Oleh : Qonitta Al-Mujadillaa
(Aktivis Dakwah Islam)
Bak singa terbangun dari tidurnya yang lelap. Gelombang demonstrasi mahasiswa menolak UU Omnibus Law begitu nyata. Demonstrasi sebagai bentuk dari protes atas pengesahan UU Omnibus tak surut diapresiasi, malah diamputasi dengan dipropogandakan sebagai aktivitas brutal.
Demonstrasi mahasiswa alih-alih diapresiasi, malah Kemendikbud Nadiem Makarim menerbitkan surat larangan mahasiswa melakukan demonstrasi. Para dosen diminta untuk memastikan bahwa mahasiswa tetap melakukan proses pembelajaran daring dari rumah. "Tidak memprovokasi mahasiswa untuk mengikuti/mengadakan kegiatan demonstrasi/unjuk rasa/penyampaian aspirasi yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan para mahasiswa/i,” tulis Kemendikbud. (Pikiranrakyat.com, 11/10/2020)
Bahkan seperti dilansir oleh detik.com , Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, UU 'Sapu Jagat' ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya bisa dirasakan para mahasiswa. "Mahasiswa itu kan pencari kerja nantinya. Jadi ini kan kita lakukan untuk mereka juga gitu supaya lapangan pekerjaannya ada. Kok malah di demo. Jadi kadang-kadang kita juga nggak mengerti nih tujuannya apa kok bisa ada demo-demo mahasiswa seperti ini," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (8/10/2020).
Sedikit saja suara mahasiswa untuk mengutarakan kekritisannya, maka rezim ini tidak segan untuk membungkamnya. Demonstrasi diduga ada yang mensponsori, mengancam nilai akademisnya, bahkan kehilangan kesempatan bekerja. Ini menunjukkan betapa rezim hari ini antikritik, bukannya diberi kebebasan berpendapat, malah dibungkam suara-suara kritis mereka.
Sistem Kapitalis Demokrasi Mengerdilkan Peran Mahasiswa
Sungguh amat miris, peran intelektual mahasiswa di negeri ini malah dikerdilkan.
Mahasiswa yang diinginkan rezim hanyalah mereka yang sibuk dengan perkuliahan, senantiasa studied orientic, bervisi materialistik, lulus kuliah menjadi pekerja yang akan mudah duduk berlenggang dikekuasaan dalam lingkar oligarki yang disediakan oleh korporasi.
Mahasiswa digiring hanya untuk memikirkan persoalan pribadi, namun minim dan apatis dalam memikirkan serta bersumbangsih atas problematika umat. Maka, jangan heran jika yang mahasiswa yang memiliki nilai study tinggi namun apolitis justru diapresiasi berbeda dengan aktivis lantang menyuarakah problem umat malah dikerdilkan. Ini tak lain adalah berawal dari sudut pandang dan bangunan pendidikan sekuler - kapitalis (demokrasi) yang meniscayakan melahirkan generasi minim peduli persoalan umat terlebih dalam menjalankan perannya sebagai agent of change dan sosial of control.
Paradigma bangunan pendidikan yang bersumber dari sistem sekuler - kapitalis (demokrasi) yang sejatinya mendesain generasi hanya untuk memikirkan materialistik duniawi semata, minim visi ideologis - akhirat bahkan menapikkan dan menjauhkan Islam dari kehidupan. Alhasil lahir lah generasi yang apatis, individualis bahkan materialis. Kalaupun mahasiswa diberikan ruang untuk mengutarakan pendapatnya justru hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja, namun tak mengantarkan pada perubahan yang mendasar, hakiki. Inilah tabiat sistem sekuler-kapitalis (demokrasi) yang memandulkan dan mengerdilkan peran mahasiswa sebagai generasi masa depan.
Khilafah Menata Peran Ideologis Generasi
Mahasiswa dalam hal ini sebagai generasi masa depan yang di pundaknya ada amanah umat.
