Oleh: Hamdia Maulida
Upaya pemerintah dalam melakukan pemberdayaan perempuan tidak pernah surut. Banyak cara yang dilakukan demi meningkatkan pemberdayaan perempuan di masyarakat, dengan tujuan peningkatan pendapatan keluarga. Program pemerintah bisa berupa pemberian bantuan modal usaha kecil, pemberian pelatihan kewirausahaan dan bentuk-bentuk pemberdayaan perempuan lainnya.
Tidak dapat disangsikan, akhirnya banyak kaum wanita yang tertarik untuk mengikutinya. Karena memang sekarang ini semua kebutuhan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari biaya pendidikan, kesehatan, pakaian, makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Yang notabene itu semua merupakan kebutuhan. Belum lagi ditambah dengan yang namanya keinginan, hiburan dan seabreg keinginan lainnya. Dengan penghasilan laki-lakinya yang cuma buruh harian, tentu merasa tak sanggup memenuhi semua kebutuhan ditambah keinginan tersebut.
Jika kita hanya memperhatikan dari sisi pemenuhan ekonomi, kita tidak bisa menyalahkan kaum perempuan yang harus terjun mencari tambahan penghasilan. Belum lagi perempuan-perempuan yang memang tidak memiliki tulang punggung keluarga, mengharuskan mereka mencari nafkah keluarga, agar mampu bertahan hidup. Kaum feminis pun memanfaatkan hal ini. Mereka dengan masif mengkampanyekan mengenai pemberdayaan perempuan dengan tujuan agar terwujudnya kesetaraan gender pada masyarakat. kampanye kesetaraan gender ini awalnya masif dilakukan di kalangan intelektual namun sekarang sudah merambah di kalangan masyarakat dari semua lini kehidupan.
Kalangan intelektual, kaum feminis selalu menjadikan kekerasan dan pelecehan seksual sebagai realita kehidupan yang harus dilawan dengan mengeksiskan perempuan di ranah publik dengan target adanya Undang-undang (misalnya RUU P-KS) dalam kehidupan yang memposisikan perempuan sejajar dengan laki-laki.
Sedangkan di kalangan masyarakat menengah ke bawah, mereka menjadikan kedok, membantu ekonomi keluarga. Dengan memberikan bantuan modal usaha kecil dan memberikan pelatihan kewirausahaan. Dengan tujuan meningkatkan penghasilan keluarga.
Di tengah pandemi ini, pendapatan pun semakin berkurang, meningkatnya angka pengangguran akibat PHK, belum lagi sulitnya mencari pekerjaan kembali karena roda perekonomian juga mulai melambat, sehingga banyak usaha yang harus gulung tikar. Hal tersebut menambah permasalahan ekonomi keluarga, sehingga kaum perempuan mesti harus turun tangan agar dapat bertahan hidup. Bak gayung bersambut program bantuan usaha ini seperti angin segar bagi para ibu rumah tangga yang selama ini hanya bertumpu pada suami mereka.
Namun yang perlu kita telusuri adalah benarkah program ini akan membantu ekonomi keluarga, adakah implikasi yang akan terjadi jika perempuan-perempuan ini punya usaha? Jika melihat jauh ke depan, akan nyata dihadapan mata bahwa program ini sedikit memberi manfaat namun penuh dengan mudarat. Dari sisi ekonomi tak bisa dipungkiri memang penghasilan keluarga menjadi bertambah, dalam hitungan angka jelas terlihat bahwa keuangan rumah tangga akam meningkat karena penghasilan tak cuma berasal dari suami melainkan bertambah dari kantong istri.
Lalu bagaimana dengan kondisi rumah tangga, apakah ada perbedaan antara istri ikut bekerja membantu keuangan rumah tangga dengan kondisi istri full time mengurus rumah tangga? Jangan dianggap bahwa ketika istri bekerja dirumah tak akan berpengaruh terhadap rumah tangganya seperti slogan yang sering berseliweran di media sosial bahwa masih bisa mendapatkan uang dan tetap bisa menjaga anak, karena pada faktanya anak tetap saja terbengkalai ketika ibu memiliki usaha meski cuma di rumah saja. Tidak sedikit yang ibu yang fisiknya saja dirumah membersamakan anaknya tapi jiwanya melanglang buana di dunia maya lantaran banyak orderan yang masuk. Psikologi anak jelas terganggu, biasanya berujung pada kenakalan anak sebagai manifestasi protesnya sang anak terhadap ibu mereka. Ini sama saja membunuh generasi secara perlahan.
Kondisi kedua jika istri membantu suami mencari nafkah, maka yakinlah sebagian beaar tenaganya sudah terkuras untuk usaha, dan sisanya lelah saja untuk anak dan suami yang bisa saja hal ini memicu pertengkaran dalam rumah tangga.
Dampak yang lebih berbahaya adalah ketika istri punya penghasilan sendiri, secara alamiah akan mempengaruhi ketaatan istri terhadap suami, karena merasa punya uang sendiri tak butuh nafkah suami.
Kiita tidak bisa menyalahkan pilihan kaum perempuan begitu saja. Semua tidak lepas dari kondisi yang ada, dimana sistem kapitalis meniadakan peran besar negara dalam meriayah rakyatnya, terutama dalam hal keutuhanan rumah tangga. Apalagi saat pandemi melanda, tentu banyak kaum adam yang di PHK akibat perusahaan tak lagi mendapatkan laba.
Dalam Islam ada aturan yang baku tentang posisi dan peranan perempuan dalam kehidupan. Perempuan memiliki posisi yang terhormat. Ia juga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan ini, baik sebagai anak, seorang istri, menjadi ibu serta sebagai pengemban dakwah. Semua berjalan di atas rel syariat yang membuat kehidupan masyarakat menjadi selamat di dunia dan akhirat.
Islam sangat menjaga agar para suami lah yang bekerja sehingga fasilitas berupa lapangan pekerjaan terbuka luas untuk mereka, ditambah kemudahan akses untuk memenuhi kebutuhan pokok yang murah dan mudah cukup untuk membuat perempuan untuk dirumah saja mengurus rumah tangga.
Wallahu'alam bis shawab