Oleh: Sifi Nurul Islam
Muslimah peduli umat
Pemerintah berencana akan menghapus ujian nasional (UN) pada tahun 2021. Dalam hal ini Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengusulkan dibuatkan sistem portofolio pencapaian siswa hingga akhir pendidikan sebagai pengganti penilaian dari UN.
Ketua IGI M Ramli Rahim menjelaskan, sistem portofolio ini merupakan tempat dimana catatan siswa tersimpan sejak mulai pertama kali masuk sekolah sampai kemudian tamat dari sana. "Dari situ dapat terlihat dengan jelas bakat minat dan kemampuan siswa serta pencapaian pencapaian mereka mulai dari sejak pertama masuk sekolah hingga mereka menamatkan pendidikannya," ujar Ramli dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (13/12).
Menurutnya, khusus untuk pemetaan kebutuhan pemerintah terhadap dunia pendidikan hal ini bisa dilakukan tanpa harus melibatkan seluruh siswa, tetapi cukup dengan menggunakan sampel dan data statistik yang sangat baik. Dia menilai hasilnya akan tetap baik dan terlihat dengan data statistik yang baik.
Ikatan Guru Indonesia terus mendorong pemerintah agar kegiatan-kegiatan yang tidak banyak bermanfaat terhadap siswa dihapuskan dan digunakan untuk pengangkatan guru. Meskipun dinilai terlambat, IGI mendukung adanya penghapusan UN ini, karena dinilai tidak memiliki manfaat signifikan dalam mendidik siswa.
Sekedar informasi bahwa 52 persen guru kita di Indonesia statusnya sudah tidak jelas pendapatannya, juga tidak jelas karir mereka. "Oleh karena itu, pemerintah seharusnya lebih fokus untuk mencukupkan guru di seluruh Indonesia dibanding sibuk dengan ujian nasional atau hal-hal yang tidak diperlukan oleh anak didik kita," kata Ramli.
Ganti menteri ganti kebijakan. Jadi, penghapusan UN bukanlah indikasi jaminan perubahan yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Karena hanya berubah model saja dari UN menjadi penilaian asesmen.
Menyusuri Akar Masalah Pendidikan
Untuk mendapatkan solusi efektif dan mendasar bagi problem pendidikan, tentu butuh analisis cemerlang tentang akar atau penyebab utama Pendidikan. Jika tidak, berbagai kebijaksanaan dalam upaya perbaikan tidak akan berpengaruh secara signifikan. Ibarat menambal baju yang sudah rusak. Tentu menghabiskan tenaga dan tinggal menunggu sobek lagi.
Jika dicermati secara mendalam akar masalahnya bukan sekedar pada sistem penilaian kelulusan siswa. Tapi lebih pada permasalahan sistem yang mendasar, yaitu landasan dan filosofi Pendidikan di negeri ini.
Diakui atau tidak, sistem kapitalisme sekuleristik amat menonjol dalam dunia pendidikan. Tujuan pendidikan dalam membentuk manusia yang bertakwa lambat laun kian tak terdengar, bahkan jika ada, sekedar slogan pemanis. Karena faktanya orientasi pendidikan yang ada, ujung - ujungnya adalah untuk kerja atau kesuksesan materi. Suksesnya pendidikan dilihat dari terserap dan tidaknya lulusan pendidikan di dunia kerja. Bukan lagi mentalitas lulusannya.
Dari problem di atas tidak berlebihan jika ada kekhawatiran bahwa penghapusan UN, sebagai salah upaya penyuksesan progam kapitalisme pendidikan. Yang bermuara pada penyiapan tenaga kerja murah bagi dunia kapitalis.
Oleh karena itu jika tidak dikembalikan solusi pada masalah utama, yaitu untuk menghentikan pendidikan yang sekuler kapitalistik, tentu apapun kebijakan dan perubahan yang dibawa oleh Menteri dari tiap kabinet tidak akan membawa pada perubahan yang signifikan.
Sistem Islam Menjawab Problem Pendidikan
Islam sebagai agama yang sempurna dan pari purna telah menyiapkan solusi atas segala problem manusia, termasuk dunia pendidikan. Dalam Islam pendidikan adalah hak tiap warga negara. Dan kewajiban negara untuk memastikan warganya mendapatkannya. Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk menjadikan manusia yang sadar akan dirinya sebagai hamba Allah (Abdullah) dan menyiapkan misi utamanya sebagai pengelola bumi berdasarkan syariat Allah (Khalifatul ardh').
