Menapaki Jejak Ustmani di Bumi Pertiwi



Oleh : Wulansari Rahayu, S.Pd*



Beberapa minggu kemarin dunia maya diramaikan dengan film dokumenter JKDN Jejak Khilafah di Nusantara. Meskipun penayangan film ini  berhadapan dengan kendala dan rintangan yang sengaja dibuat oleh pihak tertentu namun dengan izin-Nya film ini sukses menjadi tranding topik di media sosial. 

Tayangan yang menggambarkan jejak sejarah Khilafah di Nusantara ini tetap bisa dinikmati para penonton yang setia menunggu pemutaran perdananya. Ide khilafah semakin kencang berhembus, meskipun belakangan ide ini dianggap berbahaya dan radikal. 

Namun upaya rezim nyatanya tak membuat nama khilafah kian pupus. Upaya take down tayangan trailer film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKdN) di YouTube, dan beberapa kali upaya yang sama saat acara premiere film #JKdN berlangsung, adalah salah satu buktinya ketakutan rezim terhadap ide tersebut.

Ide khilafah, kian disadari akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan hegemoni rezim sekuler demokrasi kapitalisme neoliberal yang selama ini mereka jaga dan pertahankan. Hingga berbagai upaya dilakukan rezim  untuk memberantas ide khilafah. dengan memilih posisi melawan kebangkitan Islam demi jaminan dukungan bagi kekuasaan politik yang menyilaukan. Sampai-sampai mereka tega menjauhkan generasi umat ini dari akar sejarah kekhilafahan.

Suksesnya penayangan film dokumenter Jkdn dengan antusias masyarakat yang tinggi membuktikan bahwa sejarah bukan hanya tentang pelajaran hafalan yang membosankan. Namun lebih dari itu, pengetahuan tentang sejarah khususnya terkait khilafah Islam bisa menjadi pembangkit kesadaran umat terhadap kejayaan yang pernah diraih oleh bangsanya.

 Umat menjadi tahu bahwasannya tanah bumi Pertiwi ini, pernah hidup dalam ri’ayah Kekhilafahan Ustmani. Fakta ini bisa menjadi penyemangat bahwa bukan mustahil negeri ini akan kembali hidup dalam pengurusan Khilafah.

Namun banyak pihak yang meragukan keilmiahan film ini. Seperti pernyataan salah satu peneliti sejarah Jawa (dimuat detik.com). Menurut nya film JKdN lebih mendekati sebuah khayalan untuk kepentingan propaganda ketimbang dokumenter. Disisi lain banyak juga tokoh yang mendukung Film jkdn ini. 

Seperti bapak Fadli Zon yang mengatakan bahwa bukti sejarah sangat kuat menunjukkan bahwa Indonesia memang terkait dengan Utsmaniyah. Tingginya antusias masyarakat untuk menyaksikan premiere film JKdN tidak terlepas dari upaya para pejuang Khilafah mengajak mereka menonton film langka ini. 

Di tengah hujatan dan ancaman terhadap ide Khilafah, tentu saja bukan hal mudah mengajak masyarakat film ini. Masyarakat hari kian cerdas, ketika mereka mulai merasakan kehidupan yang tidak ideal dalam sistem kapitalis demokrasi. Mereka mulai mempertimbangkan Islam sebagai  solisi. 

Mereka sadar siapa pihak yang berada dalam kebenaran dan layak diikuti, serta mana pihak yang anti-Islam yang akan menjerumuskan mereka pada kesesatan. Mereka haus akan informasi yang bermutu dan terpercaya. Dalam dominasi sekularisme kapitalisme, berita berfaedah adalah barang langka.

Media hari ini dipenuhi dengan berita sampah yang dibuat untuk mendongkrak keuntungan para kapitalis. Informasi sejarah yang disampaikan jauh dari tujuan sebenarnya. Karenanya, kehadiran film JKdN dianggap bisa melepas dahaga mereka dan merupakan secercah harapan hadirnya informasi terpercaya.

Kesuksesan film JKdN ini tidak boleh berhenti pada euforia semata. Namun harus dilanjutkan dengan langkah nyata yang bisa berkontribusi pada keberhasilan perjuangan Islam untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan. 

Kita terus mengedukasi masyarakat dengan informasi yang ilmiah, bermutu dan berkualitas dengan memasifkan opini syariah dan Khilafah dengan berbagai teknis dan memanfaatkan beragam media, seperti medsos, film, dll. Umat harus dibekali informasi-informasi sahih yang akan menyeimbangkan berita dusta dan sesat. Wallahu alam. 


*Penulis dan penggiat Literasi


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak