Oleh: Mia Agustiani*
Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baru-baru ini membuat heboh jagat maya dengan mengeluarkan surat tentang instruksi membaca buku Muhammad Al-Fatih 1435 karya Felix Siauw untuk meningkatkan minat literasi siswa.
Surat bernomor 420/II.09 F Disdik tertanggal 30 September 2020 itu ditujukan kepada seluruh Kepala Sekolah SMA/SMK se-Provinsi Bangka Belitung yang ditandatangani Muhammad Soleh selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung.
Dalam surat yang viral tersebut, diinstruksikan kepada siswa untuk membaca buku Muhammad Al-Fatih 1453 penulis Felix Siauw. Selanjutnya, siswa diminta merangkum isi buku tersebut dengan gaya bahasa masing-masing peserta didik. ( viva.co.id - 20 Oktober 2020)
Surat Edaran (SE) tersebut sempat viral di media sosial. Perintah untuk membaca sebuah buku adalah motivasi yang baik bagi minat literasi para generasi. Namun sayangnya, ada pihak yang bersubstansi secara negatif akan hal tersebut.
Terbukti selang satu jam pembatalan SE dilayangkan ke seluruh sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Babel, M Soleh mengakui keteledorannya membuat surat edaran ke seluruh SMA/SMK untuk membaca buku Muhammad Al-Fatih. ( babel.inews.id - 2 Oktober 2020)
Memotivasi generasi untuk melek literasi adalah salah satu tugas pemerintah. Namun penilaian subyektif terhadap terhadap buku Muhammad Al-Fatih karya Ustadz Felix Siauw sungguh sentimentil.
Bagaimana mungkin hanya melihat profil dari pengarangnya, dalam hitungan detik surat pembatalan dilayangkan. Menurut salah satu Anggota DPR RI dari PDIP Ahmad Basarah bahwa penulis buku adalah tokoh organisasi terlarang yang dibubabarkan pemerintah yaitu HTI.
Hal ini tidak baik bagi mentalitas generasi kita. Mengukur sesuatu hanya kata orang, tanpa mengetahui hal yang sebenarnya. Menjadi problem besar bagi bangsa ini apabila tidak ada panutan mengenai perubahan profil generasi.
Hari ini, generasi miskin panutan dalam memandang masa depan. Tidak ada gerakan penokohan yang menuntun pada perubahan peradaban gemilang. Mereka hanya disuguhi tontonan idola plastik dari negeri komunis Korea.
Apa yang mau dibanggakan dari penampilan fisik dan kemampuan drama? Kehidupan ala hedonis kerap dipertontonkan. Model seperti apa sebenarnya yang akan ditiru bagi kehidupan selanjutnya?
Sungguh miris pengaruh yang akan diserap bagi generasi. Hanya menilai sesuatu dari mata lahir. Bukan salah mereka menjadi generasi yang lemah ilmu dan nyaman dengan kemewahan. Sistem kapitalisme adalah pemeran utama saat ini.
Menyetir mereka untuk menuju kehancuran. Menjauhkan generasi dari sosok teladan yang memiliki visi misi Islam. Menggebrak dunia dengan perubahan, menyelami ilmu dengan gigih menuju peradaban gemilang.
Tertuang dalam buku karangan Ustadz Felix Siauw, karakter yang kuat mewujudkan bisyarah nabi. Kisah yang ditorehkan bahwa Muhammad Al-Fatih adalah sosok generasi yang dididik dan dibina untuk menjadi generasi yang unggul.
Karakter unggul dalam segala bidang, sedari kecil beliau telah dipersiapkan oleh seorang ulama. Dari generasi ke generasi mimpi merebut kembali kejayaan Islam tidak pernah padam.
Beliau adalah salah satu cetakan generasi unggul dari buah cita hakiki. Selama 800 tahun lamanya, mimpi indah tersebut tersimpan rapi dalam lembaran-lembaran kitab hadits.
Muhammad Al-Fatih dipersiapkan menuju sejarah gemilang penaklukan Konstantinopel. Kerja kerasnya untuk mewujudkan bisyarah nabi ketika beranjak usia 25 tahun.
" Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluknya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya." ( HR. Ahmad )
Sungguh modal keyakinan yang sangat apik, menjaga mimpi untuk terus diperjuangkan. Membuktikan kecintaan pada Sang Rasul, bahwa ucapan Rasul adalah benar. Hal tersebut merupakan cara Khilafah membentuk generasi.
Sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan. Mencetak generasi adalah pertanggungjawaban mulia dihadapan Sang Pencipta. Memupuk keinginan mereka untuk terus belajar ilmu kepemimpinan secara komprehensif tanpa abai terhadap syari'at Islam.
Kisah ini nyata, peradaban gemilang kejayaan Islam direbut Muhammad Al-Fatih sebagai penakluk Roma. Generasi yang terus dibina untuk melakukan perubahan, bukan nyaman dengan hidup sekadar hiburan. Jangan takut mengangkat sejarah kegemilangan Islam.
Kelayakan diri untuk mencapai impian sangat menentukan keberhasilan. Negara sebagai pelaksana pembentukan generasi selayaknya memfasilitasi prosesnya. Membimbing dalam menentukan visi misi Islam ke depan, bukan membatasi bacaan dengan stigma negatif terhadap penulisnya.
Wallahu a'lam Bishawab.
*(Member Revowriter Majalengka )
Tags
Opini