Hijab, Bukti Cinta Ibu


 
Oleh : Rofiatul Hasanah 
(Founder Kajian Online MQ Lovers)

" Indung-indung kepala lindung, hujan di udik di sini mendung anak siapa pakai kerudung mata melirik kaki kesandung."

Bait lirik lagu ini sering kita dengar sejak kecil, dalam gendongan dan buaian sang ibu. Memeluk dengan penuh rasa sayang dan cinta kasihnya tanpa ada harapan balasan. Membumbung harapan agar bisa menjadi anak-anak yang dapat menyejukan hati karena ketaatan sang anak kepada Tuhannya. Mereka ajarkan kebajikan, agar mampu memberikan kebaikan  kepada orang lain dengan penuh keikhlasan dan bersikap bijak kepada sesama.

Orang tua mendidik dan mengajarkan anak-anaknya sejak kecil, dengan penuh kesabaran. Anak -anak bak lembaran kertas putih yang masih bersih, tanpa noda. Akan tertulis rangkaian kata-kata nan indah  atau pun tulisan tanpa makna. Tergantung sang penulis yang menorehkan tinta di atas lembaran kertas putih.

Anak adalah cerminan dari kedua orang tuanya, anak dibentuk berdasarkan apa-apa yang diajarkan dan dididik oleh kedua orang tuanya. Ketika anak diajarkan Islam, maka akan terbentuk secara aqliyah dan nafsiyah islam dalam kepribadiannya. Anak-anak yang dididik dan diajarkan dengan aqidah islam akan faham bagaimana cara taat dan tunduk kepada sang pencipta. Salah satu wujud ketaatan dan ketundukan yang diajarkan sejak dini menjaga dan menutup auratnya dengan berjilbab. Syariat dalam Islam memberikan gambaran yang jelas dan rinci, seorang muslimah bergaul dalam lingkungannya, menjaga dan menutup auratnya dengan berjilbab serta tidak tabaruj.

Darol Mahmada seorang kaum feminis muslim mengatakan akan ada pengaruh sosial pada anak yang diharuskan memakai hijab sejak dini. Beliau mengatakan wajar jika seorang ibu mengharuskan anak memakai jilbab, “Tetapi kekhawatiran saya sebenarnya lebih kepada membawa pola pikir si anak itu menjadi eksklusif karena dari sejak kecil dia ditanamkan untuk misalnya “berbeda” dengan yang lain,” kata Darol Mahmada.  (pikiran-rakyat.com, 26/09/2020)

Kaum feminis memberikan gambaran adanya paksaan yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya untuk mengenakan jilbab. Sejatinya yang dilakukan orang tua adalah pembiasaan anak-anak yang belum baliq, belum terkena taklif hukum, ketika mereka ingin melepaskan jilbabnya itu dibolehkan. Wajib bagi orang tua memahamkan kepada anak-anaknya akan pentingnya berjilbab yang merupakan syariat dalam Islam ketika mereka baliq yang harus difahami sejak dini, karena ini wujud tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya kelak akan ditanya di yaumul hisab.

Sejatinya penggunaan jilbab kepada anak-anak merupakan wujud akan pengajaran anak akan aqidah Islam, ketaatan dan ketundukan kepada syari'at ikhlas karena Allah tanpa adanya paksaan dan kekangan sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Media asal Jerman Deutch Welle (DW) yang berada di Indonesia, mengatakan :
Pemakaian jilbab karena kesadaran, sebagai pilihan dan ekspresi pencarian jati diri, tanpa paksaan atau tekanan, patut dihormati dan dihargai.” @dw_indonesia. www.gelora.co, 26/09/ 2020

Media sekuler ini kembali mempropagandakan pemikiran Islam dengan faham pemikiran sekuler yang mengusung kebebasan. Kebebasan bagi kaum Liberal adalah kebebasan akan tingkah laku, setiap individu bebas mengekapresikan apapun yang mereka anggap benar, menganggap aturan Tuhan tidak terikat dalam mengatur kehidupannya. Sistem sekuler menjadikan mereka memisahkan antara agama dengan kehidupan. Berbeda dalam pandangan Islam, kebebasan adalah ketika setiap individu mempunyai kebebasan hakiki untuk menghamba kepada Tuhannya dengan melaksanan syariat Allah tanpa gangguan dan paksaan dari siapapun, sehingga bisa melaksanakan semua syariat Allah secara sempurna/kaffah.

Firman Allah  : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah 208)

Islam menjadi tantangan setelah hancurnya bangsa Eropa tahun 1990 bagi kaum kapitalis-sekuler. Islam adalah satu-satunya ideologi yang menolak penjajahan dan menyatukan kaum muslim dari belahan dunia. Bagi para kaum kapitalis- sekuler, Islam mengancam dan mengganggu kepentingan barat. Islam yang memiliki aqidah yang shoheh dan aturan yang lengkap menjadikan mampu memberikan jawaban dalam setiap permasalahan kehidupan.

Inilah yang menjadikan mereka berupaya sekuat tenaga hingga yang terkecil dalam keluarga mereka usik dengan menyebarkan islamophobia, menjadikan umat Islam takut akan islamnya sendiri. Islamophobia memberikan gambaran yang buruk sehingga umat Islam menjauh dari Islam, para kaum liberalis berupaya agar umat Islam terbawa dengan pemikiran liberal yang tidak akan pernah membawa kebaikan dalam kehidupan.

Maka apabila umat Islam menuruti kemauan tokoh liberal untuk membebaskan anak-anak berperilaku dan berpakaian berarti telah menjerumuskan keturunannya ke jurang api neraka. Sebagaimana yang diinginkan setan kepada keturunan Nabi Adam.

Firman Allah :

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ

Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (Al-Baqarah 120)

Wallahu a'lam bisowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak