Oleh: Ainun Jariyah
(Muslimah Peduli Generasi)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.” Kita tentu tidak asing mendengar quotes tersebut yang disampaikan oleh Bung Karno. Tersebab Sejarah pula kita mengenal pengalaman dan pembelajaran. Lalu mengapa Ia yang perlahan kian kabur hendak dikubur?
Seperti yang dilansir CNN Indonesia-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memastikan tak ada rencana untuk menghapus mata pelajaran (mapel) sejarah dalam kurikulum baru yang sedang disiapkan kementriannya. Hal itu ia sampaikan untuk mengklarifikasi isu diubahnya mata pelajaran sejarah sebagai pelajaran tidak wajib atau pilihan bagi siswa SMA sederajat.
Meski Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) telah membantah terkait isu penghapusan mata pelajaran sejarah di SMK dan menjadikan mata pilihan untuk SMA namun hingga saat ini isu tersebut masih menjadi perbincangan baik dikalangan akademisi, guru maupun masyarakat secara luas. Pernyataan ini haruslah kita kritisi mengingat pentingnya mapel sejarah ini untuk dipelajari sebagai bekal pemahaman pada generasi selanjutnya.
Sayangnya pembelajaran sejarah saat ini baik secara Formal maupun non formal memang masih terbatas. Metode pembelajaran yang diajarkan sebagian besar bersifat normatif menjadikan pembelajaran ini hanya bersifat teori dan hafalan semata. Tidak sedikit dari kalangan para guru yang menyebutkan bahwa Mapel Sejarah kurang diapresiasi oleh para pelajar. Sehingga, tidak heran jika Mapel Sejarah saat ini pun kian kabur tersebab para pelajar tidak mengenal sejarah bangsanya sendiri.
Sejarah tidak dipelajari dan dikaji secara mendalam untuk dapat dihayati, diambil pelajaran dari setiap kejadian di masa lalu. Ditambah lagi pembelajaran sejarah saat ini masih disajikan sesuai arah kepentingan barat. Sehingga wajar mapel ini kian terasa dikaburkan secara perlahan-lahan. Lalu mengapa hendak dikubur pula?
Sebagaimana yang kita ketahui dari sejarahlah kita bisa mengetahui berbagai tragedi dan peristiwa kelam yang ada di tanah air. Dari sana kita mengetahui kekejian fitnah dan adu domba yang dilakukan oleh PKI dan antek-anteknya. Contohnya saja, Kita bisa mengenal Gerakan 30 September yang sering disingkat G-30S/PKI yang menewaskan tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainya pada tahun 1965 silam. Dari sana kita mengetahui kekejian fitnah dan adu domba yang dilakukan oleh PKI dan antek-anteknya . Sehingga kita mengetahui bagaimana sejarah kelam perlakuan mereka terhadap kaum Muslim di negeri ini.
Begitu juga Sejarah mencatat bagaimana peran ulama, kiai, dan umat muslim pada saat itu dalam mewujudkan terealisasinya kemerdekaan bangsa ini, sehingga bisa kita pertahankan hingga sekarang. Kita pun bisa mengambil hikmah dari perjuangan para Ulama terdahulu dan semangat dakwah mereka untuk memotivasi kaum muslim dalam melanjutkan estafet perjuangan dakwah.
Umat Islam saat ini seyogyanya berpikir secara kritis untuk dapat melihat kebenaran sejarah. khususnya bagaimana sejarah Islam ini berkembang di negara kita. Misalkan saja dengan mengkaji bukti dan peninggalan sejarahya sehingga kita bisa melihat bagaimana Islam ini diterapkan di masa itu sehingga bisa tersebar meluas hingga dua pertiga belahan dunia dan sampai di negeri kita.
Walaupun hanya wacana, isu penghapusan mapel sejarah seharusnya kita tolak karena mengingat betapa pentingnya mapel ini bagi kemajuan bangsa. Ide ini harus dikritisi bersama agar dapat menangkis pendapat dari pihak-pihak yang ingin mengaburkan mapel sejarah bahkan menguburnya dalam-dalam.