Oleh : Rika Annisa ( pelajar, aktivis
dakwah )
Belum usai dilanda oleh virus tidak kasat mata dan
mengakibatkan menurunnya ekonomi, kini muncul persoalan baru yakni perceraian
yang mana angka perceraian disetiap daerah terus meningkat pesat. Angka
pernikahan naik, angka kehamilan naik, eh angka perceraian juga naik. Jadi,
sementara para pelajar yang bosan sekolah dari rumah berbondong-bondong menikah
dini. Pernikahan merupakan ikatan yang sacral, namun badai barang kali tak terhindarkan sehingga mahligai rumah tangga
harus terhempas dan pokok dari masalah ini ialah ekonomi.
Akibat pandemi COVID-19,
hampir rata-rata latar belakang penyebab utama ialah ekonomi, tidak ada
pekerjaan, akibatnya suami istri akan
bertengkar dan perselisihan,” terdaftar
2.029 perkara gugatan cerai karena alasan ekonomi.
Disini
juga ada peranan pemerintah yang gagal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rakyat dimana
seharus nya mendapat bantuan yang
diberikan terbagi menjadi rata ini malah sebaliknya nyatanya masih ada orang -
orang yang sama sekali tidak mendapatkan bantuan. Apakah ini yang disebut
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana kata - kata itu, nyatanya
itu hanya sebuah kata dan tidak ada pembuktianya. Rakyat tidak akan sengsara
bila yang memimpin mampu dan bertangung
jawabanya atas perkataanya saat pilkada dahulu.Yang mana ucapan mu itu manis
diawal setelah mendapatkan kursi para pemimpin lupa dengan ucapannya dulu.
Lain dengan sistem
Islam dimasa sekarang ini kita hanya
membutuh kan satu yaitu sistem yang tepat dan sistem itu ialah sistem Islam. Dimana
sistem ini memberikan kita jaminan hidup yang dipimpin oleh seorang Khalifah. khalifah adalah pemimpin dan
pembimbing umat Islam dalam urusan administratif kenegaraan ataupun moral dan
agama. Sepanjang sejarahnya, peran khalifah dan bentuk kekhalifahan memiliki
beragam corak yang sangat dipengaruhi keadaan politik dan keagamaan.
Wallahu a’lam bishawab