Visi dan misi yang mulia dalam pendidikan Islam ditunjang oleh perhatian penuh oleh negara (Khilafah Islamiyah). Mulai dari jaminan kelayakan gaji bagi para pengajar. Kecukupan sarana dan prasarana. Kurikulum yang jelas dan administrasi penilaian yang efektif. Tidak "gonta ganti seperti sistem sekuler kapitalis.
Kesuksesan pendidikan yang utama adalah membentuk insan berkepribadian Islam dan menguasai saintek untuk mengelola bumi sesuai dengan aturan sang pencipta bumi, langit dan semesta alam.
Karenanya jika benar-benar semua kalangan bertekad untuk memperbaiki pendidikan negeri ini, tidak cukup dengan penghapusan UN, tapi lebih mendasar dari itu yaitu penghapusan kapitalisme sekulerisme sebagai asas pendidikan kita.
Pendidikan menjadi perhatian dalam Islam. Ini tidak lain karena telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Perhatian Nabi terhadap dunia pendidikan ini sangat besar. Tak heran jika kemudian para khalifah membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains dan teknologi. Semuanya gratis.
Sebagai bagian dari ri’ayah itu, maka pendidikan harus diatur sepenuhnya oleh negara berdasarkan akidah Islam. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk kepribadian islami (syakhshiyah islamiyah) setiap Muslim, membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan.
Peran negara sangat diperlukan dalam urusan pendidikan, seperti halnya pada masa keemasan Islam. Negara berkewajiban:
1. Menyiapkan kurikulum berbasis Islam yang memiliki tiga komponen materi pokok yaitu: (1) pembentukan kepribadian Islam; (2) penguasaan tsaqafah Islam; (3) penguasaan ilmu kehidupan (iptek, keahlian dan keterampilan).
Hal demikian akan mampu mencetak peserta didik yang menghiasi segenap aktivitasnya dengan akhlak mulia dan memandang Islam sebagai sistem kehidupan satu-satunya yang benar.
2. Menentukan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan haruslah berkepribadian Islam yang utuh menjadikan Islam sebagai landasan berpikir dan bertindak, memiliki etos kerja yang baik, amanah, memiliki kapasitas dan menguasi ilmu serta metode pengajaran.
3. Menyediakan pendidikan bagi calon guru agar selalu tersedia tenaga pendidik yang berkualitas sesuai kebutuhan. Untuk itu, Lembaga pendidikan pencetak guru dikelola oleh negara secara langsung untuk menghasilkan guru-guru berkualitas. Bukan sekadar bisa bekerja menjadi guru sebagaimana umumnya terjadi pada saat ini.
4. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan para pendidik terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Fasilitas tersebut berupa buku-buku, perpustakaan dan media belajar lainnya sesuai perkembangan zaman. Misalnya, internet dan perangkatnya. Dengan begitu guru akan mudah meningkatkan kompetensinya. Fasilitas pembelajaran juga bisa diberikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang dikelola negara secara langsung agar targetnya bisa terukur dengan benar sesuai visi dan misi pendidikan.
Saat negara mengambil peran penuh dan strategis dalam upaya peningkatan kualitas guru akan ada jaminan dalam mewujudkan para pendidik dan tenaga pendidikan yang berkualitas dan profesional.
5. Menjamin kesejahteraan guru. Terjaminnya kesejahteraan guru, melahirkan guru yang tidak disibukkan dengan aktivitas lain yang mengganggu tugasnya. Kemampuan menyejahterakan guru ini dimungkinkan dalam sistem di mana negara menerapkan sistem ekonomi yang tepat sehingga mampu mengelola sumber-sumber pemasukan bagi negara, seperti kekayaan alam dan lainnya. Khilafah memberlakukan sistem pembiayaan berbasis Baitulmal, sehingga kebutuhan pendidikan berapa pun besarnya akan diupayakan terpenuhi.
6. Membiayai pendidikan. Sumber dana untuk semua itu adalah dari pemasukan harta milik negara dan hasil pengelolaan harta milik umum, seperti tambang mineral, migas, hutan, laut, dsb. Rasulullah saw. bersabda:
“Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: padang, air dan api (energy)." (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Dengan demikian, maka pendidikan bermutu dan gratis atau biaya yang sangat rendah bisa disediakan serta dapat diakses oleh seluruh rakyat. Hal itu memang menjadi hak rakyat tanpa kecuali dan menjadi kewajiban negara.
Karut marutnya pendidikan, tidak akan terjadi ketika manusia mengambil sistem yang sudah diajarkan oleh sang Kholiq yaitu Islam. Keberhasilan pendidikan selama 13 abad lamanya cukup memberikan bukti kepada kita bahwa Islam mampu memberikan yang terbaik bagi peradaban manusia. Wallahu a’lam.
Tags
Politik