Baiti Jannati

 

(Pinterest) 


Oleh: Citra Dewi Anita 

(Owner Sweet shaley cookies)



Sudah beberapa hari ini anak abg saya murung. Senangnya di kamar, menyendiri dengan gadgetnya. Rasanya waktu sangat cepat berlalu. Tak terasa anak-anak yang dulu saya timang kini beranjak remaja. 


Saya merenung, apakah rumah sudah aman dan nyaman bagi anak-anak saya. Kalaulah artian aman sekarang itu kebutuhan sekolah terpenuhi, makanan selalu siap sedia, rumah yang mewah, kendaraan ada, gadget terbaru. Apa semuanya itu bisa menjamin rasa nyaman? patokan nyaman adalah ketika bertemu dengan anak atau suami kita bisa tersenyum. 


Coba cek kepada diri, apa kita sering tersenyum ketika bertemu atau bersama dengan keluarga ?


Ketika anak melakukan kesalahan minta kepada Allah agar Allah menguatkan untuk bisa tersenyum terlebih dahulu kepada anak. Supaya anak merasa nyaman dulu sambil terus istigfar memohon ampun kepada Allah. 


Menurut psikolog dr Aisyah dahlan, anak milenial makin menurun usia pubertasnya. Kelas 5 atau 6 SD sudah ada yang mengalami haid dibanding dengan dulu ketika masa ibunya haid sekitar anak SMP atau bahkan SMA. 


Masa pra peralihan sesungguhnya anak merasa takut untuk masuk dunia remaja. Perasaan bergejolak dalam dirinya. Betapa sering saya melihat anak marah atau malah menangis sendirian di kamarnya. 


Menurut dr Aisyah, ibu tidak usah terlalu khawatir, pahami saja atau bila perlu peluk walau tidak semua anak suka dengan pelukan. 


Anak yang bermasalah seperti membangkang, kabur dari rumah, narkoba atau bahkan lgbt (na'udzubillah) adalah anak yang baterai kasih sayangnya tidak pernah penuh. 


Prinsipnya awali dengan kita dulu. Kita dulu yang mensholihkan diri, kita dulu yang sholat sebelum menyuruh anak sholat, kita dulu yang baik sebelum menyuruh anak baik, kita dulu yang senyum sebelum menyuruh anak senyum, fokus pada diri sendiri bukan fokus pada kesalahan anak. 


Perbanyak istigfar, wudhu atau bahkan sholat 2 rakaat untuk memohon ampun karena secara tidak langsung kita yang memfasilitasi dan membentuk anak kita sampai bisa membangkang. 


Fokus pada perbaikan diri, banyak meminta maaf pada anak walaupun agak sulit karena orang tua selalu merasa tidak bersalah. Cobalah untuk meminta maaf lebih dulu karena ini adalah gerbang semuanya. Ketika sudah bisa meminta maaf dan cair hubungan antara anak dan ibu semoga keadaan bisa lebih nyaman untuk semuanya. 


Selalu meminta pertolongan pada Allah untuk membantu kita, khususnya para ibu. Semoga Allah kuatkan dan bantu dalam menghadapi segala permasalahan dengan anak dan menjadikan anak anak kita qurrota 'ayun. Aamiin. 


“ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA.” (Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)


Wallahu'alam bishowab

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak