Korean Wave Bagi Milenial, Benarkah Layak Jadi Inspirasi??




Oleh: Ulfa Fay
(Relawan Opini Milenial)

Tak henti-hentinya pernyataan kontroversial keluar dari lisan pejabat negeri ini.  Beberapa waktu yang lalu orang nomor dua seantero negeri berharap tren Korean Pop atau K-Pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke  internasional. 

Pertanyaan besar muncul apakah inspirasi itu bisa muncul jika mencontoh dari budaya K-Pop? dimana tarian dan budaya Korean ini sangat jauh bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam Islam, dimana sarat dengan budaya sekuler kapitaliastik.  Belum lagi mempertontonkan gaya hidup bebas, berbicara, gaya berpakaian yang mengumbar aurat, pergaulan tanpa batas, budaya bullying, minum alkohol, dan segudang lainnya budaya yang tanpa nilai dan aturan yang jelas.

 Padahal dalam Islam Rasulullah Saw pernah bersabda,

"Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud,4031, dihasankan oleh ibnu hajar di fathul Bari, 10/282 di shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir,1/152)

Padahal, majunya suatu peradaban bangsa tergantung bagaimana generasi mudanya dibentuk. Saat ini pun sistem pendidikan yang ditanamkan oleh pemerintah kita adalah sistem yang berlandaskan sekularisme dan kapitalistik, apakah mungkin akan melahirkan generasi-generasi unggul, cerdas, berkarakter dan berkepribadian baik yang akan membanggakan di mata dunia? Sebaliknya, yang terlahir justru generasi alay, minus intelektualitas, gemar bergaul bebas dan hanya suka senang-senang, jauh dari agama bahkan anti dengan ajaran agama.

Apalagi jika berasal dari luar Islam, layaknya K-Pop dan Drama Korea, maka bisa dipastikan yang terjadi justru adalah kehancuran yang amat parah. Karena sungguh negeri ini akan menghasilkan generasi-generasi rusak, jauh dari kepribadian Islam, susah diatur dan gemar berpantasi karena terobsesi dari gaya hidup para idolanya dalam konten-konten K-Pop dan Drama Korea. Sedangkan budaya, akan semakin hancur, rusak dan tak terarah. Apakah hal seperti itu yang diharapkan oleh kita semua?

Padahal hal tersebut amat bertentangan dengan identitas Indonesia sebagai negara religius. Maka sungguh ironis, ketika umat Islam yang mayoritas di negeri ini malah menjadikannya sebagai rujukan inspirasi untuk generasi muda dalam meningkatkan kreatifitas diri.

Di sisi lain, semakin prihatin kita terhadap kebijakan dan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh pejabat negeri ini. Belum usai polemik terhadap statement bernada negatif oleh Kemenag yang berpendapat bahwa pintu radikalisme dimulai dari anak-anak yang berpenampilan good looking Islami, yaitu yang rajin ke masjid, hafal Qur'an atau pintar berbahasa Arab. Bagaimana bisa saat yang berpenampilan good looking secara Islami dipandang dan dinarasikan sebagai pintu jalannya radikalisme, namun di saat lain juga yang berasal dari budaya liberal dan menjerumuskan malah dipandang baik dan dijadikan rujukan untuk sebuah inspirasi dalam berkreasi.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan tuntunan Islam dalam mendidik generasi.  Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran: 110)

Telah tercatat dalam sejarah bagaimana kesuksesan sistem Islam dalam mencetak dan mendidik generasi-generasi terbaiknya Generasi yang dididik dan dibesarkan berlandaskan aqidah islam dengan segudang potensi yang darinya berhasil melahirkan generasi- generasi emas penakluk dunia, bukan sekedar go internasional tapi yang sukses menebar rahmat bagi seluruh alam. 

Sebut saja Muhammad Al-Fatih, Saad bin Abi Waqqash, Solahudin Al-Ayubi, Khalid Bin Walid, dan lainnya.
Mereka adalah wujud nyata generasi yang dihasilkan dari sistem pendidikan Islam yang agung.  Memiliki kepribadian dan karakter yang mulia bersyakhsiyah dan pemikiran Islam. Dengan menerapkan  Islam secara kaffah sebagaimana konsekuensi iman, niscaya dihasilkan para ilmuwan-ilmuwan terampil beserta ulama-ulama dengan karya-karya terbaiknya. Jejaknya bahkan tak lekang oleh zaman.  Wallaahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak