Oleh Ratna Nurmawati (Aktivis Dakwah Literasi)
Kita kerap risih melihat ibu - ibu yang membiasakan anak - anaknya memakai pakaian terbuka. Contohnya bisa kita lihat di Mall. Orang sudah tau anaknya cantik, putih , Eh...malah dibiarkan anak memakai pakaian sexy. Yang jelas itu akan mengundang mata - mata hidung belang.
Kadang juga heran, ketika orangtua membelikan anaknya baju. Merasa baju itu gaul dan keren. Padahal kadang kala dari sanalah sering mengundang tindak kejahatan atau berpotensi menjadi korban pelecehan.
Namun apakah anak - anak tersebut merasa nyaman saja dengan pilihan busana orangtuanya?
Beberapa waktu lalu sempat viral video anak selebriti Anang, Queen Arsy yang ngambek lantaran ternyata Arsy tidak suka mengenakan baju pendek. Ia justru ingin dibelikan baju panjang lantaran ia ingin berpakaian layaknya seorang muslimah.
Ini contoh sisi pandang pilihan anak yang dibebaskan untuk memilih mau berpakaian terbuka atau tertutup. Semua itu Kembali kepada didikan orangtua dalam membiasakan berpakaian anak mau terbuka atau tertutup?
Padahal sekarang, semakin banyak orang tua muslim yang sadar pentingnya mendidik anak berbasis islam. Kesadaran ini mempengaruhi pola pendidukan dan pengasuhan kepada anak - anaknya.
Para orang tua meletakan pondasi aqidah sejak dini dan mengenalkan berbagai hukum syara, misalnya kewajiban menutup aurat. Sehingga banyak dijumpai anak - anak kecil yang mengenakan jilbab.
Agama islam mengajarkan para kami orang tua, agar menanamkan aqidah pada anak sejak dini. Hijab adalah konsekuensi atas keimanan kita kepada Allah SWT. Terlepas anak mau atau enggak, orangtua memang jangan memaksa karena belum menjadi kewajiban pada anak. Tapi edukasi bahwa hijab adalah kewajiban bagi wanita muslimah yang sudah baligh harus ditanamkan sejak dini. Agar kelak jika anak telah dewasa, akan menjadi kebiasaan bukan pemaksaan.
Ternyata kondisi ini membuat gerah para pejuang Sekulerisme Liberal. Mereka melontarkan bahaya memaksa anak memakai jilbab sejak dini.
Seperti salah satu postingan twitter akun Deutsche Welle Indonesia mengupload tentang kenapa anak - anak dipaksa "berhijab" semenjak kecil. Postingan tersebut mendapat ragam kritik.
Semua itu tak lain akibat dicampakannya syariat islam. Negeri ini seperti lebih mengadopsi aturan para penjajah yang serba bebas ( Liberal ) dibanding agamanya sendiri.
Salah satu kewajiban orang tua di dalam islam, adalah memberikan pengajaran dan pengasuhan pendidikan islam kepada anak - anaknya semenjak dini. Karena itu bentuk tanggung jawab orangtua kepada anak.
Seperti halnya sholat yang Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam peritahkan agar kita mengajari anak sejak usia 7 tahun dan memukulnya jika tidak mau melaksanakan sholat setelah usia 10 tahun.
Sama halnya dengan hijab, wajibnya hijab bagi seorang wanita sama dengan wajibnya sholat, puasa dan zakat. Maka mendidik anak untuk berhijab sejak dini juga menjadi sebuah kewajiban bagi orangtua.
Sebab, salah satu bentuk kedurhakaan orangtua kepada anaknya adalah tidak mendidik mereka dengan cara islami. Sehingga anak - anak itu nanti akan tumbuh dan berkembang jauh dari islam dan ketaatan kepada Allah SWT.
Hijab juga mengangkat martabat kemuliaan seorang muslimah, karena Rasulullah dalam hadisnya menyampaikan " Sebaik - baik perhiasan dunia dalah wanita yang shalihah". Dan setiap wanita yang shalihah tentu adalah wanita yang berhijab dengan syar'i.
Kita sebagai orang tua tentu menginginkan anak kita menjadi muslimah yang mulia serta terjaga. Maka berjilbab adalah salah satu jalan untuk mewujudkannya.
Beratnya perjuangan orang tua dalam mendidik anaknya hingga sukses dunia akhirat adalah sebuah perjuangan yang akan dilimpahi ridho Allah SWT. Semoga kita senantiasa sabar dan bijak dalam mendidik anak sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya
Oleh karena itu, mari kita kembalikan syariat islam pada posisi semula dengan menerapkan syariat islam secara kaffah dalam setiap sektor kehidupan termasuk bernegara. Agar agama tak selalu dinista.
Hanya khilafah sistem yang menjaga para muslimah untuk mengenakan pakaian taqwa ini. Tidak hanya dengan seruan, namun bahkan dengan pengerahan pasukan.
Tags
Opini