By : Messy Ikhsan
(Aktivis Mahasiswa, Penulis, dan Founder Diksi Hati)
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri."
Iya, posisi sejarah menduduki kursi penting dalam suatu bangsa. Maka tak salah, jika kata bijak milik Soekarno begitu menggelegar sepanjang masa.
Namun, berbanding terbalik dengan isu yang mengudara. Terkait penghapusan mata pelajaran Sejararah di sekolah.
Mendengar isu tersebut, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan langsung angkat bicara. Beliau memastikan tak ada rencana untuk menghapus mata pelajaran (mapel) sejarah dalam kurikulum baru yang sedang disiapkan kementriannya. Hal itu ia sampaikan untuk mengklarifikasi isu diubahnya mata pelajaran sejarah sebagai pelajaran tidak wajib atau pilihan bagi siswa SMA sederajat.
Meskipun Mendikbud telah membantah terkait isu penghapusan mata pelajaran sejarah. Namun, kabar tersebut tetap mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat.
Sejarawan JJ Rizal mengkritik rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA dan sederajat.
Rizal berkata, poin Nawacita yang dapat diartikan dikhianati Kemendikbud itu berbunyi, 'Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia'.
Artinya rencana menghilangkan dan atau hanya menjadikan sejarah sebagai pelajaran sampingan karena pilihan saja, sama saja mengkhianati visi misi Presiden," kata Rizal kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/9).
/Efek Abai Terhadap Sejarah/
Jika wacana penyederhanaan kurikulum itu benar dan menjadikan mata pelajaran sejarah tidak wajib dipelajari di sekolah. Tentu akan berefek pada generasi muda.
Menjadikan generasi muda yang minim pengetahuan sejarah, atau bahkan buta dengan sejarah. Merek a jadi lupa dengan identitas diri. Temasuk lupa dengan sejarah negerinya.
Padahal suatu bangsa memiliki peristiwa sejarah. Baik sejarah kelam maupun sejarah yang membuat bangsa itu menjadi maju.
Contohnya peristiwa besar yang terjadi di bulan September yaitu G-30S/PKI. Gerakan yang menewaskan petinggi militer Indonesia beserta beberapa orang pada tahun 1965. Berhasil mengusik ketenangan pemerintah dan rakyat pada saat itu. Hal tersebut sebagai bukti kekejaman PKI terhadap Indonesia dan umat Islam.
Atau sejarah hubungan kekhilafahan Islam dengan Nusantara yang termaktub dalam beragam bukti.
Pengiriman ratusan tentara Khilafah Utsmaniyyah dikirim ke Aceh atas titah Sang Amirul Mu’minin, Khalifah Selim II. Yang membantu Sultan ‘Ala’udddin Ri’ayat Syah al-Qahhar dan segenap rakyat Aceh dalam mengembangkan umat Islam sebagai sebuah kesatuan yang global.
Secuil kisah tersebut membuktikan. Bahwa jejak sejarah Khilafah di Nusantara masih berserakan. Tapak-tapak nyata dalam genggaman. Meskipun mereka berusaha menguburkan fakta dalam-dalam.
Sayangnya, pembelajaran sejarah saat ini masih bersifat terbatas. Hanya sekadar penyampaikan teori, jauh dari aplikasi nyata. Agaknya para kapital tak akan berdiam diri. Melakukan segala cara untuk menjauhkan generasi muda dari urgensi sejarah. Sehingga lupa dengan identitas diri dan asal usul bangsanya sendiri.
Jika benar, wacana penyederhanaan kurikulum sejarah ini terjadi. Tak hanya membuat mata pelajaran sejarah tidak wajib. Namun, juga membuat generasi muda buta dengan sejarah.
Selain itu, wacana tersebut juga mengamini. Bahwa rezim hari ini tak paham urgensi sejarah bagi bangsa dan generasi muda. Lantas, masihkah berharap pada sistem kapitalisme yang jelas bobrok?
/Kembali pada Islam/
"Perhatikanlah sejarahmu, untuk masa depanmu."(QS Al-Hasyr :18)
Islam bukan hanya mengatur ibadah ritual belaka. Melainkan juga mengatur seluruh aspek kehidupan nyata. Termasuk meletakkan sejarah pada posisi yang penting.
Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Al-Qur’an merupakan bacaan sempurna dan mulia karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi al-Qur’an.Tiada bacaan melebihi al-Qur’an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi juga ayatnya.
Dua pertiga al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. al-Qur’an dan hadis ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Dengan demikian, betapa pentingnya kita terhadap kajian-kajian kesejarahan dalam kedua sumber tersebut.
1. Sejarah berfungsi sebagai pengajaran
Sejarah merupakan pendidikan Allah terhadap kaum muslimin, sebagai peringatan dalam menjalani sunnah Rasul. Pelajaran yang Allah berikan dengan tujuan melahirkan sosok umat yang memiliki kualitas. Ummat yang memiliki kualitas seperti ini baru bisa diperoleh melalui interaksi dan keterlibatan diri secara langsung dalam harakah perjuangan secara total.
2. Sejarah sebagai peneguh hati
Dalam bahasa Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa Allah akan menjadikan mereka sebagai penguasa di muka bumi, Allah akan meneguhkan din yang diridainya, dan mengganti rasa takut dengan rasa aman. Semuanya tercantum dalam QS An-Nur : 55.
Islam memahami betapa pentingnya urgensi pelajaran sejarah. Sehingga menjadikan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh generasi muda. Agar lahir ilmuwan muslim yang multitalenta. Paham dengan sejarah dan mengambil peran untuk mengembalikan sejarah kemenangan Islam. Allahu akbar!