Mahasiswa yang memiliki peran strategis bagi negeri, yang berperan sebagai agent of change dan sosial of control. Kedua peran ini selalu tersemat dalam pundak mereka.
Adapun Islam sangat begitu memperhatikan kehidupan generasi (pemuda). Islam sangat menyoroti potensi pemuda, bahkan dalam Al-Quran dengan indahnya telah memberikan kisah teladan para pemuda gua (Ashabul Kahfi) yang terkenal kokoh iman dan teguh pendirian dalam memegang prinsip kebenaran dan memuhasahi penguasa saat masa tersebut.
Allah Swt memujinya dalam ayat, yang artinya, "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka" (TQS. al-Kahfi [18]: 13).
Adalah sebuah bukti bahwa Islam benar-benar memperhatikan kehidupan pemuda bahkan menata potensi mereka. Dalam negeri Khilafah, pemuda diberikan ruang untuk berpendapat bahkan sebuah kewajiban untuk melakukan muhasabah kepada penguasa, tatkala penguasa menyalahi penerapan syariah Islam. Bahkan mereka sedari awal diberikan pendidikan Islam yang berasas akidah Islam yang tujuannya membentuk syaksiyah (Kepribadian) Islam pada mereka, sehingga mereka memahami betul peran dan potensi mereka diarahkan hanya untuk mengukir peradaban islam. Maka, dengan sistem pendidikan dalam negeri khilafah inilah akan mampu mencetak pemuda yang memiliki syaksiyah (kepribadian) Islam dengan pula diterapkannya berbagai sistem-sistem kehidupan sesuai dengan syariah islam, seperti sistem ekonomi Islam, sistem persanksian (uqubat) Islam, sistem sosial (ijtima'i) Islam dan sebagainya.
Reposisi Arah Juang Mahasiswa Bervisi Ideologis
Mahasiswa tentu harus memahami problematika umat dengan tidak menyandarakan intelektualitasnya hanya demi sistem sekuler -kapitalis (demokrasi) yang rusak ini. Namun, memahami peroblematika umat haruslah dengan cara pandang mendasar dan ideologis, tidak pragmatis. Mahasiswa harus memahami persoalan negeri ini bukan hanya persoalan buruh yang disahkan UU Omnibus Law, sebelumnya pun ada UU Minerba dan lain-lain.
Maka, mahasiswa harus menyadari dan memahami ini adalah persoalan sistemik. Sistem sekuler-kapitalis (demokrasi) inilah yang melahirkan peraturan yang pasti tidak akan berikan keadilan dan kebaikan pada umat.
Mahasiswa harus mereposisi arah perjuangannya dengan kembali kepada perubahan hakiki. Perubahan hakiki tentu tidak akan didapati dalam sistem sekuler - kapitalis (demokrasi) ini. Saatnya Mahasiswa harus mengkaji ulang sistem paripurna yang sudah jelas terbukti berikan solusi berbagai persoalan kehidupan, ialah Sistem Islam, Khilafah Islamiyyah.
Dalam catatan sejarah selama 1300 tahun mampu menorehkan tinta kegemilangan emas dan menghantarkan rahmat ke seluruh alam.
Belajarlah dari pemuda-pemuda tangguh layaknya para sahabat radiyallahu 'anhuma, yakni Ali bin Abi Thalib ra, Mush'ab bin Umair ra, Umar bin Al-Khattab ra, Sa'ad bin Abi Waqqash dan sahabat lainnya yang mereka memperjuangkan sistem Islam ditengah sistem kejahiliahan Mekkah saat itu. Oleh karena itu, wahai mahasiswa, lembalillah pada khittah (Jalan) perjuangan mulia mencontoh Nabi Saw. dan Para Sahabat ra. Dipundak kalian ada amanah besar dari Allah Swt.
Jangan habiskan waktu, energimu hanya untuk perjuangan pragmatis semu ini.
Embanlah visi perjuangan ideologis yang menghantarkan pada perubahan hakiki.
Wallahu 'alam bishawab.