Oleh : Ummu Hafidz (penulis)
Di Kabupaten Bekasi, semenjak Pemerintah melonggarkan PSBB dan menerapkan New Normal atau kenormalan baru, muncul secara beruntun sejumlah pabrik menjadi klaster penyebaran Covid-19. Ada 423 tenaga kerja yang berada di 5 pabrik industri tertular Covid-19. Sebagian besar dari mereka OTG (Orang Tanpa Gejala). (kompas.com 1/9/2020)
Menurut hasil pemantauan di berbagai tempat kerja, penerapan protokol kesehatan sudah dijalankan. Tapi, berkumpulnya para pekerja di kantin saat jam rehat dan pergantian alat makan secara bersamaan menjadi jalan baru penyebaran Covid-19. Bukan hanya itu saja, jumlah pekerja di Kabupaten Bekasi berjumlah 1,5 juta sekurangnya dari 4.000 pabrik berdomisili di luar wilayah Bekasi. Pergerakan mereka dari rumah menuju tempat kerja setiap harinya bisa menjadi penyebab penyebaran Covid-19. (sindonews.com 27/8/2020)
Gak kerja, dapur ga ngebul. Kerja tapi ngeri terpapar virus.
Itulah kegalauan yang menyelimuti para pencari nafkah. Mereka terpaksa keluar mencari nafkah di tengah situasi pandemi yang belum juga menurun bahkan semakin menjadi. Dengan keluarnya para pencari nafkah di tengah pandemi tidak menutup kemungkinan mereka terpapar virus di luar. Baik itu di tempat kerja atau di jalan ketika mereka pulang dan pergi bekerja. Ketika mereka kembali berkumpul dengan keluarga di rumah, ini juga yang dapat menjadi jalan baru dalam penyebaran Covid-19.
Miris rasanya, pemerintah seakan tak mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang sebelumnya dalam mengatasi wabah. New Normal dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah tidak mampu memberikan efek nyata dalam menekan angka penyebaran pandemi yang semakin menyebar ke seluruh penjuru dunia ini.
Kebijakan New Normal terlihat hanya mengutamakan aspek ekonomi. Walau tujuannya untuk pemulihan ekonomi, dengan dibukanya pasar dan pabrik kemudian mall dan tempat wisata, semua ini beresiko dalam penyebaran Corona.
Akibat kebijakan yang membingungkan, yaitu belum selesai mengedukasi masyarakat sudah muncul New Normal, masyarakat banyak yang tidak lagi peduli dengan ada atau tidaknya Corona. Justru menganggap biasa seperti berkumpul dan menyelenggarakan acara keluarga, kerabat dan kolega. Baru sadar bahwa virus ini sungguh nyata ketika salah satu dari mereka atau keluarga mereka terpapar virus Corona.
Semakin banyak korban yang berjatuhan, baik dari masyarakat dan tenaga kesehatan. Sampai-sampai rumah sakit pun tak bisa lagi menampung lonjakan pasien Covid-19. Penyelamatan ekonomi yang sudah diusahakan dengan susah payah nyatanya tidak dapat mengubah negeri ini terhindar dari masalah ekonomi yang kian hari kian nyungsep.
Yang ada adalah ekonomi tetap mampet. Daya beli masyarakat seret. Gelombang PHK makin rapat. Inilah masalah Pandemi yang bertubi-tubi terjadi, akibat kebijakan-kebijakan yang tidak tepat sasaran.
Jika saja antisipasi dari awal dilakukan dengan mengkarantina wilayah yang terkena wabah sehingga tidak menyebar kemana-mana dan wilayah yang tidak terkena wabah masih bisa beraktivitas, pastilah tidak akan separah seperti saat ini.
Negara fokus pada kesehatan rakyatnya bukan malah mementingkan ekonomi saja. Apalagi mementingkan kepentingan para pengusaha besar. Karena mereka para pengusaha tetap untung sedangkan rakyat jelata tetap buntung alias sengsara dan miskin. Virus Corona pun malah semakin menyebar luas tak terkendali.
Karena sistem kapitalisme telah terbukti gagal dalam mengatasi Pandemi, sudah saatnya kita kembali pada aturan Islam. Islam diin yang sempurna yang dapat memberikan solusi bagi setiap problematika kehidupan manusia termasuk dalam menangani Pandemi.
Sebagaimana firman Allah SWT :
" Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu."(TQS. An-Nahl : 89).
Islam memberikan solusi tepat dalam penanganan pandemi ini yaitu dengan menerapkan lockdown yang sudah terbukti keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah Pandemi.
Rasulullah Saw bersabda:
"Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedang kamu berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya. (HR. Muslim).
Inilah bukti yang sangat efektif dalam memutus mata rantai penyebaran virus. Otomatis masyarakat yang tidak terkena wabah dapat terhindar dari penularan dan dapat tetap beraktivitas seperti biasa. Ekonomi pun akan tetap berjalan sehingga tidak lumpuh total.
Islam juga begitu memperhatikan dan mengutamakan keselamatan manusia ketimbang ekonomi.
Rasulullah Saw bersabda:
"Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah di bandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. At Tirmidzi)
Bagi warga yang positif terinfeksi harus cepat di isolasi dan diobati sampai sembuh total. Sehingga tidak menyebar semakin luas.
Dalam Islam, negara juga wajib menjamin kebutuhan pokok penduduk di wilayah yang terkena wabah, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang melanggar demi memenuhi kebutuhannya. Ini sudah menjadi tugas negara.
Rasulullah Saw bersabda: "Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggungjawab terhadap rakyat yang diurusnya ."(HR. Muslim dan Ahmad)
Dengan sumber daya alam yang melimpah yang telah Allah SWT karuniakan pada negri-negri muslim seperti minyak, batu bara dan emas yang itu semua adalah harta milik umum, dapat menjadi sumber pembiayaan penanganan wabah dengan berbasis baitulmal secara mutlak. Inilah kunci terwujudnya kemampuan finansial negara untuk memenuhi kebutuhan penting dalam penanganan wabah.