Oleh: Ummu Zahro
Beberapa waktu lalu dunia medsos diramaikan oleh pernyataan Kemenag bahwa Radikalisme lahir dari anak-anak yang good looking, bisa berbahasa arab dan hafidz Qur'an. Tentu saja pelecehan semacam ini terhadap Islam, tidak terjadi satu dua kali. Begitupun di luar negeri tepatnya di Norwegia ada aksi meludah dan merobek al qur'an. Kalau diamati mengapa pelecehan terhadap ajaran Islam senantiasa terjadi dan berulang-ulang bahkan di negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim?
Inilah buah dari diterapkanya sistem kapitalis sekuler yang diterapkan di berbagai negeri termasuk Indonesia. Dari rahim kapitalis sekuler inilah lahir demokrasi. Di mana demokrasi adalah aturan yang mengagungkan kebebasan mengeluarkan pendapat yang sejatinya adalah sentimen akut terhadap umat Islam.
Belum lagi adanya penindasan terhadap kaum muslim di Uygur, Myanmar, Palestina dan diberbagai belahan dunia yang lain. Mengapa ini terjadi? Tidak lain karena umat Islam tak lagi hidup dalam Naungan Daulah Islamiyah yakni Khilafah. Tanpa Khilafah umat Islam bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, terlunta-lunta tak ada perlindungan dan rasa keadilan. Sampai kapankah ini akan berlangsung? Sudah saatnya umat Islam bangkit bersatu untuk bersama-sama berjuang menerapkan Syari’at Islam secara kaffah dalam sebuah institusi yang namanya Khilafah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar- rad'u ayat 11 yang artinya Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah apa yang ada pada dirinya.
Semoga ayat ini menjadi pemantik yang akan mengembalikan semangat seluruh kaum muslim untuk bersama- sama berjuang melakukan perubahan yang hakiki yakni ke arah Islam dengan diterapkannya syariat Islam kaffah dalam bingkai Khilafah.