Oleh : Maira Zahra*
Masalah besar yang sedang terjadi pada negeri ini mencerminkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman bagi para generasi terhadap profil sosok teladan mulia. Bimbingan dan pengajaran pada profil tokoh para pejuang Islam hanya sebatas pengetahuan tanpa ada penanaman teladan atau setidaknya menjadikannya sebagai role model bagi para generasi.
Rapuhnya sistem yang bercokol mengkhawatirkan bagi generasi-generasi muda mengambil role model yang salah, seperti halnya ala Korea sampai barat sudah terjamah di setiap dimensi kehidupan muda-mudi hari ini. Tak terkecuali gaya hedonis sudah marak terjadi.
Ini membuktikan negara sudah salah dalam menempatkan tontonan, hiburan sampai role model muda-mudi ke arah yang salah. Justru, kini telah nampak perilaku dan gaya muda-mudi sudah jauh dari tatanan hukum syariat. Melegalkan segala cara untuk bisa memenuhi nafsu syahwat.
Tak peduli itu halal atau haram, karena yang berkecamuk dipikiran hanya kesenangan dan kesenangan. Hanya sebatas itu dan tak lebih dari itu. Lalu, mengapa bisa perilaku muda-mudi muslim hari ini sangat jauh dari perilaku Islam? Mengapa justru sosok yang mereka idolakan bukanlah dari kalangan pejuang Islam? Seolah mereka lupa akan identitas diri mereka.
Berkaca dari sistem rusak, maka wujud pantulan pun jelas tidak sempurna. Sama halnya dengan menanamkan mental lemah, berjoget ria di tiktok, menonton drama atau film sampai membuat si empu tersentil rasa baper hingga pikiran meng-halu tak jelas.
Karena itulah Sistem Kapitalisme-sekuler telah berhasil melahirkan generasi yang jauh dari tsaqofah Islam. Membuang jauh nilai-nilai agama dari kehidupan para generasi. Jadi jelas, terbukti mental muda-mudi sudah kronis, terjajah dengan pemikiran para borjuis.
Bukankah, Islam memiliki banyak sosok teladan mulia yang patut dijunjung tinggi. Sikap tegas dan ketaatannya kepada hukum Syara' tergambar sudah dalam sejarah peradaban. Jejaknya sebagai Al-Fatih (Sang Penakluk) telah menorehkan kemuliaan kepada umat Islam, bahwa tiada dusta perkataan yang keluar dari lisan mulia Rasulullah Saw. Bahwa Konstantinopel akan takhluk di tangan kaum Muslimin. Masyaa Allah!
Mentalitas seoarang pemuda yang masih berumur belia yaitu 21 tahun telah membuktikan kebenaran perkataan Rasulullah Saw dengan ditakhlukkannya imperium terbesar pada saat itu. Dengan kepercayaan penuh akan bisyaroh Rasulullah, serta kegigihan dan kerja kerasnya Muhammad Al-Fatih tak ada sedikitpun hadir keraguaan pada perkataan Rasulullah Saw. Sebab beliau, Rasulullah Saw merupakan suri teladan baik yang patut dicontoh bagi generasi saat ini.
Role model yang patut dijadikan idola seharusnya yang mempunyai mental pejuang bukan malah mental pecundang. Muhammad Al-Fatih dididik bukan hanya sebatas ilmu pengetahuan dunia saja, namun Al-Qur'an merupakan santapan utamanya. Mengkhatamkan Al-Qur'an sejak masih diusianya 8 tahun dan bahkan dirinya sudah menguasai banyak bahasa.
Tidak hanya itu, sosoknya yang mulia mampu dijadikan sebagai teladan bagi generasi. Kini nama Muhammad al-Fatih telah menjadi primadona bagi para orang tua sekaligus idola untuk anak-anaknya. Tujuan mereka memberikan nama itu, bukan tanpa sebab. Mereka menginginkan kelak anaknya juga memiliki sifat seperti Muhammad Al-Fatih.
Berkepribadian tangguh, tegas, penghafal Al-Qur'an dan menjadi al-Fatih ke-2 sebagai pembebas kota Roma yang sudah dijanjikan oleh Rasulullah Saw. Mentalitas yang ada pada diri Muhammad Al-Fatih, dapat terbentuk bagi generasi saat ini bila Khilafah sebagai sistem yang mengatur.
Saat ini, saat sistem kufur ini masih bercokol di negeri ini. Jangan harap muda-mudi akan bermentalkan Al-Fatih. Mental Al-Fatih inilah, dapat dengan mudah terbentuk dalam tatanan sistem Khilafah.
Dalam Khilafah sekolah akan menanamkan akidah yang kuat. Mengenalkan sosok para pejuang umat Islam. sehingga generasi pemuda akan paham, bahwa dia memiliki peran dan tugas yang sangat mulia yaitu kelak di tangan-tangan kalianlah Kota Roma akan ditakhlukkan. Semoga.Wallahu a'lam bishowwab
* Komunitas Millenials Perindu Surga Tulungagung