Oleh : Siti Saodah, S. Kom (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Terulang kembali, aksi pembakaran Al Quran terjadi secara sistematis yang didukung oleh politisi asal Swedia dan Norwegia. Aksi pembakaran Al Quran tersebut adalah bentuk Islamophobia di barat. Ketakutan mereka akan Islam yang semakin berkembang di barat membuat berbagai aksi yang melecehkan Islam marak terjadi. Bahkan sampai level ke para pendukung pemerintahnya sendiri yang dengan terbuka membenci Islam.
Ketegangan memuncak di ibu kota Norwegia, Olso ketika seorang pengunjuk rasa anti Islam merobek halaman Al Quran. Akibat bentrok tersebut kepolisian Norwegia menembakkan gas air mata untuk memisahkan dua kelompok yang bentrok. Unjuk rasa di organisir oleh kelompok Stop Islamisasi Norwegia (SIAN) yang berlangsung di dekat gedung parlemen Norwegia. Aksi itu memuncak ketika seorang pengunjuk rasa wanita merobek halaman Al Quran dan meludahinya dilansir dari (www.viva.co.id).
Sementara itu di Swedia dilanda kerusahan setelah Politikus asal Denmark Rasmus Paludan dilarang menghadiri aksi pembakaran Al Quran. Ia dikenal sebagai seorang anti Islam. Rasmus Paludan adalah pemimpin garis keras anti imigran Denmark melakukan perjalanan ke Malmo untuk berbicara dalam aksi anti Islam yang diadakan pada hari yang sama dalam ibadah sholat Jumat dikutip dari (m.detik.com).
Islamophobia yang digaungkan oleh para pembenci Islam nampaknya telah mewabah ke seluruh penjuru dunia. Bukan hanya Al Quran saja yang dibakar namun Nabi Muhammad pun tak luput dari celaan para pembenci islam. Masih segar ingatan kita bahwa dulu sebuah media Perancis Charlie Hebdo yang menggabarkan karikatur Nabi Muhammad. Bukan hanya gambar karikatur bahkan pribadi Agung Muhammad SAW dihina.
Hal semacam ini akan terus terjadi selama mereka para pembenci Islam dibiarkan bebas tanpa hukuman. Tak ada hukuman yang mampu memberikan mereka efek jera sehingga mereka tak ada rasa takut. Bahkan mereka pembenci Islam muncul dari kalangan Pemerintahan. Sejatinya negara memberikan perlindungan kepada mereka pemeluk Islam di negara minoritas tanpa memandang ras.
Namun sangat disayangkan tak ada negara yang mampu menjamin perlindungan kepada para minoritas. Sehingga mereka para minoritas baik dia muslim atau non muslim dapat menjalankan aktivitas ibadah mereka dengan tenang. Sampai saat ini belum ada negara yang mampu memberikan perlindungan penuh tanpa memandang ras atau golongan. Karena sampai saat ini negara muslim terpecah menjadi negara-negara kecil sehingga tak memiliki kekuatan. Negara superpower itu hanya mampu dimiliki dengan tegaknya daulah khilafah.
Waalahualam bisshowab