Peran Mahasiswa Dalam Arus Perubahan Bangsa



Oleh: Ummu labeeba K.A 
(Ibu Rumah Tangga)

Beberapa hari kebelakang demo besar - besaran mahasiswa dan buruh terjadi diberbagai kota besar di Indonesia. Pemicunya UU Cipta Kerja yang disahkan DPR dinilai menyengsarakan buruh dan memihak kepada para kapital atau pemilik modal (pengusaha).

Dilansir dari detik.com. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menyatakan akan menggelar demo menolakOmnibus Law Cipta Kerja di Istana Merdeka hari ini. BEM SI memperkirakan 5.000 mahasiswa akan turun aksi ke Istana.

Pengusaha merespons langkah mahasiswa yang akan menggelar demo menolak Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker). Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, UU 'Sapu Jagat' ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya bisa dirasakan para mahasiswa.

Sementara mahasiswa setelah lulus tentu membutuhkan pekerjaan. Oleh karena itu dirinya heran bila mereka menentang UU Ciptaker.

"Mahasiswa itu kan pencari kerja nantinya. Jadi ini kan kita lakukan untuk mereka juga gitu supaya lapangan pekerjaannya ada. Kok malah didemo. Jadi kadang-kadang kita juga nggak mengerti nih tujuannya apa kok bisa ada demo-demo mahasiswa seperti ini," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (8/10/2020).

Dia kembali menekankan bahwa tujuan dari UU Ciptaker adalah penciptaan lapangan kerja. Kalau tidak ada lapangan pekerjaan, justru mahasiswa yang sudah lulus sulit mendapatkan pekerjaan.

"Jadi ini mereka nanti setelah lulus mau kerja di mana kalau nggak ada kerjaannya?," sebutnya.

Jika alasan mahasiswa melakukan demo karena memperjuangkan perlindungan buruh, menurut Shinta UU Ciptaker sudah melakukan itu. Memang, dirinya menilai bahwa UU Ciptaker tidak bisa memuaskan semua pihak, tak hanya kaum buruh tapi juga pengusaha.

"Tapi kan secara menyeluruh tujuannya ini kan memang untuk bisa menyiapkan lapangan pekerjaan. Jadi kalau untuk mahasiswa yang namanya cari kerja, justru (UU Ciptaker) bagus untuk dia dong supaya dia bisa dapat pekerjaan. Jadi saya nggak ngerti juga, bingung juga kenapa mahasiswa mesti ikut turun ke jalan," tambahnya.

Peristiwa 1998 bukan hanya menjadi sejarah bangsa, harusnya menjadi pengingat seluruh masyarakat Indonesia bahwa ditangan para pemudalah perubahan akan terwujud. Namun sayangnya para mahasiswa hari ini kurang independensi dalam menyuarakan perubahan bangsa. Dengan ancaman tak dapat pekerjaan hingga nilai akademisi banyak dari intelektual muda kita yang nyaris surut semangat pergerakannya. Bahkan ada yang nekat ikut aksi tapi karena disponsori. 

Begitulah hasil output pendidikan kapitalistik dimana yang menjadi prioritas hanyalah kepentingan pribadi. Kalaupun berani bersuara gerakannya dimandulkan, tidak sampai pada perubahan mendasar. 

Padahal dalam kacamata islam potensi pemuda sangat luar biasa, bukan hanya agen perubahan tapi penggenggam peradaban dunia. Maka, Khilafah telah terbukti berhasil mencetak generasi terbaik  dimana para pemudanya memiliki semangat jihad luar biasa, masa mudanya dihabiskan untuk memperjuangkan Islam. 

Siapa yang tak kenal sosok M. Al-Fatih diusia 21 th tapi sudah bisa menaklukan konstantinopel dalam rangkan menyambut bisyarah Rasulullah Saw yang sudah ratusan tahun yang lalu. Maka semangat mahasiswa hari ini harusnya diarahkan hanya untuk Islam bukan semata- mata hanya berpihak kepada rakyat kecil namun solusi yang ditawarkan pragmatis bukan solusi yang fundamental.
So We Need Khilafah!
Wallahu'alam Bishawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak