Oleh : Inang Handayani
Kerusuhan besar terjadi di ibu kota Norwegia, Oslo pada Sabtu (29/8) terjadi akibat adanya unjuk rasa anti – Islam yang dipelopori oleh kelompok Stop Islamization of Norway (SIAN). Ratusan pengujuk rasa bukan sebatas berkumpul untuk mengkampanyekan tidak ada rasisme, namun beberapa dari demonstran ikut merobek, membakar serta meludahi kitab suci umat Islam yakni Al Qur’an. Bahkan salah satu dari pelakunya dengan terang mengatakan kepada para pengunjuk rasa “lihat sekarang saya akan menodai Al Qur’an”. Hal ini sontak semakin membuat suasana semakin membuncah antara pengunjuk rasa anti-Islam yang dimotori oleh SIAN dengan kelompok kontra. Hingga kelompok kontra melempar telur kepada anggota SIAN dan mencoba melompati barikade polisi. Karena kondisi semakin memanas untuk memisah dua kelompok yang bentrok pihak kepolisian Norwegia sampai menembak gas air mata. (viva.co.id, 30 Agustus 2020)
Dilansir dari asiatoday.id (1/9), Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg mengeluarkan statement yang mencengangkan. Dimana Erna Solberg menegaskan bahwa aksi untuk rasa anti-Islam merupakan bagian dari kebebasan berpendapat di negaranya. Berbicara kepada kantor berita NTB, Senin 31 Agustus 2020, Solberg menegaskan bahwa Norwegia mengizinkan individu atau kelompok apapun untuk menyuarakan pandangannya.
Penodaan Al Qur’an di Norwegia dan Swedia serta berbagai belahan bumi lainnya menjadi bukti bahwa potret Islamfobia kian menggema. Sebuah prasangka dan diskriminasi yang sengaja diagendakan dan diciptakan untuk menebar ketakutan baik terhadap simbol Islam atau ajaran Islam. Berbagai cara dilakukan untuk memunculkan ide Islamfobia, dan pengaruh terbesar tidak terlepas dari permainan media yang dibuat. Media memainkannya dengan seolah – olah ajaran Islam tergambar sebagai agama yang jahat dan anti kemanusiaan.
Diperkeruh dari kalangan yang tidak mengetahui permasalahan sesungguhnya, namun hanya bermodal ‘terima’ justru yang akan menyalahkan Islam dan menjadikan sebagai ideologi yang salah. Merekalah para sekuler yang menganut paham sekulerisme. Dimana paham ini hanya mengedepankan pada kebendaan semata serta memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka inilah yang akan terus menerus menyebarkan narasi – narasi buatannya untuk membuat umat Islam semakin gaduh satu sama lain dan semakin menjauh dengan ajaran Islam. Parahnya, umat lain kian takut dengan umat Islam dan umat Islam sendiri akan takut dengan keislamannya.
Tindakan penistaan agama kian tumbuh dengan subur di sistem saat ini. Anehnya lagi, hal ini wajar dilakukan bahkan mendapat payung dengan alih – alih menyuarakan Hak Asasi Manusia (HAM). Ditambah dengan sikap prasangka dan diskriminatif terhadap Islam dan umat muslim (Islamfobia) semakin gencar digaungkan. Berulang kali penistaan dan pelecehan terhadap Al Qur’an atau agama Islam terus terjadi, baik itu dilakukan oleh orang non- Islam atau orang Islam sekalipun. Hal ini akan terus terjadi selama masih menggunakan sistem sekuler – liberal. Sistem yang menafiklan peran agama dalam kehidupan, sehingga seorah – olah agama hanya berada di masjid dan tempat ibadah. Selebihnya, agama tidak boleh dibawa kemana – mana. Sehingga wajar jika orang semakin berbuat seenaknya tanpa takut akan dosa yang ditanggungnya.
Pun demikian dengan paham liberal yang menjadikan manusia semakin binal, tidak menggunakkan akal sebagai landasan. Paham yang memiliki kebebasan justru malah kebablasan, dan jelas akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehancuran. Atas dasar ini, manusia yang menganut paham ini akan bebas ketika bebicara dan bertindak, tidak sedikitpun peduli apakah itu perbuatan dzolim atau menyakiti masyarakat lain.
Inilah yang menjadikan sistem sekuler – liberal sangat bertentangan dengan Islam. Bahkan mereka menganggap ideologi Islam adalah musuh yang paling berbahaya. Sehingga tidak heran jika paham ini akan terus berusaha untuk menghancurkan Islam baik dari pemahaman umatnya atau pembelokan ajarannya. Karena jika dalam sistem Islam jelas ideologi yang bersumber dari Allah SWT. Suatu sistem yang menyeluruh terhadap seluruh aspek kehidupan manusia dengan landasan Al Qur’an dan Hadist, mulai dari urusan pribadi, berakhlak, bertetangga, berumah tangga, bermasyarakat hingga bernegara. Agama sekaligus sistem yang memberikan solusi, perubahan dan kemuliaan atas kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Termasuk dalam hal menjaga kesucian agama dari penistaan dan penodaanya.
Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ahli ilmu sepakat tentang sanksi bagi orang yang menghina Nabi saw. adalah hukuman mati. Ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam al-Laits, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Rahawih dan Imam as-Syafii (Lihat Al-Qadhi Iyadh, Asy-Syifa bi Tarif Huquq al-Musthafa, hlm. 428).
Dengan demikian, apabila sanksi yang diterapkan tegas tentu akan membuat orang berpikir beribu kali untuk melakukannya. Sistem Islam akan memberikan efek jera bagi siapa saja yang melakukan kemaksiatan, sehingga orang akan semakin terkondisikan untuk berbuat baik. Sangat beda dengan kondisi saat ini, sudah kedapatan melakukan suatu kemasiatan tidak membuat orang tersebut jera justru kerap ada mengulanginya kembali.
Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem yang sistemik untuk menjadikan Islam sebagai satu – satunya sumber keputusan dalam seluruh perkara. Dengan bingkai Daulah Khilafah satu – satunya yang mampu menempatkan Islam yang berasal dari Allah dan Rasul – Nya sebagai sumber seluruh nilai dan seluruh aspek kehidupan. Sehingga tidak ada celah lagi bagi para pendengki yang ingin menggoyahkan Islam. Semoga Islam Rahmatan Lil’alamin bisa segera kembali untuk menjaga kemuliaan Islam dan umat Muslim dalam satu naungan, yakni Daulah Khilafah Islamiyah. Aamiin...
WaAllahu A’lam Bishshowab...