Ngobrol Santai JKDN Bersama Ustadzah Lely



Oleh Ummu Fahima 
(Ibu Rumah Tangga)

Film sejarah dokumenter pertama yakni Jejak Khilafah Di Nusantara merupakan film yang sempat trending di jagad twitter. Banyak pihak juga yang mendapatkan tiketnya untuk menonton secara live pada Kamis, 20 Agustus 2020. Menelusuri jejak khilafah sebagai wujud kepedulian terhadap sejarah penerapan Islam di Nusantara menjadi bagian penting para generasi pemegang tampuk peradaban nantinya. 
Film Jejak Khilafah di Nusantara juga membuka cakrawala yang menyegarkan kembali tentang wawasan kesatuan dan kebersamaan umat dalam institusi khilafah. Itulah mengapa marwah khilafah dengan kemuliaannya tampak di Nusantara khususnya dan seluruh dunia umumnya. Muslimah Bangil Alhamdulillah telah mengadakan acara Ngobrol Santai secara virtual bersama Ustadzah Lely Noormindhawati dengan tajuk Jejak Khilafah di Nusantara dengan diikuti puluhan peserta dari beragam area. (Ahad, 6/9/2020)
"Sebenarnya apa sih yang kemudian melatarbelakangi film JKDN ini di up/dimunculkan/dirilis di tengah masyarakat semua? Tidak terlepas dari tuntutan menjawab tantangan zaman. Khilafah jadi perbincangan di mana saja," ungkap Ustadzah Lely di awal obrolan santainya.
Islam kaffah melalui sistem pemerintahan khilafah terbukti pernah menunjukkan jejak nyata keberadaannya di nusantara. Wikipedia menyebutkan tentang makna khilafah yakni: Khilafah (bahasa Arab: Al-Khilāfah didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpinnya disebut Khalifah, dapat juga disebut Imam atau Amirul Mukminin. Misalnya ketika Khalifahnya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq beliau dikenal dengan sebutan Khalifatu Ar-Rasulillah (penggantinya Nabi Muhammad), ketika Khalifah Umar bin Khattab beliau disebut Amirul Mukminin (pemimpinnya orang beriman), dan ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib beliau disebut Imam Ali. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Khilafah)

Bukti empiris menunjukkan secara jelas adanya hubungan Kesultanan di Nusantara dengan Khilafah Utsmaniyah. Sejumlah manuskrip yang ditemukan di Aceh secara jelas menunjukkan itu. Pada 1848 Sultan Aceh Manshur Syah meminta izin sekaligus bantuan kepada Khalifah Turki Utsmani untuk menyerang Belanda di Batavia (mapesaaceh.com, 07/10/2018). Selain Sultan Aceh, para sultan lain di Nusantara, diantaranya  Sultan Babullah bin Khairun di Ternate juga bekerja sama dengan 20 orang ahli senjata dan tentara Khilafah Utsmaniyah ketika memerangi Portugis di Maluku sepanjang tahun 1570-1575. (Leonard Andaya, 1993: 134, 137).

Relasi Kesultanan di Nusantara dengan Khilafah Islam telah ditemukan dengan keakuratan bukti dan sumber sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan. "Sejarah ketika ditulis dengan benar, maka akan memberikan pelajaran yang benar. Inilah pentingnya menggali kebenaran masa lalu. Sejarah bukan sumber hukum tetapi sebagai obyek studi (obyek untuk kita kaji). Khilafah itu realistis, pernah diterapkan dari abad ke-7 sampai abad ke-20 M hingga menampakkan kekhilafahan sebagai super power 1300 tahun," jelas Ustadzah Lely.

Peradaban gemilang yang menjadikan umat Islam umat terbaik berada dalam sistem yang menerapkan Islam Kaffah."Semoga semakin mencerahkan, menguatkan tekad kita, memotivasi kita untuk bersama-sama mewujudkan apa yang dijanjikan Allah yaitu umat terbaik yang mengikuti apa-apa yang dibawa Rosulullah saw.," motivasi Ustadzah Lely sebelum mengakhiri pemaparannya.
Acara ditutup dengan doa dan silah ukhuwah secara virtual.[]










Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak