Oleh: Lilieh Solihah
Wiku Adisasmita, juru biacara Satuan Tugas Penanganan covid-19 merespon kabar Instalsasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit rujukan pasien covid-19 yang penuh. Wiku mengatakan kapasitas Rumah Sakit tak akan pernah cukup kalau di sorot terus, menurut Wiku saat ini sebaiknya seluruh pihak menyoroti prilaku masyarakat yang masih menyebabkan penularan virus corona. (CNN Indonesia 6/9/2020).
Selama hampir enam bulan berlangsung, makin nampak betapa sistem politik, ekonomi dan kesehatan yang berjalan saat ini di berbagai negara belum berhasil dan bersegera dalam mengatasi masalah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini. Kegagalan yang dialami oleh mayoritas negara-negara di dunia ini bisa dianggap sebagai bukti bahwa sistem kapitalis demokrasi yang juga mayoritas dianut negara-negara tersebut tidak bisa mengatasi pandemi ini.
Berbagai langkah dan kebijakan pun telah dijalani oleh pemerintah untuk mengatasi panemi ini, seperti diberlakukannya physical distancing, social distancing, menggunakan masker ketika keluar rumah, meliburkan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di area publik, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Bahkan dengan diberlakukannya new normal.
Namun angka penyebaran virus belum juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan negara belum optimal sehingga melahirkan ketidakpercayaan publik terhadap kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah selama pandemi Covid-19. Dikarenakan sejak awal publik menilai bahwa kebijakan yang diterapkan pemerintah tidak konsisten. Lalu kapan pandemi ini akan menghilang dan pergi?.
Karena dampak negatif dari pandemi ini begitu luar biasa, mulai dari kesehatan, nyawa, hingga menyebabkan ekonomi dunia menjadi runtuh. Negara-negara kapitalis dan komunis juga mulai kolaps. Mereka tak berdaya menghadapi makhluk kecil yang bernama Corona.
Solusi yang ditawarkan kapitalis memang tak pernah menyentuh akar permasalahan. Yang ada justru memperburuk keadaan. Tetap mencari celah meraup keuntungan di dalam kesulitan. Maka, tak selayaknya solusi ini masih digunakan.
Sesungguhnya di tengah ketidakmampuan sistem kapitalisme neoliberal menyelamatkan manusia dari wabah dan diikuti krisis multidimensi yang akan terjadi pascawabah, seharusnya makin menyadarkan kaum muslimin bahwa saat ini kita membutuhkan sistem baru.
Yakni sistem yang akan menyelamatkan manusia dan dunia dari berbagai malapetaka, serta membawa solusi yang akan menyejahterakan. Karena, sistem hari ini telah gagal menyejahterakan rakyat, baik pada saat tanpa wabah, terlebih lagi ketika terjadi wabah.
Maka,satu-satunya harapan umat hanyalah kepada sistem Islam yakni Khilafah. Inilah sistem yang dibangun di atas landasan wahyu Allah SWT dan dituntun oleh Rasulullah SAW serta dilanjutkan para Khalifah setelahnya. Sudah saatnya beralih pada sistem yang membawa berkah bagi alam semesta, yaitu sistem Islam. Sistem yang datang dari Sang Pencipta. Dengan penerapan secara total dalam bingkai institusi negara yang disebut khilafah.
Dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh Islam. Rasulullah saw bersabda:
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Hal ini diperkuat dengan firman Allah Swt.:
“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim: 42).
Dalam Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Mengatasi pandemi, tak mungkin bisa melepaskan diri dari performa kesehatan itu sendiri.
Karena dalam Islam setiap perbuatan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Begitupula para pemimpin yang mengambil kebijakan. Hal inilah yang membuat para pemimpin kaum muslim senantiasa berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Serta hanya bersandar pada hukum syara’. Itu pula yang dilakukan khalifah Umar bin Khattab agar mampu keluar dari krisis kelaparan dan wabah kala pemerintahannya.
Wallahu'alam bisshawab.
Ilustrasi gambar flickr
Tags
Opini