Cinta Nabi, Bukti Iman Sejati






Oleh: Ummu Diar, S.Si


Maulid Nabi identik dengan disemarakkannya kegiatan yang bertujuan untuk memupuk kecintaan pada Rasulullah SAW. Memang momentum ini sangat pas bila dijadikan tonggak untuk kembali mengoreksi ketulusan cinta pada Muhammad SAW. Sosok Nabi dan Rasul, kekasih Allah yang layak mendapatkan prioritas cinta dari orang beriman, setelah menomor satukan Allah.

Dari anas ra. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: ada tiga perkara, siapa yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka. (Mutafaqun alaih).

Dalil di atas selaras dengan firman Allah yang artinya: "Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS. AliImran ayat 31).

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, menuliskan tafsir ayat di atas sebagai berikut:
1). Barangsiapa yang mencitai Allah dengan sebenar-benarnya cinta, maka hendaklah ia dengan hatinya mencintai apa yang Allah cintai dan rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan rasul-Nya, tetapi jika ia melakukan suatu perbuatan yang menyalahi kecintaan Allah, maka sesunguhnya hal itu menandakan kurangnya cinta dalam dirinya, maka hendaklah ia bertaubat kepada Allah dan kembali menyempurnakan cintanya.

2). Dalam penjelasan kriteria kecintaan dan kepatuhan seseorang kepada Nabi, hendaklah ia tidak melebihkan kecintaannya itu dengan amalan apapun yang belum disyari'atkan oleh beliau, seperti perbuatan bid'ah dengan maksud mencintai beliau, dan merupakan perkara yang lebih berbahaya ketika ia menyampaikan kebid'ahannya itu kepada orang lain dan megatakan : barangsiapa yang tidak mengikuti amalan ini maka cintanya kepada Nabi telah berkurang. [1]

Al Azhari berkata, arti cinta seorang hamba kepada Allah dan RasulNya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan RasulNya. Maknanya manisnya iman dengan cinta pada Allah dan RasulNya dapat dirasakan bila disertai dengan taqwa. Yakni tidak memilah dan memilih ketaatan sesuai dengan selera, sebab yang diperintahkan adalah masuk Islam dalam semua lini (lihat Al-Baqarah ayat 208).

Sebagaimana diketahui, perintah dan larangan Allah dituangkan dalam Alquran dan diperjelas melalui sumber hukum Islam lainnya. Semuanya dikenal dengan aturan hukum Islam, yang akrab kita kenal dengan istilah syariah Islam. Dan pada faktanya syariah ini luas cakupannya, tidak hanya dalam urusan individu dengan Rabb-Nya, namun juga mengatur interaksi individu sebagai bagaian dari masyarakat dan negara. Komplit tanpa kecuali.

Kendati pada dua ranah terakhir kurang terasa, bukan berarti melunturkan cinta yang kita miliki. Namun justru harus menjadi pelecut diri, bahwa perlu terus dilakukan edukasi agar syariah semakin dihidupkan dalam masyarakat dan kenegaraan. Sebab Rasulullah dan para shahabat penerus beliau meneladankan yang demikian. Mempraktikkan Islam dalam semua aspek kehidupan. Inilah esensi koreksi rasa cinta di momen Maulid ini.

Maka, sebagai bukti cinta kita, layaklah jika kita mengupayakan diri bermetamorfosis menjadi orang bertaqwa. Yang bisa mengupayakan dipraktikkannya kembali syariah di semua sisi kehidupan. Agar semua bisa berkontribusi mematuhi dan menaati syariah tanpa nanti, tanpa tapi. Sebab yang demikianlah bukti dari cinta sejati. []


Referensi:
1. https://tafsirweb.com/1163-quran-surat-ali-imran-ayat-31.html

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak