Jilbab Mengekang Kebebasan Anak, Benarkah ?



Oleh : Siti Saodah, S. Kom 

(Aktivis Generasi Peradaban Islam)

Kontroversi pemakaian jilbab pada anak menuai banyak sorotan. Pembiasaan dini pada anak menggunakan jilbab dianggap membuat anak tak punya pilihan sehingga ini membuat diri anak berbeda dari lingkungannya. Hal ini dianggap oleh kaum feminis merupakan paksaan tanpa ada pilihan. Tentu saja pernyataan tersebut menuai protes dari umat islam.

Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Fadli Zon melalui akun twitternya “ Liputan ini menunjukkan islamofobia n agak memalukan untuk kelas @dwnews “ kata anggota DPR dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra (jurnalgaya.pikiran-rakyat.com). Bahkan Nitizen ramai-ramai menghujat @dwnews karena dianggap membuat konten islamofobia. Tak cukup sampai disitu @dwnews menganggap konten tersebut sudah berimbang.

Media besutan luar negeri dari Jerman tersebut sudah membuat umat islam semakin geram. Ditambah narasumber pembuatan konten tersebut adalah dari kaum liberal. Jelas saja pernyataan yang dilontarkan akan menyudutkan islam. Seakan islam adalah agama yang memaksa umatnya untuk melakukan kewajiban syara.

Kaum liberal kembali mempersoalkan penerapan hukum syara. Kewajiban berjilbab dianggap suatu pembiasaan yang memaksa anak. Bahkan mereka menganggap pembiasaan dini berjilbab akan berdampak negatif bagi psikologi anak ketika dewasa. Wajar saja jika mereka melontarkan pernyataan seperti itu karena mereka sendiri banyak yang menentang hukum syara. Menganggap islam itu memberikan aturan yang mengekang kebebasan berkespresi.

Kebebasan yang diidamkan kaum liberal akan terus digaungkan. Mereka tak akan lelah terus menyudutkan islam dengan aturan syariatnya. Karena tujuan utama mereka adalah menjauhkan umat islam sendiri dari aturan sang pencipta. Maka agenda mereka pun tak akan pernah berhenti menyerang islam.

Wajar saja jika mereka lantang menyuarakan kebebasan pendapatnya pasalnya sistem demokrasi memberikan ruang kaum liberal. Maka jika dikemudian hari ada pernyataan yang menyudutkan islam muncul kembali tak usah kaget. Pasalnya masalah yang timbul dibiarkan tumbuh dimasyarakat.

Sedangkan jilbab adalah kewajiban setiap muslimah ketika ia sudah akil baligh maka wajib menutup auratnya. Perintah berjilbab bukan dari orang tua namun dari sang pemilik alam semesta. Allah menciptakan aturan tersebut untuk melindungi kaum muslimah dari fitnah dunia. Bukan sebatas menutup tubuh saja tapi ada tujuan yang telah Allah sematkan. Perintah berjilbab turun dalam Qs . Al Ahzab [33] : 59

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

 

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

 

 

Dan juga Qs. An Nur

 

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

 

Pantaskah kita sebagai ciptaan Nya menolak aturan dari sang pencipta Nya ?. Sedangkan Pencipta lebih tahu yang terbaik buat hamba Nya. Sudah selayaknya kita sebagai makhluk ciptaan Nya menerima dan melaksanakan atura  sang Pencipta.

 

Waallahualam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak