaan Islam. Al-Khansa dikenal sebagai ibu para mujahid. Empat anak laki-lakinya syahid bersamaan. Mereka bertempur gagah berani berkat motivasi luar biasa yang ditanamkan ibu mereka sebelum perang.

Ibu mereka berwasiat, “… Kalian semua tahu balasan besar yang telah Allah siapkan bagi seorang Muslim dalam memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah (anak-anakku), negeri yang kekal itu lebih baik dari tempat yang fana ini. Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, perangilah musuh kalian dengan gagah berani. Mintalah kemenangan kepada Allah atas musuh-musuhNya.”

Usai peperangan, Al-Khansa mencari kabar tentang putra-putranya. Kabar syahid anak-anaknya sampai kepada dirinya. Ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap Rabb-ku mengumpulkanku bersama mereka dalam kasih sayangNya.”

     Kemudian kisah dari Khaizuran, ibu Khalifah Harun Al-Rasyid, adalah mantan budak yang dinikahi Khalifah al-Mahdi karena kecerdasan dan keluasan ilmunya. Ia rela mendampingi anaknya mencari ilmu ke Madinah. Jauh dari keluarga dan kehidupannya sebagai istri Khalifah. Ia mendidik anak-anaknya sehingga layak menjadi seorang Khalifah.

Inilah para ibu teladan zaman. Mereka menanamkan pondasi agama yang kuat pada anak-anaknya seingga mampu menjadi pemimpin, pejuang dan ulama terbaik pada zamannya. Keteladanan mereka juga didukung oleh sistem pendidikan dan sistem sosial yang ada pada zaman itu. Sistem pemerintahan Islam, yang menjadikan Islam sebagai kaidah dan kiyadah. Tak asing kita mengenalnya dengan Khilafah ala minhajin nubuwwah.  Wallahua'lam bishowab. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak