Oleh: Dian Sefianingrum
Baru-baru ini viral di media sosial tentang Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mengeluarkan surat intruksi membaca buku Muhammad Al Fatih 1453 karya Felix Y. Siaw untuk meningkatkan minat literasi siswa. Dalam surat tersebut, diintruksikan kepada siswa untuk merangkum isi buku Muhammad Al Fatih 1453 dengan gaya bahasa masing-masing peserta didik.
Hal ini kemudian mendapat kritik dari anggota DPR RI dari PDIP Ahmad Basarah. Dikutip dari Republika.co.id (03/10/2020) menerangkan bahwa penulis buku adalah tokoh organisasi yang dibubarkan oleh pemerintah karena asas organisasinya berlawanan dengan pancasila. Menurutnya, masih banyak tokoh pada masa lalu yang juga bisa diteladani para siswa, misalnya pahlawan nasional.
Akibatnya, baru sehari surat intruksi tersebut viral di media sosial, Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Jumat, 2 Oktober 2020, merilis pembatalan surat intruksi sebelumnya melalui akun Twitter.
Muhammad Al Fatih Sumber Inspirasi Generasi
Muhammad Al Fatih merupakan sosok sang penakluk khalifah kaum muslimin. Seorang khalifah (pemimpin) yang takwa, baik, mencintai rakyatnya, adil, sekaligus ahli strategi perang, dan paling takut kepada Allah, Tuhannya.Walaupun orang-orang kafir, kaum munafik, dan para pembenci Islam hingga hari ini berusaha sekuat tenaga untuk membelokkan dan menebar fitnah tentang kehebatan sang Al Fatih.
Pemuda yang juga dikenal sebagai Sultan Muhammad II, hidup demi Islam dan mati dalam rangka menegakkan kalimat Allah. Penaklukan konstantinopel merupakan hasil akumulasi dari kerja sama para ulama, fukaha, pemimpin, dan tentara di sepanjang masa. Kebangkitan kekhilafahan Utsmaniyyah pada masa Muhammad Al Fatih mencakup seluruh bidang, ilmiah, politik, ekonomi, informasi, dan militer.
Sejak kecil, bapaknya, yaitu Murad II, menyerahkan pendidikan Al Fatih kepada ulama yang faqih. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Syeikh Muhammad bin Hamzah yang lebih dikenal sebagai Syeikh Syamsuddin. Beliaulah yang mengingatkan Al Fatih tentang hadits penakhlukan konstantinopel.
Rasulullah saw bersabda:“Sungguh konstantinopel akan ditaklukkan, maka sebaik-baiknya pemimpin yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.” Hadits inilah yang menjadi motivasi Muhammad Al Fatih untuk menaklukkan konstantinopel.
Bahkan salah seorang sejarawan Byzantium mengungkapkan kekagumannya terhadap pekerjaannya ini. Dia berkata, “Kami tidak pernah melihat dan mendengar sebelumnya sebuah pekerjaan luar biasa seperti ini. Muhammad Al Fatih mengubah daratan menjadi lautan. Dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang. Dengan pekerjaan ini, Muhammad II telah mengungguli Iskandar Agung.” (Tarikh Ad-Daulah Al-‘Utsmaniyah, Yilmaz Oztuna, h. 135)
Ketakwaan dan kehebatan Muhammad Al Fatih terbentuk sejak kecil, saat usianya delapan tahun ia telah menghafal 30 juz ayat Alquran, mempelajari hadits, mempelajari ilmu fikih, matematika, ilmu falak, menguasai 7 bahasa asing dan menguasai strategi perang. Sejak usia baligh, ia tidak pernah meninggalkan sholat jama’ah, sholat rawatib, sholat tahajjud dan berpuasa.
Mengetahui fakta sejarah ini, perjuangan yang tak kenal lelah dan sarat kreativitas yang luar biasa tentu akan memberi bekas di dalam jiwa. Sebagai mana Al fatih yang juga mengetahui bagaimana para pendahulunya telah berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel.Maka, memahami kisah Muhammad Al Fatih akan mengangkat mentalitas generasi muslim untuk menjadi generasi yang unggul.
Generasi muslim saat ini harus menyadari bahwa mereka adalah pewaris dari penakluk Konstantinopel yang tangguh. Muhammad Al Fatih mencerminkan seorang pemimpin yang visioner, amanah, lagi bertakwa. Kejayaan Islam tak mungkin terulang jika pemimpin-pemimpin kaum muslim saat ini lebih suka generasi penerus mereka dicekoki permainan-permainan daring, cerita-cerita porno atau film-film drama romantis picisan, semata-mata karena itu komoditas dagangan orang-orang berwatak kapitalis yang ikut mengisi pundi-pundi mereka.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf [12]: 111)
Untuk mengangkat sejarah kegemilangan Islam tidak perlu ditakuti karena banyak ibrah yang bisa dipetik dan memotivasi umat Islam sekaligus menyadarkan bahwa Islam memiliki sejarah gemilang. Kegemilangan Islam bukan sekedar romantisme masa lalu, semestinya kita sadar tidak ada yang membedakan kita dengan generasi di masa keemasan Islam, selain keimanan, ketaatan mereka yang totalitas terhadap syariat Islam, baik rakyatnya ataupun pemimpinnya.
Kita sama saja dengan mereka, manusia-manusia yang Allah ciptakan berikut hasrat dan kecenderungan pada dunia, hanya saja generasi mulia di abad keemasan Islam justru paham kepada siapa mereka harus menghamba, hingga Ia jadikan dunia di tangan mereka. Sedangkan generasi kita saat ini sayangnya lebih banyak yang suka menjadi hamba dunia. Kembalinya kegemilangan Islam dalam bingkai Khilafah Islam adalah suatu keniscayaan.
Wallahu’alam…