Oleh : Tri Silvia, SEI*
.
.
Penghinaan kembali terjadi, kali ini berasal dari Norwegia. Terjadi pada aksi demo anti-Islam di Ibukota Oslo, Norwegia, pada Sabtu (29/8/20). Aksi tersebut berujung pada bentrokan akibat insiden penistaan kitab suci Alquran yang dilakukan di dalamnya. Aksi itu nyatanya merupakan buntut dari aksi serupa yang terjadi di Swedia. Menjadi ironis sebab peristiwa ini memperoleh pembelaan dari Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg. Solberg menyebut aksi itu sebagai bentuk kebebasan berpendapat (cnnindonesia.com, 02/09/2020).
.
Pelecehan pun berlanjut dan masih terjadi di belahan bumi Eropa, tepatnya di negara Perancis. Dilakukan oleh salah satu majalah keluaran Perancis, Charlie Hebdo yang kembali menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW, setelah beberapa tahun lalu mereka pun melakukan hal serupa.
.
Peristiwa pelecehan tersebut berhasil menyita perhatian dan membawa reaksi keras dari umat muslim dunia. Di tengah wabah yang masih mendera, ternyata islamophobia masih melekat di tengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat Eropa. Tampak sekali kebencian mereka kepada Islam dan kaum Muslimin. Bagaimana seharusnya umat Muslim menyikapinya? Dan apakah solusi yang tepat untuk semua peristiwa tersebut?
.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesama manusia. Pengertian di atas menegaskan bahwa Islam telah mengatur seluruh aktivitas yang dilakukan oleh manusia, bukan hanya aktivitas yang berhubungan dengan Ketuhanan atau Allah namun juga aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan perdagangan (muamalat), pendidikan, sosial, politik dan pemerintahan. Dengan pengertian tersebut maka Islam tidak hanya sekedar agama ritual, melainkan juga merupakan sebuah ideologi.
.
Islam adalah satu dari tiga ideologi besar di dunia yang keampuhannya sudah terjamin bahkan terbukti selama hampir 13 abad lamanya. Kekuasaannya sudah meliputi hampir 3/4 muka bumi. tidak ada yang berani mengingkari tentang kedaulatan Daulah yang menerapkan Islam kala itu. apalagi menghina dan merendahkan serta melecehkan pemurnian ajaran Islam dan para pengikutnya.
.
Sikap tegas terhadap pelecehan pada Rasulullah SAW pernah dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II (1876–1918), saat itu Prancis pernah merancang sebuah drama teater yang diambil dari karya Voltaire (seorang pemikir Eropa) yang menghina Nabi Muhammad SAW. Drama itu bertajuk “Muhammad atau Kefanatikan”.
.
Begitu mengetahui berita pementasan itu, Khalifah Abdul Hamid memerintahkan kepada pemerintah Prancis melalui dutanya di Paris supaya menghentikan pementasan drama itu dan mengingatkan akan akibat politik yang bakal dihadapi oleh Prancis jika ia meneruskan pementasan. Kala itu, Prancis dengan serta merta membatalkannya.
.
Lalu kumpulan teater itu datang juga ke Inggris untuk melakukan pementasan yang serupa, dan sekali lagi Abdul Hamid memberi perintah kepada Inggris. Inggris menolak perintah itu dengan alasan tiket-tiket telah dijual dan pembatalan drama itu bertentangan dengan prinsip kebebasan rakyatnya. Perwakilan Utsmaniyah di Inggris mengatakan kepada Inggris bahwa walaupun Prancis mengamalkan “kebebasan” tetapi mereka telah mengharamkan pementasan drama itu. Inggris menegaskan bahwa kebebasan yang dinikmati oleh rakyatnya adalah jauh lebih baik dari apa yang dinikmati oleh Prancis. Setelah mendengar jawaban itu, Abdul Hamid sekali lagi memberi perintah :”Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengumumkan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasulullah kami. Saya akan kobarkan jihad al akbar (jihad besar). Inggris dengan serta merta melupakan keinginannya mengamalkan “kebebasan berpendapat” dan pementasan drama itu dibatalkan.
.
Itulah yang terjadi ketika Khalifah masih ada dan menjadi perisai serta pelindung ajaran Islam dan juga para penganutnya. Berbeda dengan saat ini dimana tidak ada pemimpin yang mampu dan bisa untuk menjadi perisai bagi ajaran Islam dan para pengikutnya. Penghinaan dan pelecehan terhadap Islam serta kaum muslimin beredar di mana-mana dan tidak ada solusi yang kemudian mampu untuk menghilangkan segala tindak pelecehan tersebut. Alhasil, pelecehan pun terjadi berulang-ulang kali. Para pelakunya tidak pernah merasa jera, bahkan berusaha untuk mencari jalan lain untuk menghina dan melecehkan Islam.
.
Itulah yang terjadi ketika Khilafah tidak ada di muka bumi ini. Maka dari itu, usaha untuk mengembalikan Khilafah sebagaimana yang pernah ada merupakan hal yang sangat penting dan urgen untuk dilaksanakan. Sebab tanpa adanya Khilafah sebagai institusi resmi dan berdaulat, Islam dan umatnya akan senantiasa berada pada keterpurukan dan tempatkan pada posisi yang hina.
.
Semoga Khilafah akan segera kembali tegak di muka bumi sebagai implementasi atas janji yang telah Allah sampaikan melalui lisan Rasulullah SAW, bahwa umat muslim akan memperoleh kemenangan dan kelak akan muncul Khilafah ala minhajin nubuwwah dengan kata lain Khilafah yang berdasarkan atas jalan kenabian. Sungguh janji Allah adalah benar adanya dan akan segera menjadi nyata dengan izin-Nya.
.
Wallahu A'lam bis Shawwab
* (Pengamat Kebijakan Publik)
Ilustration cameraottomana.ku.edu.tr
Tags
Opini